Chapter 12. Finally, I Like You

328 31 11
                                    

Sebagai kucing peliharaan, Shouto adalah yang paling nakal dan tukang mengatur. Katsuki pikir begitu. Pasalnya, Shouto tidak pernah membiarkan rambut Katsuki berantakan, tidak membiarkannya merokok, memastikan bahwa kemeja dan kerah Katsuki melekat sempurna di tubuh atletis Katsuki, dan tidak mengizinkan Katsuki menghabiskan waktu istirahat kecuali bersamanya.

Teman-temannya hanya nyengir ketika Katsuki menolak ajakan untuk nongkrong di tempat seperti biasa.

"Wuih, chie yang yang lagi kasmaran ..." goda Denki.

"Bakubro semangat untuk kencannya." Mendengar ini Katsuki ingin menguncir bibir si rambut merah sialan Eijiro Kirishima.

"Di mana kalian akan istirahat? Aku sarankan di rooftop. Di sana sepi dan nyaman." Nasihat Mina berguna. Katsuki mengaplikasikan untuk pekerjaan atau lebih tepatnya hukuman di hari pertama Shouto. Yang akan terus berlangsung selama satu setengah tahun kedepan hingga mereka lulus SMA.

Ah, setidaknya saat di sekolah. Untungnya kita tidak pernah bertemu selain di SMA UA ini.

"Oi, kau ini sebenarnya kucingku atau ibuku?" Katsuki dengan malas menerima suapan telur dadar gulung.

Adalah suapan yang entah ke berapa kali. Bocah dua warna itu membawa banyak bekal hasil masakan ibunya yang katanya untuk berbagi bersama teman Shouto.

"Sebagai kucing berakal dan bermoral aku tidak akan membiarkan tuanku melakukan kesalahan yang merugikan dirinya sendiri." Shouto menjumput sebutir nasi di sudut bibir Katsuki, kemudian tanpa beban memasukkannya ke mulutnya.

Mata Katsuki membelalak. Terkejut dengan perangai Shouto yang selalu berhasil membuatnya senam jantung.

"Bodoh, keluarkan itu. Menjijikan!"

"Kucing terbiasa memakan bekas tuannya. Jadi apa salahnya?" Ini dia. Jawaban santai dan datar seperti biasa. Seakan tak peduli dengan bom Katsuki yang bisa meledak kapan saja.

Katsuki menghela napas lelah. Membuka mulutnya sebagai akses bagi tuan sosis gurita untuk mendarat di atas lidahnya. Suapan Shouto. "terserah kau saja." Lagi pula ...

Sial. Aku menyukainya.

Katsuki menyamankan diri dengan menatap langit biru di akhir Mei yang sangat cerah. Terlebih, di puncak gedung sekolah ini, seperti yang dikatakan gadis merah jambu itu, Katsuki benar-benar menikmati waktu berdua dengan Shouto.

"Kau ini, maniak kucing atau bagimana-" Katsuki menoleh ke samping hanya untuk tercekat menyaksikan Shouto memasukkan potongan telur gulung ke dalam mulutnya. Menggunakan sumpit yang sama yang menerobos mulut Katsuki. Secara tidak langsung, mereka makan dari wadah yang sama.

Shouto menelan gigitan terakhir, membuka suara, "bukan karena maniak. Tapi karena menepati janji."

"Membahas itu lagi padahal sudah kubilang lupakan saja!"

"Pengecut."

"Ap-hah??!"

Shouto menoleh. Tersenyum tipis bermaksud mengejek, "seorang pria sejati tidak akan menarik ucapannya hanya karena alasan bodoh-"

Pemilik marga Todoroki terhenyak ketika tangan Katsuki tiba-tiba menjambak rambutnya hingga Shouto tertarik ke belakang.

"Kalau begitu akan kutunjukkan padamu bagaimana aku memperlakukan kucing! Saat aku kecil ibuku pernah menghadiahkan kucing kecil menyedihkan yang ia pungut di dekat tempat sampah atas dasar kasihan. Kau tahu? Satu hari kemudian dia berakhir di dalam tumpukan tanah karena aku mencekiknya hingga sekarat mati!"

Black ScreenWhere stories live. Discover now