SATU

182 15 0
                                    

"Saya nikahkan anak saya bernama Syazani Zea Mariyam bin Surya Agungprakas dengan maskawin surat ar-rahman, satu unit rumah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawin nya Syazani Zea Mariyam dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Masing-masing semua orang melafalkan bacaan hamdalah setelah sang mempelai malakukan ijab qabul dengan penuh hikmat. Begitupun sang pengantin pria dan para orang tua terharu sekaligus lega setelah mendengar seruan kata 'sah' yang selama ini mereka tunggu.

"Selamat ya Nak," ujar tulus sang ibu dari pihak laki-laki.

"Iya Ummi. Ridhoi Davi agar bisa menjalankan ibadah seumur hidup dengan sebaik-baik nya."

"Ummi pasti selalu do'a kan yang terbaik untuk kamu dan menantu ummi."

Tak lama datanglah sang mempelai wanita dengan gaun syar'i bewarna putih dipadu dengan kerudung putih panjang, selaras dengan kulit putihnya, terlihat sedang berjalan dengan anggun dari tangga menuju sang mempelai lelaki bernama Davi. Ibu dari pihak wanita menggandeng tangan wanita bergaun putih itu, untuk diserahkan pada sang mempelai pria yang masih duduk dengan degupan jantung yang berdetak cepat.

"Jaga putri ku." ucap wanita itu singkat.

Mempelai pria menyambut tangan wanita yang kini telah menjadi mahram nya. "Insya Allah. Dengan izin Allah, Davi akan menjaga nya hingga Jannah."

"Hm." ujarnya hanya dibalas deheman.

"Zea, sekarang cium tangan suami mu." seru Surya, selaku ayah kandung Zea.

Zea mengangguk, dengan ragu dia mencium telapak tangan Hadavi yang kini telah menjadi suami nya lewat jalur pendekatan hanya dengan ta'aruf. Tubuh wanita cantik itu sedikit merinding, baru kali ini ia bersentuhan se-intens ini dengan lawan jenis. Saat Zea berhasil mencium tangan telapak tangan Hadavi, disaat itu pula Hadavi menunduk mencium pucuk kepala Zea. Sontak itu membuat Zea melotot.

"Kenapa kok tiba-tiba udah cium sih." batin Zea berteriak. Jujur saja dia belum siap, karena tidak terlalu mengenal tentang lelaki yang kini sudah menjadi suaminya.

"Assalamualaikum. Allah baik banget kasih jodoh aku wanita se-cantik kamu." bisik nya lirih. "Aku jadi gak sabar punya dedek bayi dari wanita se-cantik kamu." lanjutnya.

"Astaghfirullah." batin Zea beristigfar. Dia tidak menyangka kalau suami nya yang notabenya adalah keturunan kyai suka sekali menggoda nya seperti sudah sangat berpengalaman dalam hal tersebut.

Zea langsung berdehem lirih kemudian melepas tangan Hadavi. Pipi nya berubah merona karena ulah lelaki tampan yang berada disampingnya itu. Hadavi tersenyum melihat pipi Zea berubah merah, kemudian ia melirik kearah tangan Zea yang ada dibawah meja. Dengan jail ia menjawil ujung kelingking tangan Zee dan mengusap pelan.

"Astaghfirullah." ucap Zea lirih. Apa-apaan, masih ada banyak orang tapi Hadavi sudah berani mengambil kesempatan. Membuat nya gelagapan.

Hadavi mendekatkan bibirnya ketelinga Zea. "Udah halal. Jangan khawatir..."

"...Sayang."

Deg.

Zea menggeliat malu. Kenapa suami baru nya itu suka sekali menggoda. Dan juga apa tadi? Panggilan 'Sayang' membuat kinerja jantungnya berdetak tak karuan. 

"Davi, jangan goda istri mu disini. Nanti aja kalau udah dikamar!" peringat Ummi Jeena yang suka ceplas ceplos.

"Ummi, dijaga omongan nya. Kebiasaan." peringat Yusak. Suami Ummi Jeena.

HazeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang