"Apa kau masih marah padaku atas kejadian hari itu?"

"Atau kau masih tidak ma—,"

"Jika kau tidak ingin pergi. Maka biar aku saja yang pergi." Evelyn bangkit dari kursi, mengambil tas slempangnya lalu beranjak dari sana.

Ia masih perduli pada pria itu. Tak mau jika Kinan menjadi sasaran Romeo.

Namun baru selangkah ia menjauh. Pria itu lebih dulu mencekal tangannya menahan dirinya agar tidak pergi begitu saja. Dan hal itu kontan membuat ia kembali menoleh, menatap ke arah pria itu dan tangannya dengan sorot tajam. Seakan titah tanpa suara untuk diminta segera melepaskan.

"Ah, maaf." Peka. Pria itu langsung melepaskan tangannya. Dan Evelyn langsung beranjak dari sana meninggalkan pria itu yang menatap kepergiannya.

"Apa dia sudah tidak mencintaiku?"

Pria itu menghela nafasnya. Padahal ia tadi amat senang kala mendapati kehadiran Evelyn di sini. Tapi sepertinya Evelyn masih marah padanya atas kesalahpahaman tujuh bulan yang lalu.

*****

"Kau dari mana? Kenapa tidak ada saat ak—,"

Grep!

Evelyn memeluk Romeo tiba-tiba membuat pria itu menghentikan ucapannya. Erat gadis itu mendekap dengan wajahnya yang ia benamkan di dadanya. Dan hal itu berhasil membuat Romeo menegang beberapa detik karenanya.

"What's wrong?"

Evelyn menggeleng pelan dengan tangisan yang mulai terdengar. Basah terasa baju Romeo karenanya. Dan akhirnya pria itu membalas pelukan Evelyn tak kalah eratnya, mengusap pucuk kepala istrinya itu mencoba menenangkannya.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

Evelyn menggeleng lagi membuat Romeo paham dan tak lagi bersuara. Pria itu akhirnya memilih diam dengan posisi itu menunggu Evelyn menghabiskan tangisnya.

Dan setelah tangis istrinya mulai mereda, ia mulai membenahi posisi, membawa Evelyn berpindah ke sofa dan membawanya dalam pangkuannya. "Tadi kenapa pergi dari sana, hm? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk menungguku?"

Evelyn akhirnya mengangkat pandangannya. Ia menatap Romeo dengan mata sembabnya. "Aku tadi lapar, maka dari itu aku pulang lebih dulu."

Romeo menelisik mata Evelyn, kepalanya bergerak pelan mendekat lalu kembali berkata, "Jawab yang jujur Evelyn. Kebohonganmu barusan sangat mudah aku tebak."

Evelyn menghela nafasnya. Ia lalu menggelengkan kepalanya tak mau menjawab. Sebab jika Romeo mengetahuinya. Maka habislah ia kembali mendapati hukuman yang bahkan bukan kesalahannya.

"Aku lapar, sungguh," katanya, memasang wajah memelas berharap Romeo percaya.

"Lalu sekarang sudah makan?"

Evelyn menggeleng. "Belum."

Pria itu terdiam sejenak. Lalu mengecup sudut bibir istrinya memilih untuk menyudahi perbincangan ini. Sebab perut istrinya harus diisi lebih dulu.

"Baiklah, kalau begitu sekarang mau makan?" Tanyanya, memberikan penawaran. Kebetulan ia memang sudah memesan makanan kesukaan Evelyn untuk makan malam mereka.

Romeo AlmaheraWhere stories live. Discover now