Netta tertawa lalu berdiri dan memeluk erat sahabat cengengnya juga laknat nya itu. "Aaaa tau aja sih kesayang gue. Nggak nyangka gue lo pintar nebak. Jadi ketahuan deh niat gue," ujar Netta mengecup pipi Alesya berkali kali.

"Anjir, lepas woi, sesak gue! Huaaa, pipi gue kena racun rabies!" teriak Alesya membuat Netta lagi-lagi tertawa.

"Ale alay binti jamet bin lebay hahaha," Netta semakin erat memeluk Alesya.

"Sesak, babi," desis Alesya memukul mukul tangan Netta.

"Alesya," desis Alven dengan tatapan tajamnya membuat Netta tertawa puas.

"Utututu, jamet sesak, oke gue lepas nih," Netta terkekeh pelan melihat wajah Alesya yang menghirup udara.

"Lo mau bunuh gue, ha?!" bentak Alesya menjitak kening Netta.

Netta mengusap ngusap keningnya yang sedikit sakit. "Gapapa lo mati ntar gue yang kebagian asuransi jiwa," ucap Netta seraya duduk di samping Tea.

"Bacot!" tekan Alesya duduk di samping Mizha.

"Dari tadi ribut mulu. Tea, kenapa diam aja sayang?" tanya Mizha.

Belum sempat menjawab, Netta lebih dulu memotong ucapannya. "Lagi sarihujan, Bun."

"Sariawan woi, sejak kapan ganti sarihujan." Tea memperbaiki.

"Iya, itu maksud gue, sayang." Netta tertawa dan mengecup pipi Tea. Hobi gadis itu memang mencium pipi sahabatnya.

"Sialan,  pipi gue selalu ternodai sama lo!" balas Tea seraya mengusap kasar pipinya.

"Aelah, lo sama aja kayak si cengeng noh. Padahal kan ya itu tu bukti sayang gue ke kalian, tau!" Netta membenarkan perbuatannya.

"Sayang sih sayang, tapi setiap di dekat lo pipi kita jadi nggak perawan lagi tau nggak!" Alesya ikut menimpali.

"Sudah sudah, kenapa malah jadi berantam sih? Cepat kalian sarapan, habis itu berangkat. Udah jam berapa ini? Mau telat?" tanya Alven melerai para anak gadis yang adu mulut entah tentang apa.

Ketiganya menggeleng. Bisa bahaya jika terlambat. Dengan cepat, mereka pun memulai sarapan.

🍉

Sepertinya ini memang kesialan untuk Alesya. Dalam waktu dua hari, dua kali pula ia dihukum berdiri di depan tiang bendera. Perkataan Alven tadi ada benarnya. Sekarang mereka terlambat karena tadi ketiganya menyempatkan diri untuk adu bacot kembali.

"Gara-gara lo kita jadinya dihukum!" Tea membuka suara menyalahkan Netta.

"Omo! Jinjahh? Aaaa mianee," balas Netta tanpa merasa merasa bersalah sedikit pun.

"Miane miane pala lo miane! Sialan, mana hari ini panas banget lagi," keluh Alesya yang sudah dibanjiri keringat, membuat topi dan maskernya ikut basah.

"Makanya lo nggak usah gaya-gayaan pake topi segala," balas Netta menyipitkan matanya karena panas matahari.

"Guys, panas banget, sumpah. Bisa mati gue di sini," kata Netta.

"Hm, andai yang ngehukum kita Arvan, pasti nggak bakal tega dia mah." Saat itu juga Alesya menatap Tea. "Maksud lo?" tanya Alesya.

"Ya, pasti dia nggak bakal tegalah hukum lo lama-lama. Otomatis kita juga nggak bakal dihukum, ya 'kan, Net?" Tea menyenggol lengan Netta, tapi gadis itu hanya diam saja, membuat Tea mengernyitkan dahinya bingung.

GADIS ATHEIS GUS ZAYYAN [END√]Where stories live. Discover now