Aku Tidak Ingin Mengenal Lagi

1.1K 149 16
                                    

Jaemin tersadar dari lamunannya. Dia bisa melihat bagaimana Renjun bergerak dengan gelisah di tempatnya.

"Renjun, ini mungkin terdengar tidak tau diri dan kurang tepat, tapi Renjun, aku minta maaf. Maaf atas semua perlakuan buruk yang kulakukan di masa lalu. Maaf, aku tidak bisa mencintaimu dengan benar. Maaf, kalau aku meninggalkan trauma berkepanjangan di hidup kamu." Jaemin menghela napas panjang.

"Renjun, bisakah aku mendapatkan kesempatan lagi? Aku tidak akan berjanji untuk apapun, tapi aku akan berusaha membuktikannya. Ren, aku hancur karena tidak ada kamu." Tangan Jaemin terulur, tetapi Renjun menghindar dengan cepat.

"Jaemin, aku sudah memaafkanmu. Dari tahun pertama kita putus, aku sudah memaafkanmu. Namun, maaf, Jaemin, jawabanku masih sama. Mari kita jalani hidup kita masing-masing. Tolong bantu aku bekerja di kantor ini dengan nyaman dan tenang." Renjun memberanikan diri menatap Jaemin.

"Suatu saat, kalau memang perasaan kita masih ada, akan ada jalan untuk kita, tapi sekarang, mari fokus dengan diri kita masing-masing. Kalaupun nantinya ada orang lain di hidup kamu, aku akan ikut berbahagia. Begitupun dengan kamu. Tolong ikut berbahagia jika pada akhirnya ada orang lain di hidup aku," tutur Renjun.

"Jaga diri kamu baik-baik," tutup Renjun sebelum membungkuk kecil dan meninggalkan Jaemin yang masih berdiri kaku di tempatnya.

"Aku tidak ingin yang lain, Renjun. Aku menginginkanmu. Aku hanya ingin kamu."

.









Renjun memilih berpamitan pada Haechan dan beberapa rekan kerjanya. Terlalu lama di satu ruangan yang sama dengan Jaemin membuatnya sesak. Beruntung acara sudah selesai. Jadi, tidak ada larangan untuk karyawan pulang.

Renjun ingin segera merebahkan diri di atas tempat tidur dan melupakan segalanya. Rasanya tidak nyaman. Dia gelisah, khawatir, hingga mual. Bayang-bayang akan hari-hari kerjanya yang mungkin akan lebih buruk membuat Renjun ketakutan sendiri.

Dia takut kalau Jaemin menggunakan kekuasaannya untuk memperlakukan Renjun semaunya. Memaksa Renjun melakukan apa yang Jaemin inginkan. Sebab, jika semua itu benar terjadi, Renjun yang paling dirugikan. Jaemin tentu akan dilindungi karena dia pemilik perusahaan. Sementara Renjun akan mati oleh banyaknya rumor buruk tentang dirinya dan berakhir dibuang.

Renjun takut. Badannya gemetar dan dahinya mengkerut dalam.

Mencoba menenangkan diri, Renjun duduk di lobi kantor. Mengatur napasnya, berharap dapat sedikit mengurangi ketakutannya. Mengenyahkan ingatan tentang masa lalunya yang mendadak ikut mampir.

"Jaemin sudah berubah. Dia sekarang menjadi lebih baik. Tenang, Renjun," monolog Renjun sambil menepuk-nepuk pelan dadanya, mencoba menenangkan diri.

Setelah merasa bisa mengendalikan diri, Renjun bangkit dan menuju halte bus. Dia menatap kosong ke arah jalan raya yang masih ramai. Pikirannya berkelana entah ke mana.

Renjun hanya ingin segera pulang.

.










"Jaemin! Antar aku pulang. Aku sudah lelah."

"Aku juga lelah. Minta sopir untuk mengantarmu."

"Aku tidak mau! Aku mau kau yang mengantarku."

"Sunoo, jaga sikapmu. Kita masih di kantor."

"Kalau begitu cepat antar aku pulang."

Jaemin berdecak keras. Dia ingin meneriaki pria yang sejak tadi merangkul lengannya tersebut jika tidak ingat dirinya masih di area kantor. Pikirannya kacau karena berbincang dengan Renjun dan Sunoo semakin membuat semuanya memburuk. Jika bukan karena orang tua Sunoo yang begitu akrab dengan keluarganya, Jaemin akan dengan tega meninggalkan pria itu di lobi. Membiarkan Sunoo menangis tanpa peduli.

Merogoh sakunya, Jaemin melakukan panggilan suara pada sopir pribadinya.

"Tunggu di sini, supir akan mengantarmu pulang. Aku lelah." Jaemin melepas paksa pelukan Sunoo di lengannya sebelum meninggalkan pria itu. Tidak peduli Sunoo berteriak kencang. Jaemin merasa lega saat supir miliknya sudah di depan pria itu.

Memilih pulang dengan taksi, Jaemin memejamkan mata, mencoba menenangkan hatinya yang sejak tadi bergemuruh.

Dia marah, kesal, dan sedih di saat bersamaan. Jaemin sangat merindukan Renjun. Dia tidak berbohong soal itu, tetapi melihat Renjun yang kembali mendorongnya menjauh membuat Jaemin kesakitan.

Jaemin tau bahwa kesalahannya mungkin membekas dan tidak akan pernah hilang dari Renjun, tetapi apakah dia tidak memiliki kesempatan? Jaemin hanya mau bersama Renjun, itu saja.

YOURSOn viuen les histories. Descobreix ara