03. Kebetulan atau Takdir?

173 21 0
                                    

Bel istirahat akhirnya di bunyikan. Waktunya siswa-siswi menghilangkan jenuh pada otak mereka yang sedaritadi di pakai untuk belajar. Sama dengan Taesan.

Setelah sekian lama akhirnya Taesan pergi ke kantin, tentunya untuk membeli makanan. Cukup lapar, karena tadi dia tidak sarapan. Hampir telat, untung saja hampir jika tidak nanti di suruh push up oleh guru olahraga.

Saat mengantre Taesan dikejutkan oleh seseorang yang ada di belakangnya, si cewe cantik tersebut mengantre di belakangnya. Keajaiban apa lagi ini?

Hati Taesan berdegup dengan kencang, mungkin ada beberapa orang yang lewat bisa mendengar degupan itu, mungkin juga si cewe cantik ini bisa mendengarnya juga.

Sesuatu membuat hati dan jantung Taesan berhenti sejenak, ada yang mendorong bahu Taesan hingga dia jatuh ke belakang, aduh memalukan sekali.

Tangan Taesan dengan reflek memegang tangan orang yang mengantre di belakang Taesan. Yap, itu adalah 'si cewe cantik' itu. Habis sudah image keren Taesan di depan cewe ini.

"Eh maaf." ucap seseorang yang tadi mendorong bahu Taesan. Taesan mengangguk sebagai jawaban, harus bagaimana lagi, masa harus marah? Kan aneh.

Si cewe itu melepaskan tangan Taesan dari tangannya. Itu membuat suasana di antara mereka memburuk. Sangat canggung!

"Maaf." Taesan menatap mata cewe tersebut, lalu kembali mengantre seperti tidak terjadi apa-apa— agar terlihat keren, kan juga hari ini kantin sangat ramai, jadi ya harus membuat image yang keren daripada di godain. Padahal juga hati Taesan kali ini berdegup dengan sangat cepat, lebih cepat dari tadi. Ia berhasil menatap mata cewe itu! Tuhan, ini takdir atau takdir?

Taesan membeli dua makanan, sebagai permintaan maaf sudah tidak sengaja memegang tangan cewe itu. Saat ia membalikkan badannya, perempuan tersebut hilang. Apakah dia sangat marah? Pikir Taesan.

Dengan cepat, Taesan mulai mencari-cari kelas cewe itu. Ini sangat menghabiskan waktu sih tapi akhirnya ketemu juga setelah beberapa menit berlarian di lorong sekolah. Ia meminta tolong kepada seseorang di depan kelas si cewe untuk memanggilkan cewe tersebut.

Taesan tidak berani melihat cewe itu, biarkan lah cewe itu menjadi seperti kucing yang tiba-tiba berada di depannya dan mengagetkannya daripada Taesan pingsan duluan sebelum mengasihkan makanannya.

"Kenapa?" tanya cewe tersebut di depan Taesan. Degupan hati Taesan sekarang menjadi lebih cepat, ini akan meledak.

"Eh, ini, permintaan maaf tadi udah ngga sengaja megang tanganmu" Taesan menyodorkan makanan yang berada di tangan kirinya.

Untung saja diterima oleh cewe tersebut, jika tidak sih pasti Taesan sekarang sudah menjadi kepiting rebus. Itu akan memalukan.

Mereka duduk di depan kelas cewe itu. "Boleh tau siapa namamu?" tanya cewe tersebut yang sibuk memakan makanan traktiran Taesan. Dengan gagap Taesan menjawab namanya, dan Taesan juga menanyakan nama cewe itu. Ini adalah kesempatan, jika tidak bertanya akan sia-sia.

"Aku Gwen, salam kenal.. Taesan?"

•••

Tidak ada yang lebih baik daripada Minggu pagi, bukan? Hari libur yang cerah di kota indah ini. Seperti biasanya Taesan akan berjalan-jalan sembari mencari inspirasi untuk lirik lagunya.

Baru saja keluar dari pagar rumah tiba-tiba melihat seseorang yang familiar di muka Taesan. Itu Gwen. 'Apa yang dia lakukan di rumah orang baru itu?' pikir Taesan.

Beberapa detik Taesan membeku di depan rumahnya sembari melihat Gwen di rumah orang baru tersebut dan langsung terkejut memikirkan ini. Yap! Kalian tepat sekali, Gwen adalah tetangga baru Taesan.

Taesan memang jarang sekali lewat rumah milik tetangga baru itu, karena katanya ada sosoknya. Taesan juga termasuk takut dalam hal-hal misterius seperti ini.

Taesan melewati rumah itu hanya jika ingin bermain di rumah Sungho, karena rumah Sungho juga di dekat rumah hantu itu. Tetapi sekarang mungkin Taesan akan lebih melewati depan rumah ini, karena sekarang hantunya di ganti oleh bidadari.

"Oh? Taesan!" panggil sang bidadari atau Gwen. Taesan memerah saat di panggil oleh Gwen. Tentu saja memerah, dia tidak pernah di panggil oleh gebetannya dari dulu, karena Taesan dulu terlalu pendiam untuk menyukai seseorang. Taesan menjawab, "oh, hai Gwen."

Tuhan, ini kebetulan atau memang takdir kita?

BOY(S) NEXT DOOR  [√]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن