"Gapapa emangnya, bi?" tanya Navya yang takut merepotkan Bi Ira.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Sini." Bi Ira pun mengambil alih Agnes dari dalam gendongan Navya.

Navya tersenyum tipis, dia memegang tas yang berisikan baju-baju putrinya. Karena Navya yakin, kalau Agnes akan di rawat. "Ayo bi. Samuel pasti udah menyiapkan mobil." Bi Ira mengangguk pelan.

Skip...

Kini Navya dan Samuel berada di perjalanan menuju rumah sakit. Bi Ira yang ikut dengan mereka duduk dibelakang seraya memeluk tubuh Agnes. Navya tidak berhenti menoleh ke belakang untuk melihat keadaan anaknya.

Samuel pun sama khawatirnya dengan sang istri, tetapi dia tidak mau ikutan panik karena akan membahayakan diri mereka.

"Sayang, tenang ya? Nesa pasti gapapa," celetuk Samuel lembut.

"Gimana bisa tenang, anak kita sakit seperti ini. Dia demam tinggi dari pagi hingga sekarang," ujar Navya.

"I know, tapi kita ngga boleh panik. Sebagai orang tua kita harus bisa tenang, serahkan semuanya ke Tuhan ya," tutur Samuel lembut.

Bi Ira yang mendengar percakapan majikannya tersenyum tipis. Samuel memang selalu bisa menenangkan suasana kalau Navya sedang di landa panik seperti sekarang.

Dua puluh menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Agnes yang langsung dibawa ke ruang IGD oleh perawat. Samuel menggenggam tangan istrinya yang terasa dingin. Keduanya menunggu di depan ruang IGD bersama dengan Bi Ira.

Samuel mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak pernah anaknya sakit separah ini. Walaupun hanya demam, tetapi dia panik. Demamnya Agnes tidak turun-turun.

Seorang Dokter keluar dari ruangan IGD yang membuat Samuel dan Navya langsung menghampiri sang Dokter. "Bagaimana keadaan anak kami?"

"Putri kalian terkena tipes. Demamnya juga masih tinggi, jadi saran saya untuk dirawat inap saja dulu sampai keadaannya membaik," kata sang Dokter.

Samuel dan Navya saling melemparka tatapan. "Lakukan yang terbaik, Dok. Berikan kamar yang paling terbaik juga." Sang Dokter mengangguk pelan lalu berpamitan kepada mereka berdua.

Samuel membawa istrinya ke dalam dekapannya. Navya menangis di dalam pelukan suaminya. "Anak kita, Sam..." lirih Navya.

"Nay, udah. Jangan sedih. Nesa pasti sembuh, oke? Kamu jangan terlalu banyak pikiran. Ingat, kamu lagi hamil sekarang. Kita berdo'a saja untuk kesembuhan anak kita, sayang," bisik Samuel lembut.

Navya mengangguk pelan. Pelukan keduanya terlepas ketika dua perawat keluar dengan menarik brankar Agnes. Samuel dan Navya menatap anak mereka yang terbaring diatas brankar dengan tangan yang di infus untuk pertama kalinya.

Hati keduanya tersentil melihat keadaan anak mereka. Samuel mengelus punggung istrinya. Keduanya saling menguatkan di depan banyak orang, terutama di depan anak mereka.

"Bibi ikutin mereka saja, ya. Saya mau ajak istri saya makan dulu. Navya belum makan, takut dia dan kandungannya kenapa-napa nanti," kata Samuel lembut.

Bi Ira mengangguk seraya tersenyum. "Nyonya hamil?" Navya tersenyum tipis. "Iya, bi. Baru tahu kemarin," ucap Navya.

"Selamat ya, tuan dan nyonya. Non Agnes jadi punya teman deh." Samuel dan Navya tersenyum sebagai jawabannya.

Mereka pun berpisah. Bi Ira mengikuti perawat ke ruang inap Agnes. Sedangkan Navya dan Samuel pergi ke salah satu cafe yang ada di rumah sakit. Samuel mengajak istrinya untuk makan, walaupun sebenarnya Navya tidak ada selera makan.

Di cafe mereka duduk di dekat jendela. Samuel menatap istrinya yang tidak menyentuh sama sekali makanan dan minuman. Pria itu menghela nafaas panjang. "Nay, makan," kata Samuel lembut.

Navya menggeleng pelan. "Ngga nafsu."

Samuel menatap datar istrinya. Dengan kesal Samuel membanting sendok dan garpu yang membuat Navya terkejut. "Bisa jangan egois? Kamu ngga nafsu makan setidaknya ingat yang ada di perut kamu. Kamu lagi hamil, Navya! Jangan egois dengan diri kamu sendiri, itu akan mengakibatkan hal fatal kepada janin yang ada di perut kamu!" tegas Samuel.

Navya yang mendengar itu terdiam. Wanita itu menundukkan kepalanya yang membuat Samuel tersadar akan perbuatannya barusan kepada sang istri.

Samuel pindah tempat duduk menjadi disebelah istrinya. Pria itu membawa Navya ke dalam pelukannya. "Maaf, sayang. Aku ngga bermaksud bikin kamu sedih. Aku cuma ngga mau terjadi sesuatu kepada kalian," bisik Samuel.

Karena banyak hal yang terjadi hari ini membuat Samuel sulit mengontrol dirinya. Merasakan mual, pusing, pekerjaan yang menumpuk, dan ditambah karena anaknya yang sakit hingga masuk rumah sakit.

"Nay juga minta maaf. Maaf udah egois," ucap Navya pelan.

Samuel menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Iya, aku maafin. Sekarang makan, ya?" Aku suapin," tawar Samuel yang langsung disetujui oleh Navya.

"I'm here. Jangan takut sendiri ya? Kita hadapi semuanya bersama. Kita harus kuat di depan anak kita, oke, sayang?" lanjut Samuel dengan lembut.

Navya tersenyum dan mengangguk setuju.

*******

Jangan lupa follow:

@ameliandhra
@wp.ayananadheera
@navyabeatarisa_
@samuelnarendra_

See you next part!

NAVYA: Secreet WifeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum