Day 33 : Penyesalan

Mulai dari awal
                                    

Dihembuskannya napas perlahan untuk menstabilkan kinerja paru-paru nya yang sempat terhambat, setelah merasa lebih stabil akhirnya Keita bisa bersandar pada sandaran sofa dengan tubuh yang masih terselimuti keringat dingin.

Sesaat kemudian entah dorongan darimana, pria itu meraih jaketnya yang tergeletak secara asal di lantai lalu pergi ke luar apartemen nya.

Tidak ada gunanya berpikir, aku harus berbicara langsung dengan Helios.

Saat itu pukul sudah menunjukan jam 10 malam, meskipun Tokyo adalah kota tanpa tidur tetapi tetap saja tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sungai.

Keita juga tidak mengerti kenapa hati nya membawa ia ke jembatan sungai ini, kearah tempat dimana ia dan Helios bertemu dan mereka berdebat sengit.

Keita memandang kearah air sungai yang terlihat hitam pekat disertai pantulan lampu-lampu malam khas Tokyo, membuat sungai itu terasa lebih bersahabat di tengah auranya yang mencekam.

Beberapa saat kemudian Keita memalingkan pandangannya dan menatap kearah depan, tepat kearah dimana seorang pria dengan rambut perak yang di kuncir ekor kuda sedang berdiri menghadap ke sungai, terlihat bahwa pria tersebut sedang kalut dengan pikirannya sendiri.

Saat itu juga Keita langsung mempercepat langkahnya untuk menghampiri pria yang sudah sangat familiar itu.

"Helios."

Mendengar namanya dipanggil, Helios pun menoleh. Mendapati Keita sedang berdiri tidak jauh darinya sambil menatap luruh kearah dirinya, Helios pun seakan ingin pergi dari sana tapi dirinya menahan keinginan tersebut.

"Ya?"

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Keita.

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya, ada perlu apa kau dengan ku?"

Mendengar nada ucapan Helios yang terkesan datar, Keita pun tidak bisa menahan kebingungan dalam dirinya. Bukankah pria itu selalu berkata dengan nada lembut padanya.

"Aku, hanya ingin tahu apakah kau baik-baik saja."

"Aku baik-baik saja."

"Begitu."

Keita kehabisan kata-kata, dirinya hanya bisa menatap Helios yang juga sedang menatapnya dalam diam. Saat itu Keita bisa melihat bahwa luka di wajah Helios hasil dari pukulannya malam itu sudah pudar, bercak-bercak kemerahan di leher sampai ke tulang belikat pria itu sudah tertutup dengan plaster luka dan memar bekas cengkeramannya pun sudah mulai hilang.

Lagi-lagi ia merasakan rasa sesak di dadanya, entah sejak kapan Keita merasa bahwa bertatapan dengan Helios menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Saat ini kesadaran nya seakan terbagi menjadi dua, satu ingin pergi dari sana lalu membunuh dirinya sendiri. Sedangkan yang lainnya ingin menjelaskan pada Helios serta meminta maaf pada pria itu sebelum ia membunuh dirinya sendiri.

"Helios, hm... Apa bayi kita baik-baik saja?"

"Bayi ku baik-baik saja."

Helios menggunakan kata 'ku' untuk menyebut darah daging mereka yang dimana Keita menyadari bahwa Helios sudah memutuskan hubungan antara bayi tersebut dengan Keita, saat itu juga pria bersurai hitam pekat tersebut sungguh merasakan penyesalan yang tidak bisa ia utarakan dengan kata-kata.

"H-helios?"

"Ya?"

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu. S-saat itu aku hanya marah, aku melihat mu dengan Sasaki dan aku-"

Keita belum sempat mengakhiri kata-kata. Namun Helios sudah dengan tegas memotong ucapannya, pria itu enggan mendengar apapun lagi keluar dari mulut Keita.

Black Pearl [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang