Duapuluh lima

1.4K 107 20
                                    

Perlahan pria dengan alis tebal hitam legam itu menggeliat untuk menyamankan posisi kepalanya di atas pangkuan Nunew yang sedang duduk bersandar di headboard ranjang. "Berhenti menatapku seperti itu hia" protes Nunew pada Zee. Pasalnya pria tampan itu sudah memandangnya sejak 10 menit yang lalu.

"Kau terlalu indah hingga hia tidak bisa mengalihkan tatapan hia padamu Nu" ucap Zee dengan gombalan serta senyum mautnya, si tampan kemudian kembali menggeliat untuk memperbaiki posisi agar lebih leluasa memandang Nunew di atas ranjang pria cantik itu dengan tangan kekar yang melingkar di pinggang ramping si cantik, sangat pas. Ya, mereka berdua sekarang berada di rumah kaca Nunew.

Keesokan harinya setelah mereka sudah dinyatakan pulih, James mengizinkan Zee dan Nunew untuk kembali ke rumah namun tetap dengan pantauan dari James pastinya.

Mereka tidak pulang sendiri. Pasangan Max Nat juga setia mendampingi kepulangan mereka. Pastinya dengan kedua orang tua Zee yang saat ini tengah berbincang dengan nenek Panich di pavilion kaca di tengah taman bunga.

Tangis haru adalah hal pertama yang dilakukan tuan Pancih ketika dirinya baru pertama kali melihat nenek Panich menyambut hangat kedatangannya. Luka bakar di wajah wanita tua itu sama sekali tidak menghalangi tuan Panich untuk tidak mengenali ibunya sendiri. Tidak lupa dirinya memeluk lalu bersimpuh dan mencium kaki wanita tua yang sudah lama menghilang dari pandangannya itu.

"Nuu, apakah kau tau? Hia dulu sempat depresi dan dirawat oleh psikiater saat di Bangkok." Ungkap Zee kembali membuka suara lalu mengalihkan pandangannya pada atap kaca yang membiaskan cahaya matahari pagi tepat di atas mereka.

Mendengarnya hati Nunew kembali berdenyut, separah itu kah? Pikirnya. Dia hanya mengetahui tentang kebiasaan buruk pria ini yang mengkonsumsi alhkohol dan merokok setelah mengetahui Nunew Nat yang memberitahunya. Bak hilang di telan bumi, tidak ada informasi yang bisa didapatkan Zee saat itu. Karena memang Nunew yang menyembunyikannya rapat-rapat, Nunew tidak bisa dibilang keluarga biasa, ingat? Meskipun kedua orang tuanya telah tiada, bukan berarti dia tidak memiliki power untuk menyembunyikan informasi tentang keberadaannya.

Melihat Nunew yang tak bergeming, Zee melanjutkan ceritanya "Dan coba tebak siapa psikiater yang menangani hia" lanjutnya.

"Siapa hia?" Tanya Nunew dengan sirat nada penuh rasa ingin tahu

"Dia Net." Jawab Zee singkat.

"Net? Net siraphop?" Oke, Nunew cukup terkejut mengetahui ini. Mengingat dirinya sangat dekat dengan Net, namun pemuda tak kalah tampan itu tidak memberitahu apapun padanya. Lebih tepatnya, karena pemuda itu tidak ingin Nunew mengingat kembali masa lalunya.

"Eummm... dia psikiater yang hebat. Saat pertama kali dia menangani hia dulu, meskipun tidak lama karena hia merasa sedikit tenang. Dia memberikan nasihat-nasihat ajaibnya yang begitu mujarab hingga menampar kewarasan hia sehingga kembali sedikit demi sedikit." Ungkap Zee jujur

"Lalu mengapa hia masih bersikap dingin padanya?" Nunew kembali melempar pertanyaan.

"Hia hanya tidak suka dengan caranya memandangmu Nu, tatapannya padamu jelas memperlihatkan bagaimana dia begitu tertarik padamu. Dan hia benar-benar tidak menyukai itu." Raut wajah cemburu tercetak jelas di wajah Zee.

Zee masih mengingat dengan jelas bagaimana tatapan rindu yang Net lemparkan pada Nunew ketika mereka kembali ke rumah kemarin pagi, mereka sudah menemukan Net yang saat itu sedang membantu nainai menyiapkan sarapan di atas meja makan.

Baik Zee, Nunew, Max, Nat, serta Tuan dan Nyonya Panich tentu terheran-heran melihat keberadaan Net disana.

Namun tidak lama kemudian nainai mempersilahkan mereka duduk untuk sarapan terlebih dahulu, tentunya setelah acara dramatis yang dilakukan Tuan Panich pada nainai.

Arrange MarriageWhere stories live. Discover now