12

730 71 3
                                    

Budayakan untuk memberi Vote dan Komen, biar Mom bisa lebih semangat nulisnya.

Tolong tandai jika ada Typo.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Dua hari telah berlalu sejak kedatangan kakek dari pihak ibu Ed, dan selama itu juga Ed terus di yakinkan jika kematian sang Ibu bukanlah salahnya.

"Prince, wake up!" Heli menepuk pelan pipi adik manisnya yang masih saja menutup mata, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.40, dua puluh menit lagi dan Ed akan terlambat untuk masuk sekolah.

Heli menatap gemas karena sang adik masih saja tidak membuka matanya, dia lantas menciumi semua bagian wajah Ed, hingga si empu merasa risih dan secara tidak sadar menjauhkan wajah sang kakak dari wajahnya.

"Bangun Prince, kita akan terlambat jika kamu tidak juga bangun." Heli membawa sang adik dalam gendongan koalanya, dan Ed mencoba untuk membuka matanya, menguap lebar dan mengumpulkan kesadarannya.

"Kakak udah mandi?" Tanya si manis, dan Heli mengangguk. "Ya, kakak sudah siapa, tinggal berangkat saja."

Heli dengan telaten membuka semua baju sang adik dan memandikannya, tidak berendam karena waktu yang sedikit.

Selesai dengan acara mandi, Heli lantas membaluri tubuh Ed dengan berbagai macam lotion, dan memakaikan bedak. Baju yang telah di siapkan langsung di pakaikan dan di rapihkan sedemikian rupa.

Seperti biasa, penampilan Ed selalu rapih, wangi (bayi), tampan --imut, dan fresh.

"Ayo, kamu bisa sarapan di mobil saja."

Heli membawa Ed dalam gendongan koalanya, lalu menyambar tas yang telah di siapkan semalam.

"Yang lain, kemana?" Tanya Ed yang tidak menemukan satupun kakaknya yang lain, selain Heli yang tengah menggendongnya.

Heli tersenyum lalu mencium pipi bulat sang adik dengan gemas, "Mereka sudah pergi bekerja, kami tidak sempat sarapan karena hampir semua jadwal mereka di lakukan pagi-pagi sekali." Jelas Heli.

Ed hanya mengangguk dan menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher sang kakak, ia masih merasa mengantuk, karena selama dua hari ini ia tidak bisa tidur nyenyak.

Yah, diam-diam Ed masih selalu memikirkan tentang penyebab kematian sang Mommy, walau sudah berulang kali di beri tahu jika itu bukan salahnya, tapi Ed tetap merasa bersalah.

Karena dirinya lahir, sang Mommy yang bahkan tidak pernah dia lihat selain dari foto, harus meninggal. Karena dirinya lahir, sang Daddy yang sangat mencintai istrinya, harus merasakan kehilangan wanita yang menjadi cintanya itu.

Dan karena dirinya lahir juga, kakak-kakaknya harus kehilangan sosok guru pertama dalam hidup, sosok hangat yang akan selalu menenangkan di saat lelah, sedih, dan marah. Sosok yang seharusnya melihat mereka dengan bangga saat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang hebat, sosok Ibu.

Walau Ed sendiri juga selalu merasa sangat kekurangan kasih sayang, terlebih dari sosok orang tua, yang memang tidak pernah muncul dalam hidupnya.

Tapi, Ed selalu bersyukur, setidaknya sekarang dia memiliki kakak-kakak yang menyayanginya, melindunginya, dan mendukungnya.

Ed juga akhirnya perlahan bisa berdamai dengan kondisi, menjadi lebih terbuka pada kelima kakaknya dan menjadi lebih ekspresif.

"Don't sleep, Baby. Sebentar lagi kita sampai." Heli menyadarkan lamunan Ed, pria manis itu lantas menegakkan tubuhnya yang berada di pangkuan sang kakak.

Prince : Edzard Where stories live. Discover now