bab 2. Menerimanya

Start from the beginning
                                    

"Pan, meskipun gue mati nanti. Setidaknya gue nggak ninggalin beban, kayak orang tua gue punya utang gede malah memutuskan bunuh diri. Dan itu semua jadi tanggung jawab gue, dari hutang, sama ngurus adik gue yang masih bayi. Coba lo bayangin ada di posisi gue."

"Al, gue mohon sama lo, jangan terima tawaran itu. Gue bakal bantu lo untuk cari orang yang bersedia minjemin uang 200 juta tanpa bunga dan bisa kita cicil."

"Ya ampun, Pandu. Mana ada orang yang mau minjemin duit 200 juta cuma cuma. Jangankan 200 juta, 50.000 aja kadang-kadang orang susah mau minjemin. Lo ngaco."

"Al..."

"Enggak Pan, Gue bakal tetap ambil kerjaan ini. Daripada gue harus jual ginjal, mending gue sewain aja rahim gue."

Pandu tidak bisa membujuk Almira untuk mengurungkan niatnya yang ingin menyewakan rahimnya pada ibu-ibu yang kehilangan anaknya.

"Pandu kalau misalkan gue jadi. Nanti gue bakal berangkat ke Singapura, gue titip adik-adik gue ya sama lo."

"Gue pasti jagain adik lo"

"Makasih dan gue minta maaf, gue gak bisa nikah sama lo."

"Iya, gak papa Al. Gue paham sama situasi lo. Tapi kalau misalkan hutang lo udah lunas. Lo, mau kan nikah sama gue."

"Gimana nanti, aja Pan."

Di salah satu rumah besar di kota Jakarta. Kini terlihat dua keluarga sedang berdebat.

"Revan Mama mau kamu nikah lagi, secepatnya."

"Ma, jangan paksa Revan untuk menikah dalam waktu dekat ini. Meninggalnya Tiffany belum ada 2 bulan. Masa Revan udah nikah lagi."

"Selamat pagi semuanya."

"Selamat pagi juga, jeng Tina. Ada apa ya datang ke sini, bukankah kita tidak punya hubungan apa-apa lagi," ujar Mama Revan.

"Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan pada kalian semua."

"Baiklah silahkan duduk."

Semua orang sudah duduk di ruang tamu. Termasuk ayah dan ibu Revan.

"Jadi begini, saya sudah mencari wanita yang menyewakan rahimnya."

"Menyewakan rahim maksudnya apa?"

"Begini jeng Selly. Embrio Revan dan Tiffany, harusnya sudah ditransfer ke dalam rahim Tiffany beberapa bulan yang lalu. Tapi karena Tiffany sudah meninggal. Saya pikir, embrio itu tetap harus dilahirkan dengan cara menggunakan Ibu pengganti."

Selly mama Revan yang mendengar rencana mantan besannya terkejut dan berdiri dari duduknya.

"Tidak, saya tidak pernah setuju. Jika embrio itu dilahirkan."

"Kenapa tidak setuju, bukankah embrio itu juga milik Revan?"

Tina menatap besannya dengan penuh rasa tidak suka.

"Tiffany itu sudah mati. Lalu untuk apa sekarang kita melahirkan embrio itu, apalagi menyewa rahim. Harganya tidak murah, pokoknya saya tidak setuju."

"Saya tidak meminta pendapat jeng Selly. Saya hanya meminta persetujuan Revan sebagai calon ayah di sini!" seru Tina.

"Lagi pula jika kalian tidak ingin menganggapnya cucu jika sudah lahir nanti. Saya dengan senang hati menerimanya, itu tidak masalah biar saya dan suami saya yang mengurusnya. Kalian tidak perlu memikirkannya, saya disini hanya membutuhkan persetujuan Revan saja."

"Revan, kamu bisa menikah lagi dan memiliki anak dengan wanita lain. Tidak perlu kamu memiliki anak dari Tiffany yang jelas-jelas sudah mati dan melahirkan bayi itu dengan rahim sewaan sangat mahal."

Rahim sewaanWhere stories live. Discover now