- Prologue -

3 1 0
                                    

   Juliette Ajeng Swift, seorang putri semata wayang keluarga konglomerat Amerika-Indonesia yang sangat terkenal di berbagai sektor dan bidang.
   
    Memiliki Papi, Mami dan dua Kakak laki-laki yang memiliki paras rupawan, tentu membuatnya tumbuh menjadi seorang wanita dengan karunia wajah yang sangat-sangat paripurna.

    Tetapi, berbanding terbalik dengan wajahnya yang cantik dan anggunly, sifatnya sangat tidak menggambarkan bahwa ia keturunan keluarga konglomerat sama sekali.

   "YUHUUU MORNING SEMUANYAA!!" Teriak Jule sembari menuruni tangga rumahnya yang sepertinya lebih pantas disebut dengan istana itu. Huh, ia yakin, lampu bohlam dapur akan pecah lagi. Entah seberapa banyak lampu bohlam yang pecah akibat tindakannya tersebut. Ia tak sangguh untuk mrnghitungnya.

   Saat sudah sampai di meja makan, ia segera mendaratkan kecupan manis di Papi, Mami, dan kakak laki-laki pertamanya dengan sangat anggun.

   Tetapi....

"MUACH!"

   Hih, sepertinya dengan mendengar suara kecupan tersebut, kalian bisa membayangkan jigong yang menempel pada pipi seorang lelaki tampan yang menjabat sebagai kakak kedua Jule.

"IYUHH.. nggilani banget seh. Nyium mami, papi, sama kak Jack isa lembut, lha gue?! GA ADIL IKI. GA ADIL!" teriak David kental dengan logat medok pada adik nya.

   Tidak jelas? Yah... itulah sifat Jule dan Raka. Alien dalam keluarga Swift.

   Joshua Raka Swift -atau yang biasa dipanggil Raka- lelaki tampan berusia 20 tahun yang menjabat sebagai kakak kedua Jule. Sifatnya yang bar-bar, sangat mirip dengan Jule, membuatnya lebih dekat dengan adik perempuan satu-satunya tersebut. Jangan ditanya seberapa sayang dia pada adiknya, Jule. Beuh, ia bahkan rela tidak makan pecel madiun-makanan favoritnya- selama seminggu jika Jule yang menyuruhnya.

~~~~~

"Psst! Thor, jan boong napa, hoax itu, hoax. Dia? Rela ga makan pecel madiun seminggu demi gue?" tanya Jule pada author sambil memutar malas bola matanya

"Ya di data dirinya sih dia bilangnya gitu Le" -author

"2 hari ga makan pecel aja tuh anak dah jadi reog woi, pake segala seminggu, beuh bisa2 dia jadi siluman kali tu anak. Maniak pecel tu anak tuh"
Definisi tanya sendiri, jawab sendiri. Itulah Jule.

Oke skip pembicaraan tidak jelas antara author dan Jule.

~~~~

"Yee.. mas raka itukan special" sahut Jule dengan wajah tipu daya nya

    Raka yang sepertinya mulai tertipu oleh tipu daya Jule tersebut pun berbinar mendengar kata special dari adiknya untuk dirinya.

"Wih... special nih??, akhirnyaa lu mengakui juga bahwa gue ini makhluk ciptaan Tuhan yang special dibandingkan dsngan kulkas sebelah gue nih, yakannn" Goda Raka pada Jule dengan wajah pedenya seraya sesekali melirik pada lelaki yang terpaut usia 3 tahun lebih tua darinya di sebelah kursi yang didudukinya.

"Dih, iya lu special. Special pake telor!" Jawab Jule ngegas

   Sang Mami yang mulai merasa jengah dengan pertengkaran tak bermutu tersebut pun akhirnya menegur mereka.

"Julie, manggil mas nya kok pake lu-gue..." -tegur Dewi, sang mami pada Jule

"Raka, kamu juga... wong adiknya suka teriak-teriak gini kok malah tambah di jailin, di meja makan itu ga boleh teriak-teriak... sing anteng gitu lho" tegur Dewi pada David dengan logat Jawanya

"Maap Mih" jawab Jule dan Raka kompak dengan kepala menunduk takut. Takut singa betina ngamok ya kan.

~~~~

Ya... Jule dn Raka memang lebih takut pada sang Mami daripada sang Papi.

Mungkin karena sang Mami -Dewi Ajeng Kartika- yang merupakan keturunan bangsawan Jawa, membuatnya lebih mengedepankan unggah-ungguh pada setiap tindakan yang dilakukan oleh anak-anaknya.

Berbanding terbalik dengan sang Papi -Jacob Swift- Ia merupakan orang Amerika, yang tentu saja lebih bebas dalam hal apapun. Tapi jangan remehkan Jacob, gitu-gitu, ketika Jacob sudah turun tangan, beuhh... kiamat kecil bagi Jule dan David.

Kartu kredit di blokir.

Satu kalimat yang dapat mengancam kehidupan dua orang remaja tersebut.

~

~~~

Sang Kakak laki-laki pertama-Jack Swift- sekaligus putra pertama di keluarga tersebut yang mengerti suasana canggung di meja makan setelah sang Mami menegur adik-adiknya pun berusaha mencairkan suasana.

"Julie, hari ini mas free, do you want to go out with me? Anywhere" tawar Jack pada Juliette dengan lembut.

Jack Swift, sosok lelaki dingin yang akan hangat pada keluarga dan orang-orang tersayangnya, dan akan menjadi kulkas pada orang lain.

"Wihh... bener nih mas? Anywhere lho ya..."

   Juliette hanyalah wanita biasa yang akan tergiur dengan ajakan jalan-jalan bersama mas nya tersebut. Kapan lagi ya kan mas kulkas nya itu free. Dengan jadwal yang sangat-sangat sibuk, jarang sekali mas kulkasnya tersebut bisa mengajaknya jalan-jalan. Jadi sekalinya ada kesempatan, ya gas lah! Lumayan bisa pamer ke orang-orang lewat, jadi serasa ga jomblo-jomblo amat lah ya.

   Sungguh suatu keuntungan bagi para perempuan yang memiliki sosok kakak laki-laki seperti Jack.

   Memang anak-anak Jacob hingga kini masih melajang semua, entah apa alasannya. Yang pasti, Jack dan Raqa akan menikah setelah Juliette menikah. Terbalik? Ya emang sih. Tapi ya mau bagaimana lagi, mereka tak mau jika setelah menikah mereka jadi kehilangan momen bersama adik kecil mereka.

   Sedangkan Juliette sampai saat ini masih jomblo karena.... Ya gimana ga jomblo coba! tiap kali ada lelaki yang mau PDKT sama dia, 3 orang lelaki dalam keluarganya tersebut langsung menjadi sosok menyeramkan bagi lelaki yang ingin mendekatinya!

   Hei! Dia juga ingin menikmati masa-masa asmara juga, tetapi 3 lelaki tersebut yang tak lain sang Papi, Jack dan Raka tersebut tak pernah membiarkannya merasakan hal berbau cinta itu.

Kata mereka sih "you're too young to feel heartbreak baby"


"Ewh, lebay..." kata Jule seraya memutarkan bola matanya malas

Huhuhu... poor Jule

TimeLessWhere stories live. Discover now