🦋 KEJAHATAN MANUSIA ITU NYATA

0 0 0
                                    

-19-

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

-19-

“Jangan menuduh sembarangan! Aku nggak tau apa-apa, tentang kematian Lavinda,” ujar Carmilla, tetapi dengan kedua alis yang bergerak kebingungan. Dan, rautnya pun tampak seperti gelisah, saat Kaliya melontarkan pertanyaan itu.

“Maaf bukannya aku mau menuduh kamu sembarangan, tapi kenapa sarung tangan latex ini ada bercak darahnya, dan kamu membuang ke tempat sampah. Padahal, ini bisa jadi barang bukti yang kuat tentang kematian Lavinda.”

“Terus kamu mau apakan sarung tangan itu? Mau di kasih ke polisi?” Anggukan dari Kaliya mengundang tangan Carmilla, yang berusaha merampas kantong plastik berisikan sarung tangan latex tersebut.

Namun, Kaliya terlebih dahulu memutarkan tubuh dengan satu kaki yang menendang ke depan, begitu sempurna putaran dari pinggul ramping itu. Sehingga, sepasang kaki Carmilla bergegas mundur supaya wajahnya tidak terkena sepatu pantofel, dari tendangan Kaliya yang begitu mengejutkan.

“Wah, hampir aja kamu melukai hidung minimalisku!” seru Carmilla, sedangkan Kaliya hanya menyeringai senyuman.

“Dulu waktu SMP aku sempat mengikuti pelatihan taekwondo, cuman bertahan dua setengah tahun. Tapi, aku masih ingat gerakannya dan macam-macam tendangan, mau aku tunjukan yang lain?” tanya Kaliya, sudah menggelengkan kepala Carmilla yang langsung berlalu pergi.

Kaliya pun meletakkan kantong plastik yang sejak tadi digenggamnya kuat, pada bibir wastafel agar tidak basah selama ia mencuci kedua tangan di sana. Selepas itu kembali ke ruang kelas, dan mengikuti pelajaran Pak Jefri sampai akhir. Bel istirahat berbunyi, setelah dua mata pelajaran berlangsung cepat.

“Ayo, ikut.” Violeta tiba-tiba menarik tangan Berlyn, membuatnya berdiri.

Berlyn, hanya menatap Violeta datar. “Lepas.”

“Kamu harus mengatakan semuanya di depan polisi, kalo kamu yang udah membunuh Lavinda!” Tampaknya, masih ada dendam terselubung pada diri Violeta.

“Apa yang harus gue katakan di depan polisi? Nggak ada bukti pasti, yang mengarah ke gue. Iya, memang benar waktu itu gue ke luar dari ruang musik, tapi bukan berarti gue pembunuhnya.”

“Aku nggak percaya.” Violeta tetap teguh dengan pendiriannya itu, bahwa Berlyn yang sudah membunuh Lavinda. Sebab, tidak ada orang lain di tempat kejadian selain dia.

Leovan pun mendekati Violeta. “Kita lebih baik cari bukti dulu, Sayang.” Setelah itu, mengajaknya untuk makan di kantin.

Waktu istirahat yang panjang, membuat Kaliya sibuk bermain dengan kupu-kupu kesayangannya. Sekian lama berada di rumah sakit, untuk menjalani perawatan. Akhirnya Kaliya dapat melihat kepakan sayap kupu-kupu, yang berterbangan di taman sekolah.

KRING!

Suara itu, tentunya mengumpulkan para murid. Untuk kembali memasuki ruang kelas masing-masing, dan mereka menempati tempat duduk untuk mengikuti pelajaran terakhir. Namun, pada saat Violeta sudah menjatuhkan pantat di bangkunya, ia merasakan sesuatu yang dingin dan cair sampai merembas ke dalam celana. “Astaga,” ujar Violeta, membuat seluruh bola mata memandangnya.

NEAR DEATH [ REVISI ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon