bab 1

132 24 10
                                    

Vote dulu bowlelah kak hehe..

Tia Ramadhani. Nama yang pasaran memang, namun Tia bangga namanya mirip seperti selebriti cantik dan kaya di negaranya. Tia selalu berharap agar jangan hanya nama saja yang mirip namun semoga fisik dan kekayaanya nya mirip seperti selebriti tersebut.

Kegiatan Tia selama liburan sekolah ini sama seperti remaja pengangguran pada umumnya. Tidur, makan, bersih-bersih, main, dimarahin mama, baca aplikasi Oren, dan main game. (Mau kaya tapi hobi rebahan)

Tia sangat suka membaca, membaca buku pelajaran tidak termasuk ya, karena ya kalian tau sendiri sih kalau membaca buku pelajaran tuh hawanya sudah beda, kaya udah berada di alam lain,alam belajar maksudnya. Dan Tia bukan tipe orang yang sangat suka belajar.

Tia hanya akan belajar pada saat-saat tertentu, kalau ada PR misalnya. Namun Tia juga bukan murid yang bodoh-bodoh amat, kalau rengking 10 besar ya masih masuk lah. Kalau lagi niat belajar bisa masuk 5 besar, kalau niat biasanya si ngga.

Seperti saat ini misalnya, Tia sedang asyik membaca novel di aplikasi oren. Tia cekikak cekikik saat ada adegan dimana cowok si ketua geng gombalin cem-cemanya.

"Hihihi...ih lucu banget siii...."

"Pingin deh punya pacar kaya gini, udah ganteng lucu lagi duhhh..."

Tia membaca sambil berguling-guling kesana kemari, sambil cengengesan kadang sambil nutupin mata saking bapernya.

"gilaa ...cogan impian langsung main sosor ajaa...iiihh"

Tia salting brutal, sampai-sampai menutup wajahnya dengan bantal sambil menendang-nendang kasur.

"Siapa yang main nyosor kak?"

"Astaga!"

Tia kaget bukan main, seingatnya dia tadi sendiri di kamar tapi kok ada suara lain di kamar ini. Ternyata mamanya sudah berdiri di samping nya sambil membawa centong dan uang 100 ribu.

"Kenapa mama tiba-tiba disini?"

"Mama bawa centong, mampus gue. Jangan-jangan mama mau mukul gue?"

"Apa gue kenceng banget ya tadi? Sampe mama denger terus datengin gue?"

"Duh gimana kalau di coret dari KK, ya tuhan saya belum siap jadi miskin"

Belum selesai Tia memikirkan prediksinya mama Subah memberikan ultimatum yang tidak bisa di bantah.

"Beliin mama tepunh serbaguna 2 renteng sama gula pasir ½ kilo di warungnya haji komet."
Perintah mama sambil menyodorkan uang seratus ribuan ke hadapan Tia.

"Mampus"
Tia praktis menggeleng. Belanja di warung haji komet? Ngga Tia ngga mau, warung itu adalah warung legend yang harganya murah. Nah, karena harganya yang murah warung itu selalu rame oleh ibu-ibu kompleks. Tia malu dan ngga mau di tanyain aneh-aneh sama ibu-ibu kompleks.

"Malu ma..."

"Udah besar tuh harus belajar PD, mau sampai kapan kamu malu terus? Malu tuh ngga bakal bikin Kamu kenyang!"

Ck. Gimana nih? Menolak berati dengan lapang dada menerima kemarahan mama, menerima pun resiko besar adanya. Tia jadi pusing.

"kenapa ngga ke warungnya Mbah leman aja si?"

"Warungnya Mbah leman tuh mahal, mending di warungnya haji komet"

Tia berpikir keras. Namun sekeras-kerasnya Tia berpikir hanya satu jalan keluarnya, menerima perintah mama. Kalau difikir lagi memang benar perintah mama, Tia sudah termasuk dalam kategori introvert berat. Jadi, kalau ngga cepat cepat di sembuhin nanti jadi akut!

WHY ME?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang