SEBELAS

1.1K 160 54
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Telah tiba waktunya dimana Seulgi akan mengikuti olimpiade sains Nasional, ayah dan mamanya tampak begitu sibuk mengurusi keperluan putri mereka, bahkan mereka berdua juga akan ikut, karena olimpiade tersebut diselenggarakan diluar kota.

Bukan apa-apa, mereka hanya khawatir jika putri mereka terjadi sesuatu disana. Selain itu, mereka juga ingin melihat bagaimana putrinya berjuang untuk menang di olimpiade tersebut. Ada harapan besar yang tertanam dihati mereka.

Rasa yakin akan menang, juga tersemat dihati Seulgi, ia harus menang. Ia tak boleh mengecewakan orang tuanya yang sudah berharap besar.

Mereka bertiga tampak asik membenahi keperluan Seulgi, ia akan tinggal di sebuah hotel yang telah dipilih oleh ayahnya. Mereka akan tinggal bersama, sekalian juga memantau putri mereka untuk terus berusaha belajar.

Dibalik keseruan mereka, terdapat Taehyun yang menatapnya penuh dengan rasa iri hati. Ia juga ingin seperti Seulgi, di perhatikan dengan penuh kasih sayang. Taehyun sadar, dirinya memang diperhatikan. Namun dengan cara yang berbeda.

Seulgi diperlakukan seperti anak-anak pada umumnya, tak pernah kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Sedangkan Taehyun, di perlakukan seperti tawanan rumah, yang penting diberi makan, lalu tak peduli lagi apa yang akan ia lakukan setelahnya. Jika ia pergi keluar rumah, ayahnya akan berubah seperti seorang polisi yang tengah mencari-cari tawanan mereka yang kabur begitu saja.

Katakanlah jika Taehyun kurang kasih sayang, itu memang benar. Sejak ibunya meninggal, Taehyun tak lagi diperhatikan. Hanya bibi Riz lah yang masih memperhatikannya, tapi Taehyun masih merasa kurang. Bagaimana pun, sebagai anak mereka pasti akan lebih mengharapkan perhatian dan kasih sayangnya pada orang tua mereka langsung.

Dan Taehyun menginginkan itu, perhatian serta kasih sayang mereka secara langsung. Sebagaimana mereka memberikannya pada Seulgi.

"Sudah semua sayang?" Tanya mamanya setelah selesai membereskan tas bawaan putrinya.

Seulgi mengangguk, "sudah."

"Nah sekarang belajar lagi ya? Biar besok bisa dapet medali emas." Celetuk ayahnya, ia tersenyum lebar seperti ada harapan besar yang tertanam disana.

Seulgi tersenyum, namun dibalik senyuman itu terdapat sejuta makna didalamnya, ia mengangguk, "iya ayah."

Ayah dan mamanya tertawa kecil, tangan besar sang ayah terangkat mengusap pucuk kepala putrinya. Dibalik pintu, terdapat Taehyun yang mengintip mereka.

Wajahnya murung, ia pun memutuskan untuk pergi kekamar sebelum hatinya semakin sakit melihatnya. Dirinya diperlakukan berbeda dengan Seulgi. Lagipula Taehyun sadar diri, seharusnya ia berterima kasih pada Seulgi karena sudah membuat ayahnya merasa senang dan bangga akan setiap prestasi yang ia raih.

Dan dirinya yang hanya hidup sebagai aib, tak sepatutnya berharap lebih.

***

Esoknya pagi-pagi sekali, mereka mulai bersiap-siap untuk berangkat. Keperluan yang sudah di siapkan mulai diangkut masuk kedalam mobil yang sudah di siapkan.

Seulgi keluar dari kamarnya setelah selesai dengan penampilannya, didepan ia ber pas-pasan dengan Taehyun. Gadis itu menatapnya datar.

Sebisa mungkin, Taehyun tersenyum, "semangat ya." Ucapnya.

Seulgi tertegun, selang beberapa saat maniknya menatap tajam,

"gak usah caper." Ujarnya tak suka, lantas berlalu begitu saja.

Senyum Taehyun luntur, ia menatap punggung kakaknya yang berjalan jauh dengan tatapan penuh arti. Mungkin kakaknya masih marah karena pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu. Lagi pula, Taehyun menyadari kesalahannya, tak sepatutnya ia kasar pada perempuan.

TYUNIE! -BeomtaeWhere stories live. Discover now