4. Myeongdong Night Market

3 5 1
                                    

Kami sampai di hotel pada pukul sepuluh pagi. Hotel yang sudah aku booking melalui website ini merupakan salah satu hotel terbaik di Myeongdong, merogoh kocek seharga tiga juta rupiah permalam untuk deluxe to twin bed dan dua juta rupiah untuk deluxe king bed, maka dari itu aku menolak keras saat Mas Harsya bilang ingin menyewa kamar lain aja. Bukan pelit loh ya, tapi sayang uang!

Aku melakukan check-in sebentar di meja penerima tamu -tentunya dengan bahasa inggris agar lebih lancar- setelah itu salah satu staf hotel mengantarkan kami sampai pintu kamar.

Ketika pintu terbuka, kami langsung di suguhkan dengan ruang kamar yang sangat rapih danluas. Dari sebelah kiri pintu kami disambut dengan lemari dan beberapa laci untuk menyimpan barang, lalu di kanan terdpat kamar mandi yang dilengkapi shower dan betup. Berjalan lebih dalam, terdapat sofa, dua kasur, smart Tv, dan meja kerja. Tidak ketinggalan juga ada jendela besar yang ketika dibuka gordennya akan memperlihatkan pemandangan Myeongdong.

"Aku di deket jendela ya, Mas?" Aku bertanya dengan menatap Mas Harsya memelas.

Mas harsya menganggukan Kepala membuatku semangat segera melangkah kaki ke kasur.

Menaruh koperku yang besar lebih dahulu di sudut ruangan lalu segera menjatuhkan tubuh di atas kasur yang empuk. Akhirnya ketemu kasur juga!

Aku melirik Mas Harsya melalui ekor mata, laki-laki itu ternyata sudah duduk di sofa membuka laptopnya dan sedang ngotak-ngatik kamera.

Aku menguap lebar ketika rasa ngantuk menghampiri. Perlahan aku menutup mata membiarkan kegelapan mengambil alih.

••••

Drttt drttt

Tidur nyenyakku tiba-tiba terusik saat mendengar handphone yang terus bergetar di atas nakas. Tanganku terulur, mengambil tanpa membuka mata, jariku langsung menggeser ikon berwarna hijau hafal.

"MEYRAA" sontak aku terlonjak, menjauhkan handphone dari telinga sampai zone aman.

Mataku yang meolot reflek melihat ke samping, dari sofa Mas Harsya menatap aku dengan raut tanya seperti ada tulisan di dahinya 'kenapa?'. Sambil menetralkan keterkejutanku, kepalaku menggeleng mengibaskan tangan padanya.

Aku berdecak saat melihat siapa yang menelpon. "Kenapa sih, Let? Gak usah teriak-teriak."


"Heh! Chat gue kenapa nggak dibales? Mas Harsya juga samanya." bukannya jawab dia malah nanya.

Dahiku mengekerut. "Masa sih? Perasaan gue udah ngebales kok."

"Apaan?! Chat gue lo anggurin 18 jam dibaca doang! Mas Harsya juga, gue chat nggak di bales." protes Aletta dengan nada bersungut.

Tanganku bergulir membuka room chat Aletta ternyata betul aku belum balas pesannya tapi udah aku baca kok, mungkin pas itu aku jawabnya di hati aja kayaknya.

"Sorry Let, nggak ke kirim kayaknya tadi deh." alibiku.

Aletta mendengus. "Gimana? Perjalanan ke Korea lancar nggak?" tanyanya.

Aku merubah posisi dari tiduran menjadi duduk menyender pada kepala ranjang. "Lancar kok."

"Terus udah sama Mas Harsya kan pasti?" tanyanya lagi, udah macem dora the explorer aja ini orang nanya mulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Season Of SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang