•kupu-kupu

40 9 1
                                    

Sagara melepas dasinya di tengah-tengah koridor sambil berjalan hingga tak sengaja menabrak Pak Andrew yang tengah membawa banyak berkas.

"Aduh, Pak. Maaf, saya gak sengaja."

Andrew mengangguk, "Iya gak papa."

"Saya bantu ya, Pak?"

"Enggak, gak usah gak Papa. Saya baik-baik aja kok."

Sagara tersenyum lebar. Ia menunduk setelah Pak Andrew pergi menuruni tangga untuk keluar dari sekolah. Ia membuka ponselnya dan mengabari Hani yang sekarang sudah ada di ruang guru.

"Kamu ini! Makannya jangan terlambat lagi. Kebiasaan buat masalah terus!"

Hani menyengir, "Iya Bu Maaf, saya begadang tadi malam soalnya. Maaf ya Bu." Sementara itu Yuri datang sambil menyapa guru yang ada di sana. Ia mendekat ke arah meja Pak Andrew.

"Mau ngapain kamu?"

Guru yang barusan memarahi Hani menegur Yuri.

"E ini Buk. Katanya Pak Andrew, tadi saya disuruh nyari map warna hijau. Ketinggalan. Beliau udah nungguin di bawah."

"Oh gitu ... Ya udah sini saya cariin."

"Eh, gak usah Buk. Biar saya aja. Ibu lanjut aja marahnya."

Ketika suasana sudah aman, Yuri pun mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja Andrew. Dan mengambil map biru di sana karena tidak menemukan map hijau.

"Eh eh eh, kok map biru. Katanya map hijau?"

"Gini Buk, saya lupa kalau Pak Andrew tadi nyuruh saya map biru bukan hijau. Maklum buk, saya pelupa."

"Hadeh, ya udah sana."

Yuri tersenyum dan keluar dari ruangan kantor. Hani tersenyum miring, ia berbisik ke arah Bu Jia yang baru saja memarahinya.

"Buk, Ibu tau gak kalau si Yuri itu pacaran sama Sagara?"

"Maksudnya? Yuri berduaan sama Sagara?"

Hani mengangguk, "Iya Buk. Saya liat satu bulan yang lalu sih Buk. Tapi ada yang lebih menyeramkan sih Buk."

"Kenapa?"

"Kia anak IPA 1 kan satu bulan udah gak masuk, memangnya sekolah gak curiga ada apa dengan Kia?"

Buk Jia menghembuskan napas panjang, "Pihak sekolah udah mau berkunjung tapi gimana lagi? Bapaknya menolak. Katanya Kia butuh waktu. Memangnya Kia kenapa ya? Saya gak bisa berkomunikasi dengan Pak Pandu."

Yuri menjawab, "Bukan apanya yang jadi pertanyaan sekarang Buk, tapi siapanya. Saya minta Ibu liat rekaman cctv kantor guru dan ruang kesenian satu bulan yang lalu. Hari Kamis tanggal 4 November 2021 pukul sekitar pukul 15:23. Detik itu rekaman cctv hilang sampai malam. Apa Ibu gak merasa ada sesuatu yang aneh?"

"Maksud kamu ini ada hubungan nya dengan Kia?"

***

Yuri mendekati Hani dan Sagara yang masih sibuk mengotak-atik ponsel milik Andrew. Namun mereka tidak menemukan hal yang mencurigakan.

"Gimana?"

"Ponselnya biasa aja. Gak di kunci, galerinya isinya foto Pak Andrew, sama keluarganya kebanyakan. Gak ada yang aneh, brankas file nya juga gak ada. Bersih. Di draft Ig nya juga gak ada foto aneh-aneh kok. Mungkin bukan Pak Andrew kali."

Mata Sagara fokus ke lapangan. Ia menunjuk pria paruh baya yang sedang menjawab telepon dari seseorang.

"Itu Pak Andrew 'kan?"

Yuri menutup mulutnya tak percaya, "Pak Andrew punya hp lain. Berarti kemungkinan besar buktinya ada hp Pak Andrew yang itu."

"Sekarang kita harus balikin hp dan map ini ke kantor sebelum Pak Andrew tau ada barangnya yang hilang. Yuri, kamu cegat Pak Andrew. Sagara, bantu aku naklukin pertanyaan guru."

"Kok aku?"

"Ck, kamu murid kesayangan. Kamu pasti gak dicurigai nanti. Ayo cepat."

Sementara Sagara dan Hani mengembalikan map dan ponsel milik Pak Andrew, Yuri mendekati Pak Andrew yang baru selesai berbicara di telepon.

"Siang, Pak Andrew," ucap Yuri manis.

Ia tersenyum, "Siang, ada apa Yuri?"

"Oh ini Pak ... Saya mau gabung klub kesenian boleh ya Pak? Kayaknya akhir-akhir ini saya jadi hobi melukis."

"Oh bagus itu. Ya udah kamu bisa daftar ke Nilam nanti."

Yuri menggaruk rambutnya, "Anu Pak ... Saya gak dekat sama Nilam. Sama Bapak aja deh daftarnya hehe."

Yuri mengerutkan dahi menelusuri lehernya Pak Andrew. Ia jadi sangat ucapan Sagara kemaren, "Kemungkinan itu tatto bunga mawar yang ada di tubuh pelaku."

"Saya baru tau kalau Bapak punya tatto," ucap Yuri menunjuk leher Pak Andrew.

"Ah, ini ... Bukan apa-apa."

"Boleh saya liat gak Pak? Maksudnya liat tato nya."

"Buat apa?" Andrew mengerutkan dahinya.

Yuri menyengir, "Ayah saya mau buat tato, jadi beliau minta rekomendasi ke saya. Siapa tau tato Pak Andrew bagus."

Andrew tertawa, "Boleh boleh ..." Ia membuka kancing atasnya, memperlihatkan tato di leher bawahnya. Yuri melongo.

"Kenapa?"

"Oh, e-enggak. Bagus kupu-kupu nya. Nanti saya suruh Ayah saya bikin tato kupu-kupu." Yuri menggaruk tengkuknya. Ia kira itu adalah tato mawar, melainkan kupu-kupu. Apa selama ini prasangka mereka salah?

Andrew tersenyum hangat, ia mengancingkan kemejanya lagi. "Saya duluan ya, sampai ketemu di kelas seni nanti."

Yuri tersenyum, "Iya Pak, makasih ya."

Setelah kepergian Andrew, Yuri mengelus dadanya. Hani meneriaki namanya dari ujung. Ia berlari ke arah Hani dan Sagara.

"Gimana?"

"Ada tato di lehernya, tapi bukan tato mawar. Apa dugaan kita selama ini salah?"

Hani berkata, "Jangan nyerah dulu, aku baru aja ngadu ke Bu Jia kalau cctv satu bulan yang lalu hilang."

"Terus?"

"Yuri. Kamu siap kan menghadapi Pak Andrew."

Yuri mengangguk, "Aman. Yang penting kalian juga jangan lemah. Istirahat ketiga nanti aku akan ke ruang seni."

***
Bersambung

Perempuan Yang Kehilangan PundaknyaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon