{3} Khawatir?

594 45 1
                                    

••••

Dalam ruangan yang hanya disinari oleh lampu tidur seorang wanita bergerak gelisah dalam tidurnya, sebelum terbangun dengan nafas terengah.

"Arlo sayang maafin Bunda..." Ucapannya sambil terisak.

"Kenapa kamu cuma diam dan tersenyum waktu Bunda pukul nak?" Tangisnya yang terdengar pilu. Semenjak  ia mengulang waktu tidurnya tidak pernah nyenyak, Kirana selalu mimpi buruk membuat nya di selimuti rasa bersalah. Ketika di ingat kan kembali perilakunya yang sangat kasar pada anaknya.

"Padahal kamu tau kamu gak salah." Ucapnnya lirih dengan bibir bergetar. "Kamu cuma bilang, Bu tolong peluk Ar. Tapi aku gak perduli malah marah dan bilang kalau kamu gak pantas dapat pelukan." Kirana benamkan wajahnya ke dalam bantal untuk meredam tangisannya yang semakin keras, takut jika ada yang mendengar dari luar meskipun tau bahwa kamar nya kedap suara.

Setelah beberapa menit menangis, Kirana terduduk sambil menatap kosong kearah luar lebih tepatnya jendela yang ia biarkan terbuka membuat angin malam masuk tanpa malu.

"Apa ini karma buat Bunda sayang?" Bisiknya lirih.

"Cukup buat mental Bunda sedikit terganggu, tapi tenang Bunda bakal tetap bertahan dan mencoba buang jauh mimpi buruk itu, biar apa? Biar anak Bunda yang didalam perut gak terganggu. Jadi berjuang bersama ya?"

"Bunda gak bakal lelah buat ucapin kata ini kalau Bunda sayang kamu entah itu dari masa lalu atau sekarang, dan maaf buat Ar yang gak bisa rasain kasih sayang Bunda dengan tulus." Tangannya mengusap lembut perut buncitnya, lalu tak lama Kirana meringis karena merasakan tendangan di perutnya yang lumayan keras.

Kirana tersenyum haru, tak terasa air matanya mengalir kembali. "Bunda harap kamu bisa maafin Bunda di masa lalu sayang."

••••

Meregangkan badannya yang terasa pegal karena posisi duduk yang lama, Arthur menata kembali pekerjaan yang sudah selesai ketempat terpisah lalu menyimpan nya sebelum beranjak dari duduknya. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua pagi pantas saja Arthur merasa letih dan mengantuk. Karena haus Arthur pergi ke dapur untuk mengambil air untuk membasahi tenggorokan nya yang terasa kering.

Langkahnya mendadak berhenti ketika mendapati seorang wanita yang membelakangi nya, dari belakang bisa Arthur lihat tubuh yang terlihat seksi karena gaun tidur malamnya yang tipis, meskipun sedang berbadan dua tetapi tubuhnya yang berisi di bagian—

"Mas?"

Arthur meneguk ludahnya yang mendadak susah sebelum mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Ya."

"Aku kira siapa, tadi sempat ngira kalau kamu hantu mana bajunya pakai kemeja putih lagi."

Suaranya terdengar mendayu indah di telinga. Membuat Arthur kembali menatap wajah wanita di depannya yang terlihat sembab, tatapannya berubah dingin.

"Kenapa?"

Kirana menatap bingung pria didepannya yang tak lain suaminya.
"Apanya yang kenapa?"

"Masuk ke kamar." Perintah Arthur.

"Kenapa sih?" Tanya Kirana tak puas mendengar ucapan Arthur yang tidak jelas.

"Ganti bajumu yang tertutup jika ingin keluar." Setelahnya Arthur melewati Kirana yang mematung.

Kirana menunduk untuk melihat apa yang salah dari pakaiannya. Ternyata, badannya terbungkus gaun tidur tipis yang jika tersorot lampu pasti terlihat jelas bentuk tubuhnya. Kirana menoleh mendapati punggung tegapnya yang terlihat kekar dari belakang sebelum berbalik pergi dengan langkah sedikit berlari.

To A Happy EndingWhere stories live. Discover now