39. ACQUIRED PROSOPAGNOSIA

Start from the beginning
                                    

"Tumbenan amat, biasanya kagak gini."

Shira memegang pundak Thea, membuat gadis itu menatapnya kaget. "The, lo gak apa-apa, kan? Tadi gue denger anak-anak pada ngomongin lo."

Thea menggeleng. Thea mendengar jelas dan mengenali suara mereka. Namun yang kian mengganggu adalah, Thea tak bisa mengenali wajah sahabatnya.

"Thenyu, lo di sini dulu sampai Theo kasih kabar ya. Dengar gue, ini Ilona, ini Shira. Lo kenal suara nya, kan?" kata Galang.

"Iya, Lang."

Ilona dan Shira menatap kedua manusia ini dengan herannya. Sebenarnya, ini ada apa?

"Ih aneh lo berdua, ada apaan sih?"

"Ck, berisik!" ketus Galang.

"Udah, lo berdua gak usah banyak tanya dulu. Nanti istirahat gue jelasin, soalnya panjang, ini juga udah mau bel," ucap Galang.

Lelaki itu menghela nafasnya sejenak. "Kalau lo ngomong sama Thea dan dia kebingungan, lo sebut nama lo dulu. Gue cuma minta itu. Kalau ada anak-anak kelas ini ngomong yang kurang ajar ke Thea— bilang sama gue."

Galang mengelus kepala Thea, menatap teduh mata kekasihnya itu. "Gue ke kelas ya? Lo baik-baik. Gak perlu takut, ada Ilona ada Shira. Lo gak perlu jelasin apapun ke mereka. Nanti gue yang jelasin. Lo tenangin diri dulu aja ya?"

Thea mengangguk. "Makasih, Lang."

🌻🌻🌻

Theo sudah dapat izin dari sekolah untuk pulang cepat hari ini, ya, mengenai Thea. Theo harus mengantarkannya bertemu Dokter Elis. Kebetulan, mereka baru bisa bertemu sekitar pukul sepuluh pagi. Bertepatan dengan waktu istirahat pertama di jam sembilan.

Theo sudah merapihkan alat tulisnya dan bergegas menuju ke kelas Thea, untuk menjemputnya.

"Theo." Galang menghampiri Theo yang baru saja keluar dari kelas.

"Kalian berangkat sekarang?"

"Iya."

"Maaf, gue gak bisa ikut," cicit Galang.

"Gak apa-apa, Lang."

Tak lama, Thea keluar dari dalam kelasnya bersama Ilona dan Shira.

"Ayo, dek! Dokter Elis bisa ketemu kita jam sepuluh," kata Theo.

Theo meraih tangan adiknya. Namun, langkah Thea berhenti tepat di depan Galang. Gadis itu menatap Galang dan tersenyum. Begitu pula hal yang sama Galang lakukan.

"Everything will be fine, kan?" ujar Galang manis.

"Abis ketemu Dokter Elis, langsung istirahat, ya. Nanti jangan lupa cerita sama gue soal hari ini," lanjut Galang.

"Apapun?" tanya Thea.

"Iya, apapun. Gue mau denger kalau itu menyangkut lo."

Thea mengulurkan kelingking kiri nya pada Galang, lalu dibalas dengan hal yang sama. Galang dan Thea saling melempar senyum dengan kelingking yang bertautan.

"Maaf ya, gue gak bisa ikut anterin lo. Sekolah hanya bolehin satu orang yang antar."

"Gak masalah, Lang."

Sebelum 365 Hari (End) Where stories live. Discover now