Prolog

328 40 9
                                    

20 May 2015


Lelaki itu hanya menatap kosong piano yang sedang dihadapannya. Pipinya basah, matanya terlihat merah dan bengkak, terlihat pula lingkar hitam yang menghiasi matanya itu. Wajahnya terlihat pucat. Ia terlihat buruk. Sangat buruk. Lagi, dan lagi ia mulai menitikan air matanya. Dengan kasar ia menghapus air mata yang baru saja turun dipipinya dengan tangannya yang kekar. Lalu tangannya, tepatnya kedua sikunya mendarat diatas penutup piano yang dihadapannya untuk menopang wajahnya. Lelaki berambut hitam itu terlihat sangat frustasi. Hidupnya terasa hancur, tanpa dia. Ya, dia.

Lelaki itu mulai membuka penutup tuts piano dan mulai menekan tuts-tuts itu masih dengan tatapan kosongnya. Suara dentingan pianopun mulai menggelegar diruangan itu, dengan irama yang terdengar memilukan. Kenangan itu berputar kembali dipikirannya. Semua telah usai. Semua telah hilang. Pengalaman yang buruk menimpanya setahun yang lalu. Pengalaman yang mulanya dimulai oleh kesalahannya.


"Lost here in this moment

And time keeps sleeping by

And if I could have just one wish

I'd had you by my side

Oh.. I miss you

Oh.. I need you"


Lelaki itu mulai melantunkan satu bait lagu. Lagu yang mungkin sangat pas untuk dirinya saat ini.


"Kenapa aku terlalu bodoh, Tuhan? Kenapa tidak aku saja yang kau ambil? Ini semua salahku, Tuhan, salahku!" Teriak lelaki itu.


"Tuhan, dimanakah pintu surga? Akan kugantikan tempatku dengan tempatnya. Lebih baik aku yang mati, Tuhan!!" Lelaki itu menjambak kasar rambut hitamnya yang sudah tak berbentuk itu.


Lalu tangan lelaki itu menjalar ke saku celananya untuk mengambil sebuah gelang yang sangat berharga baginya. Sebuah gelang berbandul bintang milik gadisnya, gelang pemberian ia dahulu. Ia mendekatkan gelang itu ke bibirnya, lalu ia mengecup gelang itu, mengingat gadis manisnya.

Butiran-butiran air mulai merembes dari matanya. Ia benar-benar masih sedih, merasa kehilangan. Kehilangan gadisnya yang sangat ia cintai. Ia semakin terisak.


Ia bangkit dan menuju meja yang terletak tidak jauh dari pianonya. Lalu ia menggenggam sebuah botol minuman yang terdapat dimeja tersebut. Ia mulai menenggak minuman itu, mungkin untuk yang keseribu kalinya. Dan ia kembali duduk, tetapi bukan di kursi piano. Ia duduk di kursi di sebelah meja yang terdapat banyak botol-botol minuman. Ia kembali termenung dan menatap kosong botol minuman yang saat ini ia genggam.


Kini yang tertinggal hanya kesedihan..


Kini yang tertinggal hanya penyesalan..


Kini yang tertinggal hanya kenangan..


Dan kenangan itu terputar kembali dibenaknya..





Hai, aku Rheinalda. Ini fanfict pertamaku(yang dipost). Baru prolog aja udah abal banget ya :3

Those Stars//calumhoodOnde histórias criam vida. Descubra agora