MELEPAS

184 24 12
                                    

Mobil terus berjalan mengarah ke pinggiran kota. Aku ingin bertanya kemana sebenarnya tujuan kami, tapi aku sudah menanyakan 2x tapi hanya senyuman yang dia berikan padaku sebagai jawaban.

Kami berhenti di depan sebuah gerbang besar berwarna putih, tak lama kemudian seorang security menghampiri kami.

"Song Hobum-nim, kau datang lagi."

"Yah...tempat ini sangat berarti. Jadi aku suka datang kemari. Apakah kau bosan melihatku?"

"Aniyo. Aku hanya bertanya. Jangan tersinggung." Jawab security dengan name tag Lee Sang Wo.

Mereka berdua seperti sudah lama saling mengenal. Aku baru pertama kali kemari.

"Hyung, tempat apakah ini." Tanyaku.

Ku lihat Hobum Hyung menunjuk ke arah depan. Ke sebuah plang tulisan yang cukup besar.

"PELAYANAN KESEHATAN MENTAL"

"Kenapa kita kemari?"

"Kita akan mengunjungi seseorang." Jawabnya.

"Siapa?"

"Kau akan tahu sebentar lagi. Mari kita masuk."

"Apakah aku bisa ikut Tuan?" Tanya Avraam.

"Ya, tentu." Jawab Manager Hyung.

Mereka berdua menolongku turun dari mobil dan mengenakan tongkatku. Aku harus mengatakan pada kalian, kesehatan itu adalah hal yang paling nikmat.

Kami melangkah bertiga. Manager Hobum menyapa beberapa suster dan pasien yang kami temui.

Perasaanku tidak enak. Dadaku tiba-tiba berdegup sedikit lebih kencang.

Semakin masuk ke dalam, jantungku berpacu semakin cepat. Ada apa ini?

Hobum Hyung menggiringku dan Avraam ke sebuah ruangan. Sebelum sempat mengetuk pintu, pintu itu terbuka.

Mataku membulat sempurna.
Dan seseorang di depanku tak kalah terkejutnya.

"Jimin-ah."

"................." Dia tak mampu menjawabku. Matanya penuh dengan air. Dia nampak berkedip cepat menghalaunya.

"Kau hanya melihatku? Tak ingin memelukku?"

"Air di mataku menghalangiku. Aku tak bisa melihatmu dengan jelas. Benarkah ini Hobi Hyungku?"

"Tentu. Siapa lagi." Aku hampir terjungkal karena pelukan cepatnya. Dia menangis di pundak ku.

"Jimin-ah, jangan kotori bajuku dengan ingusmu."

"Hyungggggg."

"Yak...kotori tubuhku. Tapi tidak pakaianku. Aku akan marah jika kau melakukannya."

"Aku tidak peduli. Aku bisa lebih marah besar padamu, kau menghilang dan datang tanpa memberiku kabar."

"Mianhae, dongsaengku."

Aku dan Jimin sedang duduk di taman rumah pelayanan ini. Kami terdiam cukup lama. Aku tidak punya kata-kata untuk ku ucapkan. Aku tidak tau harus memulainya dari mana.

"Hyung....haruskah aku marah padamu atas semua yang kau lakukan?"

".........." Aku terdiam.

"Sebelum kau datang, aku berencana memakimu jika kita bertemu." Katanya.

"Lakukanlah. Kau berhak melakukan apapun kepadaku. Aku tahu, aku tidak punya apapun untuk membela diriku sendiri. Lakukanlah Jimin-ah. Aku siap mendengarnya."

"Alih-alih ingin memakimu, saat berada di depanku, aku hanya ingin bertanya padamu.............apa yang kau pikirkan sampai kau melepas Yoongi Hyung untukku?"

Blood, Love & TearsWhere stories live. Discover now