29| Goodbye, Marsel

Mulai dari awal
                                    

Dipandangnya Allaric dengan pelupuk mata yang siap menumpahkan lelehan bening, "Kamu buat aku khawatir, Ar" bisik Aurora pelan.

"Ar, bangun. Jelasin semuanya ke aku" Aurora menggenggam tangan dingin Allaric erat, tangisnya pecah. Aurora terisak pelan, bunyi alat medis menemani kesedihan Aurora.

Aurora mengusap tangan Allaric dengan hati-hati, "Jelasin ke aku, Ar. Jelasin semuanya biar aku punya alasan untuk tinggal, biar aku punya alasan untuk tetap percaya kamu"

"Cukup bang Axel yang diem, aku butuh jawaban kamu, Ar"

Aurora tersenyum tipis, "Bodoh, Ra. Allaric nggak mungkin jelasin semuanya, dia nggak akan bisa jawab kamu"

Aurora menunduk, pahit rasanya ketika ia menyadari fakta bahwa Allaric tidak mengulang waktu seperti dirinya ataupun Axel. Percuma saja bertanya pada Allaric mengenai kehidupan sebelumnya jika Allaric pun tak mengerti. Aurora melepaskan genggaman Allaric dengan hati-hati, lantas mendekat untuk mengecup kening Allaric.

"Izinin aku pergi ya, Ar?" Bisik Aurora pelan, tangannya mengusap rambut Allaric penuh sayang.

Aurora perlahan mulai bangkit, meraih sling bag miliknya lantas melangkah meninggalkan Allaric sendirian dalam tidurnya. Baru saja Aurora menutup pintu, beberapa dokter lantas dengan langkah tergesa masuk ke ruangan Allaric. Aurora panik, ia menoleh menatap dokter yang menangani Allaric dari balik kaca jendela. Rasa khawatir memuncak dalam hatinya, tangis Aurora pecah.

Bohong Aurora tidak kecewa dengan apa yang Allaric lakukan, bohong jika Aurora tidak lelah dengan Allaric. Namun katakan bahwa Aurora bodoh karena nyatanya hatinya masih mencintai sosok laki-laki brengsek seperti Allaric. Bodohnya Aurora masih mengharapkan kisah cinta dengan akhir berbeda di kehidupan ini, harapan yang semakin membuat Aurora egois ingin terus memiliki Allairc.

Dalam diamnya, Aurora merapalkan puluhan bahkan ribuan doa untuk Allaric, bahkan ia tak pernah melepaskan pandangannya dari Allaric meski pandangannya pun terbatas hanya melalui kaca.

Notifikasi pesan terdengar dari ponsel Aurora, dengan segera ia membuka pesan dari Daniel. Maniknya membulat tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini, bahkan Aurora pun tak mampu berkata-kata dengan apa yang ia lihat.

Daniel
Gue berhasil hack data Maximillan Group
Bokap tunangan lo punya kakak yang ternyata koma di luar negeri. Dia di pantau terus sama tuan besar Maximillan
Send a picture
Send a picture
Send a picture
Margareta Kalila adalah kekasih terakhir dari Bryan Maximillan
Gue curiga, Vanilla anak dari hasil hubungan mereka
Send a picture

Kepingan puzzle perlahan berhasil tersusun di pikiran Aurora, akhirnya sebuah fakta besar mulai ia temui. Kepingan terbesar puzzle yang mungkin menjadi alasan terbesar segalanya terjadi, kini satu-persatu ia mengetahui alasan Allaric dekat dengan Vanilla di masa lalu. Namun masih menjadi misteri besar mengenai kehadiran sosok Bryan Maximillan. Bagaimana publik mampu tak menyadari sosoknya?

Daniel
Gue butuh dna mereka untuk bisa pastiin dugaan gue.

Bryan Maximillan? Gimana mungkin publik bahkan nggak tau dia?!

Besok di cafe biasanya, gue jelasin semuanya

Okay
Gue mau lo pastiin lagi soal Margareta

Aurora cukup terkejut dengan fakta yang baru saja ia ketahui, bagaimana mungkin keluarga Maximillan bisa menyembunyikan perihal salah satu pewaris mereka, bahkan dengan status yang lebih tua daripada Brandon Maximillan, sang pewaris utama. Sebenarnya apa yang ia lewatkan di masa lalu?! Batin Aurora berkecamuk, pikirannya melayang entah kemana.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang