13 - Lowongan Sekretaris CEO

4K 277 17
                                    

JEANNE merasa tubuhnya remuk untuk yang kedua kalinya dalam minggu ini. Padahal mereka hanya melakukannya dua kali, tapi tetap saja durasi permainannya sungguh lama sekali.

Jeanne bahkan sampai mengumpati Alan karena pria itu tak kunjung selesai, padahal Jeanne sudah tidak tahan sejak tadi. Alhasil untuk ke sekian kalinya, Jeanne harus mengaku kalah telak dari pria itu saat berolah raga kasur.

"Kalau gue kayak gini tiap hari, mending gue resign dan balik ke Bandung aja, terus minta si bebek buat nikahin gue secepatnya," ucap Jeanne yang kini merebahkan tubuhnya karena lelah.

Mereka baru saja menyelesaikan satu percintaan panas di kamar mandi. Walaupun dibilang dari kamar mandi, tapi itu hanya awalnya saja karena endingnya Alan tetap membawanya ke kasur juga.

Alan yang sedang mengenakan kembali pakaiannya melirik Jeanne dari ekor matanya. "Emang dia udah siap mau nikahin lo?"

"Bilangnya sih udah, kenapa emangnya?" Jeanne menatap Alan yang kini sudah siap dengan semua pakaian kerjanya.

"Enggak, gue cuma nanya, karena lo masih punya hutang sembilan kali lagi sama gue." Alan menyeringai dan mendekati Jeanne yang kini sudah memelototinya. "Jangan lupa dan jangan sampai lari, ya!" peringatnya serius.

"Iya-iya, sana balik lo, gue mau siap-siap!"

Bohong. Jeanne hanya ingin beristirahat dulu, setidaknya sampai tubuhnya terasa lebih baik setelah digarap seperti itu oleh Alan sebelumnya.

"Oke, kalau ntar nggak bisa nemuin taksi, jangan lupa hubungin gue biar gue anterin lo berangkat kerja." Alan mengatakannya sembari memberikan kecupan singkat di puncak kepala Jeanne yang sedang tengkurap sekarang.

"Hm, pasti gue hubungin kalau gue nggak bisa nemuin sopir."

Setelah itu Alan pamit dari apartemennya dan Jeanne mulai mengangkat wajahnya.

Dia mengembuskan napas lega seraya menyangga kepala menggunakan kedua siku tangannya. "Kalau bukan karena duit dan dia jago mainnya, beneran udah gue tinggal resign itu manusia!"

Jeanne mendesah kasar, kemudian telentang dan menatap langit-langit kamarnya sendiri. Bayang-bayang saat mereka bercinta dengan panas pagi ini dalam berbagai posisi diam-diam kembali menghampiri.

Pipinya memerah, wajahnya pun terasa panas. Jeanne menggigit bibir bawahnya lalu bergumam pada dirinya, "Kira-kira Fredy bisa kayak gitu nggak, ya? Nggak perlu tahan lama banget kayak si Alan, tapi minimal dia bisa muasin atau ngimbangin gue aja. Itu udah lebih dari cukup menurut gue."

Setelah itu Jeanne bangkit dari ranjangnya dan cairan sperma yang begitu banyak dengan perlahan mulai mengaliri bagian paha dalamnya. Jeanne baru mengingatnya. Sejak kemarin Alan tidak pernah menggunakan pengaman saat bercinta dengannya.

Apanya yang pengalaman kalau pakai pengaman saja lupa?

"Dasar sialan! Kalau kayak gini ceritanya gue yang harus jaga diri gue sendiri, kan? Dasar berengsek lo Alan!"

Jeanne memaki pria itu sekali lagi dan mulai menyusun agendanya untuk hari ini. Pergi ke apotek untuk membeli pil kontrasepsi, lalu berangkat kerja dan bersibukan ria dengan tumpukan file yang bisa membutakan mata.

Semoga saja dia bisa pulang tepat waktu agar bisa lekas memejamkan matanya dan beristirahat. Namun kenyataannya, tugas kantornya sangat menumpuk. Dia bahkan belum jadi ke apotek karena jam berangkatnya sudah terlalu mepet.

Jeanne mengumpat begitu melihat lembar dokumen setumpuk yang ada di meja kerjanya pagi itu. "Sial, nggak masuk sehari aja kenapa kerjaan gue bisa jadi sebanyak ini? Jangan bilang kerjaan gue bisa beranak tiap jam lagi?" celetukannya membuat Tantri memutar bola matanya malas.

One Night Disaster (COMPLETED)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن