"Meninggalkan mu sendirian? Duh, aku tidak ingin mengambil resiko. Banyak pria hidung belang disini." ucap Ryuu.

"Tapi kita tidak bisa membawa Helios lebih jauh dari ini, dia membutuhkan kartu akses sedangkan kita tidak punya wewenang untuk itu." saut Asahi.

Helios yang melihat kekhawatiran merekapun merasa tidak enak hati, dengan lembut ia berujar. "Tidak apa, aku bisa menjaga diri. Lebih baik kalian kembali bekerja."

"Kau yakin?" tanya Asahi lagi mencoba meyakinkan.

Helios mengangguk dengan mantap, manik matanya menatap dengan tatapan tegas ke arah mereka yang membuat Asahi maupun Ryuu merasa sedikit lebih baik meskipun masih berat hati.

"Baiklah, hubungi kami jika kau butuh sesuatu." ujar Ryuu.

"Jika ada pria yang menggoda atau mencoba menyentuhmu, jangan ragu untuk memukul mereka. Tenang saja, posisiku lebih dari cukup untuk melindungimu." saut Asahi.

"Baiklah, terima kasih." jawab Helios dengan senyum merekah di wajahnya.

Setelah itu Asahi dan Ryuu pun pergi dari kafetaria, meninggalkan Helios sendiri. Namun sebelum itu Asahi dan Ryuu membelikan banyak cemilan dan minuman untuk Helios nikmati sambil menunggu Keita.

Cukup lama waktu berlalu dan Helios tidak kunjung melihat Keita, hatinya mulai gelisah karena banyak pasang mata yang sedang tertuju padanya saat ini.

Karena tidak sanggup lagi menahan kegelisahannya, Helios pun memutuskan untuk berjalan ke arah gedung tempat di mana Ryuu dan Asahi pergi. Helios ingat bahwa Ryuu pernah berkata bahwa pria itu bekerja di lantai yang sama dengan Keita yang berarti Keita juga bekerja di gedung ini.

Namun Helios melihat penjagaan di gedung tersebut sangat ketat, semua orang diperiksa identitasnya satu persatu membuat Helios tidak punya kesempatan untuk menyelinap masuk.

Pria bersurai perak itu hanya bisa berdiri dengan gelisah tidak jauh dari pintu masuk gedung tersebut, sesekali terlihat Helios mengecek ponselnya seakan ingin menghubungi seseorang tapi niatnya itu selalu ia urungkan, Helios takut akan mengganggu Ryuu dan Asahi.

Ditengah kebingungannya, ia tiba-tiba merasakan sebuah tangan memegang pundaknya dari belakang. Sontak Helios menepis tangan tersebut lalu memukul orang yang telah berani menyentuhnya.

"Aduhh, maar.. maaf."

Sasaki menahan satu pergelangan Helios yang hendak memukulnya lagi, sedangkan satu tangannya menutupi wajahnya yang sempat terkena pukulan Helios.

"S-Sasaki?"

Helios yang baru menyadari bahwa pria di hadapannya adalah Sasaki sontak merasa terkejut, dengan panik ia meminta maaf berkali-kali.

"Hahaha, tidak apa-apa. Meskipun tanganmu kuat tapi pukulannya tidak terlalu sakit."

"Maafkan aku, aku tidak tahu kalau itu kamu."

Sasaki melihat ekspresi panik di wajah Helios seketika merasa gemas, satu tangannya mencubit pipi Helios dengan lembut. Ia juga tertawa ringan saat melihat ekspresi kesal dari Helios.

"Sudah aku katakan, aku tidak apa-apa."

"Humm." Helios berusaha melepaskan cubitan Sasaki dari pipinya.

Sasaki pun melepaskan pipi Helios tapi sebagai gantinya, ia menepuk puncak kepala Helios dengan lembut.

"Sedang apa disini?"

"Aku ingin menemui Keita."

Mendengar hal itu, senyum di wajah Sasaki pun seketika memudar. Namun sesaat kemudian ia langsung memasang senyumannya lagi, dengan perlahan ia menarik tangannya dari puncak kepala Helios.

Black Pearl [Open PO]Where stories live. Discover now