Part 13

6.9K 1.4K 378
                                    


Agnira, perempuan cantik yang sedang mengandung tersebut duduk bersama suaminya diteras rumah. Luka yang belum sembuh betul tapi sudah sangat jauh lebih baik dari sebelumnya membuat Agnira cukup senang. Suaminya sudah bisa pulang bersamanya, bertemu kedua anaknya tanpa harus menahan rindu. Walaupun entah apa masalah awalnya sampai-sampai Zavy dipukuli orang tak dikenal Agnira tetap percaya pada suaminya karena dimatanya Zavy adalah sosok lembut, penyayang dan penuh cinta pada keluarganya.

Zavy tak pernah bercerita apapun, dia hanya berkata mungkin orang mabuk dan salah mengenali orang. Agnira percaya saja. Tanpa Agnira ketahui Zavy saat ini berpikir keras apakah lelaki yang menghajarnya saat itu adik dari Melisya? Selama menjalin asmara sepertinya Melisya tak pernah menyinggung masalah saudara. Dan kelihatannya gadis itu anak tunggal walaupun dia tak tahu siapa orang tuanya, dimana tempat tinggalnya Zavy sama sekali tak tahu. Melisya benar-benar tertutup masalah pribadi.

"Masih sakit?" Tanya Agnira saat Zavy meringis pelan. Gelengan kepalan pelan Zavy menjadi jawaban tanpa dia membuka suara dan Agnira cukup paham dengan hal itu. Setelah pulang dari rumah sakit Zavy memang jarang bicara, lebih suka diam dan termenung sendiri. Saat ditanya selalu berkata baik-baik saja.

"Ni, ambilin hp Mas dong. Ada dikamar." Tanpa menjawab Agnira langsung bergerak mengambil hp suaminya didalam kamar.

Zavy menunggu istrinya kembali dengan tatapan mata kosong, menatap bintang-bintang yang memenuhi langit malam. Terlihat sangat indah dari bawah sana. Apalagi tak ada halangan apapun seperti mendung atau pepohonan.

"Ini, Mas." Agnira menyerahkan ponsel suaminya. Zavy tersenyum tipis dan mengangguk tanpa mengucapkan terima kasih seperti biasanya.

Agnira yang merasa sudah biasa dengan Zavy akhir-akhir ini segera masuk, karena biasanya Zavy akan duduk diteras rumah saat jam delapan sampai jam dua belas saat dia berada dirumah dan jadwal itu tak pernah berubah sama sekali. Melihat istrinya sudah masuk rumah Zavy segera menyalakan ponselnya dan mencari nama Melisya didalam kontaknya. Jika biasanya dia tak berani berhubungan melalui telepon kali ini dia sangat nekat karena ingin menjelaskan, atau lebih membuat pembelaan untuk dirinya sendiri.

"Halo," sapa Zavy saat sambungan teleponnya sudah terhubung.

"Iya? Kenapa?" Suara lembut Melisya menyambut pertanyaan Zavy membuat lelaki itu tersenyum sangat manis.

"Aku lusa udah balik kota. Kamu mau dibawain apa dari sini? Strawberry? Anggur hijau tanpa biji kesukaan kamu mau?"

"Strawberry? Enggak dulu, Lex. Aku masih mules dari kemaren itu belum sembuh. Kalau mau ketemu Daddy dateng aja gak usah bawa apa-apa, Alexander."

Deg, jantung Zavy terasa seperti ditarik sangat kuat mendengar suara lembut Melisya menyebutkan nama Alexander yang dia yakini itu nama lelaki. Jadi, sedari tadi Melisya tak sadar kalau yang menghubunginya Zavy?

"Halo, Meli. Ini aku Zavy."

"Hah? Zavy?" Tanggapan Melisya yang terkejut, sangat kentara dari nada bicaranya. Setelahnya Melisya memutuskan sambungan telepon secara sepihak membuat Zavy mencengkram ponselnya sangat kuat.

Disisi lain, Melisya yang baru terbangun karena mendengar suara ponsel berdering mengangkatnya tanpa melihat nama. Dia mengira kalaun itu Alex karena sedari tadi Alex menghubunginya takut Melisya masih kenapa-napa setelah makan soto kemarin. Entah apa yang salah dengan soto pesanan mereka karena bukan hanya Melisya yang sakit perut tapi Riri dan Mahardika  juga merasakan yang sama. Kalau Alex biasa saja karena dia sudah makan dan hanya minum es teh.

"Gue kira Alex lagi." Gumam Melisya pelan. Dia mengecek jam di dinding kamarnya dan ternyata sudah pukul setengah sembilan. Setelah pulang kerja dia memang langsung tidur, badan capek, pikiran capek bahkan perut juga ikutan capek terbukti dia terus mules-mules belum sembuh juga.

Krisan Kesayangan (End) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt