8. Masih Menjadi Sosok Terbaik

141 16 1
                                    

'Bahwa cinta adalah hal paling bisa membuat kecewa.'

Noda Dalam Ikatan Suci

~Thierogiara

***

Hubungan mereka kembali membaik, memang Jodi sama sekali tidak menyentuhnya, tapi Sasya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan itu, tidak ambil pusing, ini juga demi kesehatan mentalnya sendiri. Mereka akan akan menjalani hubungan jangka panjang sebagai sepasang suami istri, penting sekali untuk Sasya menjaga dirinya sendiri agar tetap bertahan di dalam rumah tangga ini bersama Jodi.

Walaupun agak aneh, walaupun jadinya Sasya pusing sendiri, walaupun jadinya Sasya menebak-nebak semua hal yang ada, tapi mari jalani semuanya dan tetap berpikir positif dengan semua hal yang ada di depan sana.

Sasya bangkit dari kasur dan cepat-cepat berlari masuk ke dalam kamar mandi, dia membuka closed dan langsung memuntahkan sesuatu yang ada di dalam mulutnya ke dalam closed.

Merasakan sebuah pergerakan, akhirnya Jodi juga bangkit dari posisi tidurnya dan mengejar Sasya ke dalam kamar mandi.

"You okey, Sya?" tanya Jodi.

Sasya menggelengkan kepalanya. "Kepala aku pusing banget, terus perut aku juga mual," kata Sasya, karena memang itulah yang dia rasakan.

Sebenarnya Sasya jarang sekali sakit, tapi mungkin ini rasanya sakit.

Jodi kemudian membantu Sasya berdiri, membimbing Sasya kembali ke kamar dan membantu Sasya merebahkan dirinya ke atas kasur. Jodi berlutut di sebelah ranjang, dia memegang tangan Sasya.

"Sakit banget?" tanyanya.

Sasya menganggukkan kepalanya.

"Ya udah, kamu nggak usah masak, nggak usah ngelakuin kerjaan rumah. Kita ke rumah sakit, aku siap-siap dulu," ujar Jodi.

Sasya menganggukkan kepalanya, salah satu alasan kenapa sejauh ini Sasya memilih tidak mempermasalahkan apa pun soal kejanggalan yang ada di dalam diri Jodi ya karena memang ada banyak sisi baik di dalam diri Jodi yang bisa Sasya lihat dengan baik pula.

Setelah itu Sasya bisa melihat kalau benar saja, Jodi langsung masuk kamar mandi untuk mandi dan bersiap.

Sebenarnya Jodi sudah ada feeling kalau sepertinya Sasya hamil, misinya sudah akan sampai di tahap selesai, karena yang Jodi butuhkan adalah cucu untuk kedua orang tuanya. Dia tidak butuh Sasya atau siapa pun untuk mendampingi hidupnya, dia tidak butuh wanita.

***

Sampai di rumah sakit, Jodi masih tetap bersikap seolah dia adalah suami paling baik di dunia, tangannya terus menggenggam tangan Sasya, bagaimana Sasya tidak luluh kalau perlakuan Jodi selalu begini? Selalu membuatnya merasa bahwa dirinya spesial.

"Aku takut banget kalau sampai harus dirawat mas," adu Sasya, dia baru saja menjadi istri Jodi, baru terhitung satu bulan dan rasanya agak gimana gitu kalau dia sudah sakit sekarang.

"Nggak apa-apa Sya, namanya juga sakit, kita kan nggak bisa prediksi. Tapi, kayaknya ini bakal jadi kabar bahagia buat kita berdua," jelas Jodi, penjelasan yang selalu adem dan selalu sesuai dengan apa yang Sasya harapkan.

Mereka mengantri di ruang tunggu, menunggu sampai nama Sasya dipanggil, saat nama Sasya dipanggil, mereka langsung masuk berdua, pemeriksaan dokter umum. Sasya diperiksa dan keduanya langsung berhadapan dengan dokter yang baru saja melakukan pemeriksaan.

"Anda sedang hamil, ini saya suratkan untuk ke poli kandungan," jelas dokter.

Sasya melongo untuk sesaat, sebelum akhirnya menatap ke arah Jodi, Jodi tersenyum, sebenarnya mau menunjukkan respons yang lebih lebay, tapi sadar bahwa mereka masih ada di ruang pemeriksaan, tidak sopan sepertinya.

"Terima kasih dok," ucap Sasya yang langsung mengambil surat dari dokter barusan.

Setelahnya mereka keluar dari dalam ruangan dan beralih ke poli kandungan di rumah sakit yang sama.

"Mas, aku hamil." Sasya mengatakan itu pada Jodi.

Jodi langsung mengelus kepala Sasya, dia mendekatkan kepala Sasya ke bibirnya dan mencium puncak kepala istrinya itu.

"Kita jaga sama-sama."

***

Kemudian dari dokter kandungan benar bahwa Sasya sedang hamil, usia kandungannya sudah lima minggu, memang perhitungan kan begitu, dari hari pertama datang bulan, jadi meski pernikahan baru satu bulan, kehamilan bisa lima minggu.

Mereka akhirnya mendapatkan foto USG pertama anak mereka, momen yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh Sasya.

Momen di mana akhirnya dia mengerti arti bahagia yang sebenar-benarnya, jatuh cinta meski dia masih belum bisa melihat wujudnya.

Sasya menjadi lebih manja, sepanjang jalan mereka pulang, Sasya menempelkan kepalanya di bahu Jodi dan Jodi juga tidak mempermasalahkan hal itu, malah sesekali dia mengelus kepala Sasya.

"Sayang banget sama kamu," kata Sasya, entah kenapa dia menjadi tidak sungkan mengungkapkan perasaannya pada Jodi, walaupun Jodi hanya membalasnya dengan senyum tipis, tapi Sasya tidak merasa bahwa itu adalah sebuah masalah.

Sasya bahkan terus tersenyum sejak mereka keluar dari rumah sakit, sangking bahagianya dan tidak menyangka kalau mereka akan dititip amanah secepat ini.

"Tuhan percaya banget ya sama kita," kata Sasya.

"Kayaknya bukan ke kita deh, ke kamu, soalnya kan kamu juga yang jadi tumpuan aku selama ini," jelas Sasya, iya kan? Dia hanya berusaha memandang semuanya dari sudut pandang terbaiknya dan dari sudut pandang terbaiknya itu dia hanya melihat Jodi yang sudah pantas menjadi orang tua.

Jodi kembali mencium puncak kepala Sasya. "Kamu juga hebat kok, Tuhan pasti juga percaya sama kamu untuk kita mengemban amanah ini," jelas Jodi, padahal memang yang ada di dalam kandungan Sasya adalah anak Sasya, bukan anak Jodi.

Tapi, mungkin sampai batas waktu yang Jodi sendiri tidak pernah tahu, anak itu akan terus menjadi anaknya.

"Kamu nggak pengen makan sesuatu?" tanya Jodi. "Aku pengen tau rasanya direpotin karena istri ngidam," lanjut Jodi yang kemudian terkekeh.

Luar biasa sekali bukan suaminya? Saat Sasya tidak meminta, Jodi malah menawarkan, Sasya benar-benar merasa bahwa dia hamil dengan sosok yang tepat, sosok yang bisa diandalkan dan sosok yang memang dia inginkan. Perawakan Jodi itu bagus sekali, wajahnya tampan dengan proporsi tubuh yang sangat bagus, jadi Sasya sudah membayangkan kalau anaknya juga akan terlahir dengan fisik yang baik nantinya, memang bukan tolak ukur, tapi pasti akan menjadi sumber bahagia untuknya.

"Lagi nggak sekarang mas, nanti tengah malam kayaknya," kata Sasya bercanda, Jodi juga ikut terkekeh karena itu.

Dia menarik hidung Sasya dengan tangannya, gemas juga dengan kelakuan istrinya.

"Jangan pernah berubah ya mas, aku mau nyaman sama kamu selamanya," ujar Sasya, sesederhana itu sebenarnya.

***

Lama nggak update, masih pada nungguin nggak sih?😅

Noda Dalam Ikatan SuciWhere stories live. Discover now