LUKA

147 16 4
                                    

Pov: Jung Hoseok

Aku sudah mendapat tanggal pasti keberangkatanku. Tapi aku belum memberi tahu siapapun kecuali keluargaku dan Jin Hyung. Sejak aku mengumumkan lewat Vlive bahwa aku mengajukan pendaftaran wamil, Jin Hyung sangat aktif menghubungiku. Dia memberi tahu semua hal. Dari apa yang harus ku bawa, apa yang akan aku pelajari dan bagaimana suasana disana. Dari semua ceritanya, aku menjadi sangat tertarik. Aku yakin disana bukanlah tempat yang buruk.

Tentang perasaanku kepada Yoongi Hyung, aku belum bisa mengatakan bahwa aku sudah melepaskannya. Tapi yang pasti, untuk saat ini aku ingin fokus dengan wajib militerku. Aku juga berharap, dia dan Jimin bisa bersama. Aku ingin mendengar kabar bahagia itu suatu saat nanti.

Aku mengundang semua member dan staff untuk makan malam di rumahku. Aku berniat akan memberi tahu tentang tanggal keberangkatanku dan meminta doa kepada mereka semua.

Satu persatu tamu mulai berdatangan, aku sangat bahagia. Namjoon datang bersama maknae kami. Kemudian disusul Jimin bersama manajernya. Yoongi datang tak lama setelah itu.

"Dimana V, apakaha dia berhalangan?" Tanyaku pada Jungkook.

"Dia datang. Tenanglah." Jawab Namjoon sambil tersenyum.

"Aku sangat berharap semua bisa datang."

"Aku datang Hyung." V yang baru memasuki ruangan dan mendengar percakapan kami menyahut.

"Aku akan marah jika kau tak datang." kataku. Aku berdiri untuk menyambutnya. Dan menerima bucket bunga yang dia bawa.

"Gonawo V. Ini sangat cantik." pujiku.

"Yah, tapi tak lebih cantik darimu." balasnya.

Aku menjewer telinganya dan mereka yang melihat tertawa melihat interaksi kami.

"V, kau masih bisa tertawa sekarang dan kita lihat beberapa jam lagi. Apakah tawamu itu masih ada?" Goda Namjoon.

"Wae."tanya V.

"Achh..ayo kita makan sekarang. Tidak enak jika menyantapnya dalam keadaan dingin." Sela ku.

Kami semua makan bersama. Termasuk para staff dan manajer. Tidak ada kamera, tidak ada cctv. Kami benar-benar bebas tanpa ada aturan.
Sekilas aku melihat Jimin berusaha untuk tetap berada di samping Yoongi Hyung. Dia tidak ingin duduk jauh dari Suga. Hanya sekedar duduk berdampingan saja, Jimin sudah tampak sangat bahagia.

Kami melanjutkan acara makan malam ini dengan minum alkohol yang sudah ku persiapkan.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian semua." kataku. Aku melihat semua orang menghentikan obrolan mereka dan menatapku.

"Aku yakin kalian sudah tahu, aku mengajukan pendaftaran wajib militerku. Dan tanggal pastinya sudah keluar. Tanggal 18 april."

"Yah...kenapa begitu cepat." Keluh V.

"Aku menginginkannya. Aku sudah bersiap tentang hal ini. Aku tidak ingin ada acara apapun untuk melepasku. Aku juga tidak ingin ada army yang datang. Shi Hyuk-Nim bisakah kau mengaturnya?" Tanyaku pada CEO kami.

"Tentu, apapun itu aku akan melakukannya. Hoseok-ah apakah kami bisa memfilmkan?" Tanyanya.

"Yah. Kamsahamida PD Nim."

"Aku berharap semua berjalan sesuai keinginanmu Hyung." Kata Jimin.

"Yah ku harap juga begitu."

Kami melanjutkan minum-minum dan berkaraoke. Semua tampak menikmatinya.
Aku berjalan keluar menuju halaman belakang rumah. Aku ingin menghirup udara segar disini. Duduk di salah satu kursi taman dengan ditemani segelas whiskey. Sempurna.

"Kau membuat acara untuk dirimu sendiri disini?" Tiba-tiba suara yang sangat familiar menyapaku.

"Owh..Hyung. Aku hanya ingin menghirup udara segar." Jawabku.

"Cheers." Ku melihat dia mengangkat gelas yang dia pegang.

"Cheers."

"Jhope, apa kau bahagia?" Tanyanya.

"Kurasa iya."

"Syukurlah. Aku senang jika kau bahagia."

"Ku harap kau juga bahagia." kataku.

"Aku pikir, aku sudah lupa bagaimana rasanya." Jawabnya sarkas.

"Aku yakin tidak. Kau hanya tidak tahu bahwa itu adalah sebuah kebahagiaan saat kau mengalaminya. Tapi di masa depan, kau akan tau bahwa itu kebahagiaanmu." jawabku.

Dia tak menjawab, matanya memandang lurus ke depan. Aku berkali-kali menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Aku gugup. Jika aku meninggalkannya disini, akan sangat tidak sopan. Tapi duduk bersama dan terdiam seperti ini juga tidak baik untuk jantungku.

"Hyung."

"Hmm."

"Aku ingin meminta sesuatu padamu. Berjanjilah padaku."

"Berhenti membuat janji denganku. Kau sudah melakukannya sekali dan kau sudah melanggarnya." Jawabnya sambil menatap mataku sekarang.

Oh...Tuhan.

"Ini bukan tentangku."

"Lalu?"

"Hyung, bisakah kau menjaga Jimin untukku?" tanyaku.

"Kenapa aku harus menjaga Jimin? Dia sudah cukup dewasa, tentu dia bisa menjaga dirinya sendiri."

"Itu benar, tapi dia akan lebih bahagia jika kau ada di sampingnya." jawabku lemah.

"Kenapa kau harus memastikan kebahagiaannya? Berhentilah memainkan peran sebagai malaikat."

"Aku................"

"Silahkan kau berusaha keras untuknya. Tapi jangan libatkan aku."

"Tapi... tapi hanya kau yang bisa membuatnya bahagia." jawabku.

"Jhope, tak bisakah kau sekali saja memikirkan dirimu sendiri? tak pernahkan sekali saja kau memikirkan kebahgiaanku juga? kenapa hanya kebahagiaan Jimin yang menjadi prioritasmu?"

"........................"

"Kau menerima perasaanku. Kita menjalani hari bersama. Aku sangat bahagia. Kau pergi dan berkata akan kembali untukku. Kau berjanji padaku tak akan meninggalkanku. Tapi hari itu, kau meminta kita mengakhiri semuanya. Aku menyetujuinya karena di pikiranku apapun yang kau mau, aku akan berusaha mengabulkannya."

"..................."

"Sekarang, kau memintaku menjaga Jimin? Haruskah aku melakukannya juga? Haruskah aku menuruti omong kosongmu ini, JUNG HOSEOK?"

"Hyung......" aku menghentikan ucapanku saat melihatnya mengangkat tangannya.

"Harusnya....harusnya kau memastikan aku telah sembuh dari luka yang kau beri dulu, baru kau boleh memberiku luka yang baru. Aku tidak bisa menanggungnya secara bersamaan."




Blood, Love & TearsWhere stories live. Discover now