Part 27

8.5K 1.5K 520
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, dan saat ini Melisya, Nevay serta Riri istirahat dikamar rumah kosong milik suadara Mina. Saudara perempuan Mina sedang bekerja di luar kota dan rumahnya tak ditempati, rumah sederhana dengan satu kamar tidur, satu ruang tamu, dapur dan kamar mandi membuat Nevay bingung harus berbuat apa. Jalan sedikit sampai ruang tamu, mundur sedikit sampai dapur setelah melewati lorong depan kamar. Sungguh dia bosan sekali apalagi Rafka, Alex dan Mahardika sedang pergi mencari warung kopi.

Melisya dan Riri istirahat karena tadi malem tak tidur dengan nyenyak. Berakhir Nevay bermain sendiri, keluar masuk rumah, duduk di ruang tamu, kembali ke kamar dan begitu terus selama setengah jam ini. Dia tak tega kalau harus membangunkan dua kakaknya yang terlihat sangat kelelahan tak seperti dirinya, tenaga full terus.

Sampai, dering ponsel Riri membuat Nevay meliriknya sejenak untuk melihat siapa yang tengah menghubungi gadis itu. Dan nama Mama dengan emotikon love dibelakangnya membuat Nevay berani mengangkatnya.

"Halo, Oma Lita."

"Nevay? Kamu ikut Kakakmu, Nev?"

"Iya, ikut Kak Meli. Oma Lita ada perlu sama Kak Riri? Dia masih tidur, Kak Meli juga tidur."

"Oh yaudah biarin. Cuma mau tahu udah sampai atau belum, dari tadi Riri gak bales chat jadi khawatir."  Nevay hanya berkata iya-iya saja karena memang hal itu yang perlu dijawab.

"Oma Lita, ternyata Mbak Mina acaranya udah kemarin lusa. Oma Lita lupa tanggal, ya. Kita sampai sini udah kelar semua."

"Loh iya kah, Nev? Perasaan gak salah tanggal deh."

"Buktinya gitu loh, Oma."

"Yaudah mau gimana udah sampai sana juga. Oma tutup dulu, ya. Kamu ikut Kakakmu tidur, nanti sakit kalau kecapekan. Oma tutup dulu, Nev. Jangan bandel, dengerin apa kata Kak Meli."

"Iya-iya, Oma." Nevay mencibir setelah memutuskan sambungan teleponnya. Semua orang akan memberi pesan yang sama seperti Lalita saat berhubungan dengan Nevay. Padahal gadis itu tergolong gadis baik-baik, tapi entah kenapa mereka seakan tak percaya dengan sifat baik Nevay.

"Non Meli mana?" Tanya Mina yang baru masuk rumah membawa satu nampan macam-macam jajan.

"Tidur, Mbak. Ada apa, ya?" Tanya Nevay balik. Siapa tahu Mina ada urusan dengan Melisya jadi mencarinya.

"Oh gak ada apa-apa. Sayurnya belum matang kalau lapar makan kue ini dulu, ya." Nevay hanya mengangguk dan tersenyum manis. Dia juga cukup doyan kue jadi tak masalah, apalagi kedua kakaknya juga sangat menyukai kue.

Setelah kepergian Mina, Nevay tengkurap menatap nampan berisi jajanan serta kue-kue tradisional. Sungguh dia bosan sekali saat ini, pemadaman juga membuat ponselnya tak bisa mengisi daya. Dan gilanya baterai ponsel Nevay sudah sekarat, membalas pesan Lerga saja tak berani membuka.

"Ngapain, Nev?" Tanya Mahardika yang baru masuk rumah. Nevay tersenyum tipis sebelum menggeleng pelan, dia masih dengan posisi yang sama. Kedua kaki ditekuk ke atas dan bergerak ke kanan maupun kiri mengikuti ritme lagu yang dia nyanyikan dalam hati

Mahardika tersenyum sangat gemas melihat Nevay, dia kini duduk didepan Nevay menatap wajah murung gadis itu. Tatapan mata Nevay tak lepas dari kue bolu didepannya membuat Mahardika paham betul apa yang di inginkannya.

"Mau bolu? Ambil aja nanti Kak Dika yang bantu ngabisin. Kamu makan kayak biasanya aja." Tutur Mahardika cukup pengertian. Mendengar ucapan Mahardika Nevay segera bangkit dari posisi rebahannya, dia mengambil satu bolu dan memakan bagian pinggir bolu. Bagian kering yang sangat disukai Nevay, sedangkan bagian tengah dia tak suka sama sekali. Menurutnya tengah bolu seperti spons, membuat seret bukan main.

Krisan Kesayangan (End) Where stories live. Discover now