I can see you ;

187 30 10
                                    

"Kau datang untuk memastikan?" Pria itu menatap sembari merapikan jasnya yang bahkan tidak berantakan.

Dia hanya berusaha agar tidak ada kecanggungan di antara dua sahabat yang sudah hampir di pisahkan oleh masing-masing kesibukan itu.

"Tentang?"

"I don't know. Tentangku dan Anna atau—Kalea?" Regan mendecih. Pria itu menyugar surainya ke belakang.

Sesekali menyesap nikotin yang ia apit pada kedua belah jarinya. Bibir tipisnya mengeluarkan asap seolah asap beraroma pekat itu sudah telak menjadi bagian hidupnya. Anehnya, sekalipun ia perokok, bibirnya masih tetap sama. Merah, tipis dan menggiurkan.

"Aku tau kau dan Kalea tidak berakhir semudah itu. Aku sudah melihatnya jauh dari dalam dirimu sejak saat itu."

"Dia mempersulit segalanya!" Kata Vincent sembari pada akhirnya menyerah dan memilih melepaskan jas yang membuatnya gerah kepayahan.

Membuka kancing kemeja kemudian menggulung lengannya hingga ke siku. Satu tangannya meraih gelas berisi whisky favoritenya. Pandangannya menguar, menatap luaran balkon dengan pemandangan indah dibalik lantai 77 itu.

"Lagi pula sejak kapan kau begitu memperhatikan orang lain? Bukankah membuat kesalahan dan melupakan adalah hal wajar dan umum bagi Vincent Lee? Kakekmu bahkan lebih kejam."

"Aku tidak sepertinya!" Regan mengulas senyum tipis.

"Apa rencanamu?" Tanyanya santai. Pria itu mematikan ujung rokoknya dan memilih untuk merebahkan diri di sofa empuk milik Vincent.

"Tidak ada. Kau melindunginya! Apa perlu kita bermusuhan untuk seorang wanita?"

"Memang kau menyukainya?" Sarkas Regan. Vincent menatap Regan dengan pandangan menyipit.

"Sejak kapan kau tahu aku pernah membuang-buang waktu untuk hal semacam itu?" Regan menjentikkan jemarinya,

"Like I said?"

Keduanya kini terdiam. Vincent berbalik menatap sahabatnya itu. Menuangkan segelas Vodka kemudian mendekati Regan dan mengulurkan tangannya. Regan menghela napas berat namun tetap bangkit dari sana sembari menerima uluran gelas Vincent.

"Aku tidak ingin mabuk malam ini. Ada janji!" Vincent menatap Regan tak suka.

"Kau hanya memakai wanita itu untuk kepuasaanmu kan? I'm watching you, Re!" Regan tertawa renyah.

"Bukan hanya aku. Kita. Aku dan dia sama-sama saling menggunakan. Sama seperti kau dan para wanita mu."

"Bagaimana seorang Kalea bisa tunduk bahkan memberikan badannya untukmu? Aku juga ingin mencobanya!"

Regan tertawa renyah. Ia menatap Vincent sembari memicingkan mata elangnya tajam.

"Don't you dare!"

Vincent menatap punggung Regan yang perlahan menjauh. Meninggalkan obrolan keduanya. Dari tatapan dan cara Regan mengancamnya, Vincent tahu ketiga manusia itu tidak akan berujung baik. Apa Regan memiliki perasaan pada Kalea? Tapi sejak kapan?

•••

Di dunia ini ada tiga jenis manusia. Yang baik tapi menutupi kebaikannya. Yang buruk tapi seolah menunjukkan betapa baik dirinya. Dan yang terakhir, yang tidak tahu ada di sisi mana dirinya namun lebih memilih untuk mengikuti arus yang lebih menguntungkan. ~ Kalea Rivera.

"Kau tahu kan minuman yang ini untuk meja nomor 7? Kenapa kau memberi arahan untuk pergi ke meja nomor 9?!" Salah satu bartender terlama itu berusaha membuat keributan sebab Kalea tampak memberikan intruksi yang salah pada waitress yang baru saja mengantar minuman buatannya.

La VerásTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang