Tentang Pertemuan Pertama Kita

1K 144 19
                                    

Renjun berlari sekuat tenaga saat melihat jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 07.55 yang artinya dia akan terlambat masuk kalau 5 menit lagi belum absensi.

Saat melihat seseorang hendak menutup pintu lift, Renjun berteriak, "Tahan! Aku ikut!" Maka begitu dirinya berhasil masuk setelah pintu lift tertutup, pria itu mengembuskan napas lega. Meski kini dadanya naik turun, setengah sadar dengan situasinya, Renjun tidak peduli. Dia duduk di lantai lift yang membawanya kemudian berdiri setelah merasa bisa mengendalikan diri.

"Terima kasih," ucap Renjun sambil membungkukkan badan tanpa melihat orang tersebut.

"Kamu pegawai kenapa masuk lift atasan?" tanya orang tersebut yang cukup membuat Renjun membelalakkan mata.

"Astaga, Huang Renjun," gumamnya.

"Maaf, maafkan saya. Saya sungguh tidak memperhatikan. Tadi saya hampir terlambat dan saya pikir ini lift karyawan. Maaf, sekali lagi saya mohon maaf," ucap Renjun sambil membungkukkan badan berkali-kali
Dia tidak berani mendongak dan hanya berharap semoga atasannya tidak memecatnya karena masalah ini.

"Kali ini kamu dimaafkan. Jika besok ada kesalahan yang sama, kamu akan mendapat peringatan," ucapnya dan segera dianggukki oleh Renjun.

Renjun kembali membungkuk setelah tiba di lantainya. Dia bergegas masuk ke dalam ruangannya, masih sambil menggerutu karena kebodohannya.

Masuk ke dalam ruangannya, Renjun menyapa Haechan sekilas tanpa bersusah payah menyembunyikan bibirnya yang masih mengerucut kesal.

"Ada apa dengan bibir bebek itu?" tanya Haechan.

Renjun berdecak, "Aku hampir terlambat gara-gara segerombolan anak SMA mendorongku menjauh dari bus dan akhirnya aku tertinggal. Sialnya, aku naik lift atasan karena tidak fokus."

"Aku sudah bilang akan menjemputmu, tapi selalu saja menolak dengan alasan tidak enakanmu itu. Sekarang tau akibatnya," ujar Haechan.

"Bukan begitu. Akan sangat membuang-buang waktu kalau kau harus menjemputku. Rumah kita berbeda arah kalau kau lupa," jawab Haechan.

"Padahal aku bisa berangkat lebih pagi."

"Dan membiarkanku merasa tidak enak?" sahut Renjun.

"Kenapa harus merasa tidak enak? Kita berteman bukan setahun dua tahun, Renjun. Hampir 7 tahun kita berteman."

Renjun mendengus kecil, memilih tidak menanggapi ucapan Haechan.

Sejak pengakuan Haechan di hari kelulusan mereka dan penolakan Renjun atas rasa suka pria itu, Renjun menjadi serba canggung. Meskipun Haechan berkali-kali mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan sudah cukup dengan hanya berteman, tetapi sikap Haechan kadang menunjukkan sebaliknya.

Tiga tahun setelah lulus, berada di tempat kerja yang sama, Haechan masih menunjukkan perhatiannya pada Renjun dan hal itu membuat banyak orang yang ingin mendekati Haechan memilih mundur karena mengira Renjun adalah kekasih Haechan.

Kalau bisa memilih, Renjun akan sangat bahagia bisa jatuh cinta pada Haechan. Pria itu begitu perhatian, baik, dan lucu. Namun, Renjun masih belum ingin.

Sejak terakhir kali hubungannya dengan Jaemin berakhir, Renjun hanya ingin sembuh dan merasa damai. Walaupun, 4 tahun terakhir ini kadang dia merindukan Jaemin.

Jaemin yang tiba-tiba menghilang dan bahkan tidak muncul di hari kelulusan mereka, membuat Renjun penasaran.

Renjun ingin tau ke mana Jaemin atau setidaknya kabar pria itu. Apakah Jaemin benar-benar berubah atau sekadar ucapan saja.

Menghela napas panjang, Renjun memilih mulai fokus pada pekerjaannya, hingga sebuah suara menginterupsi.

"Perhatian, semuanya! Hari ini akan ada pesta penyambutan untuk direktur utama. Setelah kesepakatan para direksi dan pemegang saham, terpilih direktur utama kita yang baru menggantikan Pak Kim selalu direktur sebelumnya. Jadi, setelah selesai bekerja sore nanti, silakan persiapkan diri kalian untuk datang di aula utama perusahaan. Terima kasih."

"Wah, setidaknya berikan kami kesempatan berganti pakaian," ucap Haechan.

"Lagipula tidak akan ada yang melirikmu walau kau mengenakan pakaian seharga satu tahun gajimu, Chan," ledek Renjun.

"Hei, jangan sangka. Hanya kau saja yang tidak mau denganku," tutur Haechan.

"Benar." Renjun tertawa kecil.

Setidaknya acara perusahaan seperti ini membuat Renjun mengenal orang-orang kaya yang uangnya tidak habis 8 turunan.

.







Renjun melangkah masuk ke dalam aula utama perusahaan yang sudah didekor sangat cantik. Entah kapan orang-orang itu mempersiapkan semua ini, tetapi mereka sangat luar biasa.

Pria itu memilih duduk di salah satu meja, bergabung dengan teman-temannya yang lain, sedangkan Haechan sudah mengobrol sana-sini dengan pegawai dari divisi lain. Tidak heran mengingat sikap Haechan yang sangat ramah dengan siapapun.

Hingga saat acara mulai dan pembaca acara menyampaikan rasa terima kasih dan ucapan selamat kepada nama yang disebutkan, jantung Renjun mendadak berhenti.

Renjun menoleh ke arah panggung, memastikan bahwa pendengarannya tidak keliru.

Tidak. Renjun tidak keliru.

Pria dengan senyum simpul di wajahnya yang tengah berdiri di atas panggung itu memang benar adalah mantan kekasihnya, direktur utama perusahaan tempatnya bekerja. Na Jaemin.

YOURSWhere stories live. Discover now