Bab 3

81 5 1
                                    

"Nanti adek-adek dibagi menjadi beberapa kelompok ya. Setiap kelompok ada kakak pembimbing yang bakal ngejelasin selama kalian tour sekolah dan apa aja yang adek-adek harus lakuin. Apakah ada yang mau ditanyakan?"

Salah satu murid ada yang mengangkat tangannya.

"Iya kamu, apa yang mau ditanyakan?"

"Kak Handrean nanti jadi kakak pembimbing nya gak?"

"Wah pertanyaan yang menarik, tapi sayang sekali saya tidak akan menjadi kakak pembimbing nya— Loh loh kenapa jadi pada lesu semua" heran Handrean melihat siswi-siswi yang mendadak lesu.

Para anggota panitia terkekeh melihat itu, mereka akui pesona ketua mereka memang tidak dapat terbantahkan.

"Baiklah, kita mulai aja kegiatan MPLS kali ini. Kak rean bakal bacain nama-nama kelompoknya ya"

Handrean mulai membacakan nama-nama kelompoknya satu persatu. Gema dan Gavino pun sedang menunggu nama mereka untuk dipanggil.

"5 anggota terakhir di kelompok terakhir ada Gema, Gavino, Micel, Dhirvie dan Hera"

"Nah nama-nama yang tadi udah dipanggil, silahkan menuju ke kakak pembimbing di depannya ya. Selamat menikmati MPLS kalian dan patuhi peraturan nya! kakak undur diri. Sampai jumpa adek-adek" pamit Handrean kepada murid-murid disana.

"Sampai jumpa kak Rean" ucap murid-murid yang dibalas senyuman ramah oleh Handrean.

Kemudian, Handrean keluar dari gedung aula dan kakinya pergi melangkah untuk menuju kantin. Tenggorokannya terasa kering, karena sejak tadi terlalu banyak berbicara.

"MAS JARWO KIW!!" teriak Handrean, padahal mas Jarwo ada di depannya yang sedang memasak.

"EH KODOK MALING CINCAU! Rasah bengok ndre! (gausah teriak ndre)" kesal mas Jarwo membuat Handrean tertawa.

"Meh tuku opo koe? (mau beli apa kamu?)" tanya mas Jarwo kepada Handrean.

"Tuku teh jus mas (beli teh jus mas)"

"Ashiiaappp"

"Mass, beli permen karet"

Handrean langsung menengok ketika mendengar suara perempuan yang sangat tidak asing di telinganya. Dan benar! pantas saja suaranya terasa tidak asing karena suara itu milik seseorang yang sangat ia kenali, Shanna.

"Shanna" secara spontan bibir Handrean memanggil perempuan tersebut.

Shanna tidak merespon panggilan Handrean dan pergi begitu saja setelah membayar.

"Bro, isih seneng ro Shanna? (bro, masih suka sama Shanna?)" tanya mas Jarwo.

Handrean tersadar dari lamunannya dan pipi nya bersemu merah mendengar pertanyaan dari mas Jarwo.

"Mau tau aja, apa mau tau bangett" goda Handrean mengalihkan pertanyaan dari mas Jarwo.

"Ealah wong nom pikirane cinta-cinta terus, ki minumane (ealah anak muda pikirannya cinta-cinta terus, nih minumannya)" ucap mas Jarwo sembari memberikan minuman milik Handrean.

"Suwun mas (makasih mas)"

Handrean membayar minumannya lalu segera pergi dari kantin untuk mengejar Shanna. Matanya mencari-cari keberadaan Shanna berharap dia masih ada di sekitaran kantin, namun nihil ia tidak menemukannya. Pada akhirnya, Handrean memutuskan untuk kembali ke aula.

Saat dirinya berjalan untuk menuju aula, tidak sengaja Handrean melihat Shanna sedang mengambil buku-buku yang terjatuh di lantai. Rasa ingin menghampiri pun begitu tinggi, pada akhirnya Handrean memberanikan diri dan perlahan kaki jenjangnya berjalan mendekati Shanna.

RosemateOnde histórias criam vida. Descubra agora