32. NETFL*X AND CHILL

268 21 7
                                    

Haiiii...  Masih setia disini kah?

Semoga masih yaa yang masih bertahan disini.
Makasih loh udah mau nungguin updatetan Pak Aksen yang ga pernah sesuai jadwal ini 😭



HAPPY READING•






🌹🌹🌹


     Vanilla melongo melihat betapa rapihnya isi Apartemen milik Aksen yang katanya belum lama ini dia renovasi.

Di ruangan tengah terdapat sofa berwarna hitam satu set dengan meja kayu kecil yang bagian tengahnya terbuat dari kaca. Juga kerangka besi yang terpasang kokoh di dinding untuk menaruh tv.

Cat dinding di seluruh ruangan ini berwarna coklat susu, sampai ke bagian belakangnya pun memakai warna yang sama. Sementara di bagian belakang terdapat dapur dan mini bar, mungkin cukup untuk memuat empat orang saja.

"Barang Bapak belum semuanya di taruh kesini?"

"Belum, kemarin baru sempet beli sofa sama kasur aja."

Vanilla duduk di kursi bulat depan meja bar, sementara Aksen melihat-lihat lemari gantung berbahan kayu yang telah tergantung cantik di dinding. Vanilla hanya diam memperhatikan sekeliling ruangan yang masih kosong tanpa perabotan.

"Ini sewa atau beli sih?"

"Sewa." Jawab Aksen. Masih anteng membuka pintu-pintu kecil dari lemari itu.

"Oh sewaa." Kepala Vanilla mengangguk-angguk. "Tapi kok Bapak tiba-tiba mau pindah kesini? Ngga betah di rumah yang sekarang?"

Aksen berjalan mendekati Vanilla setelah kembali mengecek laci yang berada di lemari bagian bawah.

"Bukan ngga betah, saya butuh privasi lebih. Mau hidup sendiri biar apa-apa bisa mandiri, gak melulu ngerepotin orangtua."

Vanilla memangku wajahnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja bar, menatap Aksen tanpa berkedip.

Aksen berdeham, mengeluarkan ponselnya dari saku celana sembari menatap Vanilla dengan heran.

"Kenapa kamu senyum-senyum gitu?"

"Gapapa, cuma pengen senyum aja sih, emangnya ngga boleh?"

"Boleh kalau ada alasannya. Kalau gak ada nanti di kira—"

"Di kira apa, hum hum? Ngga waras gitu maksudnya?" Vanilla kembali menegakkan tubuhnya, wajah dia sampai maju-maju menyosor Aksen. Membuat lelaki itu keheranan.

"Over bahagia, maksud saya."

"Uhm, bohong banget. Tadi pasti niatnya ngga bilang gitu."

"Kalo ngga percaya yaudah, gak apa apa." Balasnya cuek.

Vanilla menyipitkan matanya memperhatikan wajah datar Aksen. Lalu kembali menegakkan tubuhnya, menguap sejenak saat rasa kantuk tiba-tiba menyerang.

"Ngantuk?"

Rupanya Aksen memperhatikan Vanilla yang tengah menguap. Untung saja Vanilla tidak lupa menutup mulutnya tadi. Kalau saja lupa, tamat sudah riwayatnya. Aksen pasti ilfeel setengah mati melihat mulut lebar Vanilla ketika menguap yang mirip kuda nil ini.

"Sedikit. Disini ngga ada yang bisa di lakuin gitu biar ngga gabut gini, Pak?"

"Nonton mau?"

"Emang tv nya ada? Tadi kan di ruang tengah baru rangkanya doang yang di pasang."

AKSENILLA (ON GOING)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن