[6] After We do Fault

31 8 0
                                    

___

Hopelly, kalian bakal banyak memberi komentar/review/kesan serta vote for me in this chapter. I really apreciation for that. Semangat nulisku dari kalian!

___

"Terangkat!" Seru Airin histeris. Jelas bagi Moreno, Hilal, dan Bram memutari gadis itu dan mendekatkan telinga mereka ke handphone itu.

"Halo Rey?"

"Halo, halohalohalo?"

"Rey dimana lo?"

Kemudian keempatnya mengangkat wajah, beradu pandang, sama-sama menggeleng tak mendapat jawaban sedangkan waktu panggilan yang terus terhubung tetap bertambah. Ironis. Hanya ada kebisuan dari seberang sana.

"...Rey?" Ujar Airin hati-hati dan seketika sambungan telepon terputus.

Keempatnya kembali saling tatap. Seakan mata sudah mengartikan segalanya, mereka mengangguk serempak, dengan yakin kembali merangsek ruang kantor polisi dan berseru sahut-sahutan.

"Dia masih hidup pak! Dia mengangkat telepon kami!"

Dan seperti itu harapan terbit kembali, terang benderang bagai mentari di ufuk timur.

•••

"Whoa-Whoa! Bapak bercandanya berlebihan! Saya lulus SMA saja belum, tidak mungkin memanipulasi pasar saham lewat komputer! Saya nggak bisa main komputer, jagonya main game! Akh!" Moreno mengerang kesakitan oleh alat sentruman yang menyentuh lehernya. Ia segera bungkam, menelan saliva berat.

Diseberang ada Bram, Moreno, dan Raday yang diikat ditiang. Menontoni temannya satu itu memulai sesi interogasi. Semuanya meringkuk mundur, horror, dan ketakutan.

"Selanjutnya yang perempuan, maju!"

"Hmmph! Hmmph!" Seru Bram tak terima. Ia berusaha melepas kunci rantai, mencoba berteriak menghentikan langkah Raday, namun mulutnya ditutup solasi tebal. Seorang penjaga yang berdiri disebelahnya langsung memukul kepalanya dengan sebuah tongkat. Segera saja ia jatuh pingsan.

"Kami tidak tahu apa-apa!" Teriak Raday begitu solasi yang menutupi mulutnya ditarik lepas. "Kalian menangkap orang yang salah!"

Moreno yang duduk disebelah gadis itu tetap bergeming. Masih trauma dengan setruman sebelumnya.

"Kau host bar yang melakukan penipuan dalam kasino hotel Santoria berturut-turut?" Tanya Pria berpakaian militer itu mendorong sebuah pistol ke bawah dagu Raday.

Hilal melotot.

Raday menarik napas berat. Matanya mendongak memandang pria militer itu hingga berair.

"Saya.... masih pelajar." Jawabnya sambil memejamkan mata. Ada tetesan air mata yang mengalir jatuh ke pipinya. Gadis itu sangat ketakutan.

Sedetik dua detik tak terjadi apa-apa.

Begitu kelopak matanya terbuka, ia mendapati Hilal yang berdiri di ambang pintu sedang para pria militer membuka baju kemejanya hingga telanjang dada. Para militer itu kemudian saling bertatapan dan menggeleng.

PARALEL FUTUREOù les histoires vivent. Découvrez maintenant