tak pernah sebelumnya

210 30 5
                                    

*FaceTime

.....
.....

"Apakah menurutmu aku salah jika harus berubah menjadi orang yang kasar?

Karena itu kesimpulan yang aku dapat dari omongan Nyonya." Wajah Arish terpampang risau.

"Pacarku ini tidak pantas jadi orang kasar. Kalau nanti aku jadi korbannya lagi, gimana dong?" Tutur Hanni.

"Lagi? Aku tidak pernah dan tidak akan kasar padamu, Hanni." Arish bingung dengan penuturan pacarnya.

"Benarkah? Ingat ngga kamu sama ciuman kita sebelum ada pengumuman libur panjang waktu itu?" Ah? Ini percakapan mengarah ke sana, pikir Arish saat Hanni mengingatkan sesuatu tentang kenangan mereka.

"Em?" Arish masih ingin melanjutkan tuntutan penjelasan dari Hanni.

"Bibirku berdarah, kamu malah terusin... Itu kasar tahu." Hanni tersenyum kecut.

"Hahaha, itu? Maafkan aku. Aku hanya terbawa..." Arish menggantungkan penjelasannya.

"Terbawa apa, my Asa?" Hanni menahan tawanya.

"Terbawa angin...." Jawaban Arish mengarang.

"Angin dari mana?! Haha.

Kamu jangan gitu lagi, ya? Kasihan Pharita," setelah habis tertawa menggoda Arish, Hanni membawa lagi ke pembicaraan yang awalnya dibawa oleh Arish.

"Tapi Nyonya memberikan tugas negara itu padaku, Sayang..." Arish tetap mengeyel.

"Coba kalau kamu di posisi Pharita... Bentuk kekerasan apapun yang dia terima itu tidak boleh menjadi wajar." Hanni kembali mengingatkan Arish secara halus.

"Sayang, ngga mungkin banget aku stop buat ngelakuin itu. Soalnya Pharita ini udah kelewatan gitu, dibilangin Mamanya aja udah ga bisa, jadi siapa yang harus bertanggungjawab lagi kalau bukan aku? Yang bernotabene sebagai pembantunya." Jelas Arish.

"Yaudah terserah kamu.

Pacar aku ngga capek?" Final Hanni, tak ingin berdebat dengan Arish. Kemudian mengganti topik pembicaraan mereka.

"Aku lelah sekali hari ini," jujur Arish, mungkin karena banyak marahnya?

"Kamu mau hadiah ngga?" Pertanyaan itu melesat saja dari mulut Hanni.

"Hadiah apa?" Arish memunculkan wajah penasaran.

"Kiss bye? Hihi" goda Hanni, padahal dia hanya iseng.

"Nggak! Aku mau yang lain saja." Arish meminta sesuatu yang lain, bukan kiss bye.

"Apa yang lain?" Hanni bingung, ia sedikit mengarahkan kepalanya ke kamera HP.

"Em...? Itu, dulu aku pernah bercita-cita untuk menyentuhnya," ucap Arish sambil memikirkan Hanni yang ternyata semakin lama semakin cantik itu. Bukan! Arish memikirkan sesuatu yang tak pernah dipikirkan oleh dirinya sendiri.

"What? What do you mean?" Hanni tetap saja bingung dengan permintaan pacarnya.

"Itu...! Aku ingin melihatnya. Kamu di kamar kan?" Mata Arish tertuju pada salah satu bagian tubuh Hanni.

Gilir Mahligai | RoSa / RorAsa Babymonster Where stories live. Discover now