Delapan Belas

1.6K 143 4
                                    





FLASHBACK





Suasana pemakaman di Wat Rat Prakong Tham salah satu kuil Buddha di Nonthaburi, pinggiran Kota Bangkok terlihat ramai oleh peziarah. Tangis salah satu pria yang merupakan anak semata wayang dari pria yang terbujur kaku di dalam peti mati itu pecah, saat para petugas mendorong masuk peti ke tempat kremasi.



"Kami sekeluarga turut berduka cita atas kepergian ayah anda Qian" Entah ini ucapan bela sungkawa yang keberapa kalinya, Qian tidak tahu.


Dia benar-benar muak melihat senyum munafik dari pria-pria tua berjas yang menjabat tangannya mengucapkan kalimat bela sungkawa, yang pada akhirnya  menawarkan kerja sama pada perusahaan ayahnya bahkan disaat tubuh ayahnya belum sepenuhnya menjadi abu.



Jengah dengan orang-orang tamak berkedok turut berduka di hadapannya, Qian Panich melangkahkan kakinya ke ruangan persemayaman ayahnya sekaligus tempat penyimpanan abu ayahnya nanti. Masih jelas diingatannya beberapa hari yang lalu ketika dia berjanji pada ayahnya di rumah sakit jiwa, untuk segera membawa ayahnya keluar dari tempat terkutuk itu. Namun ternyata takdir berkata lain, pagi tadi pihak rumah sakit menghubunginya mengatakan ayahnya meninggal bunuh diri.




Kernyitan halus terukir di dahi pria 40 tahunan itu ketika dirinya sampai di depan pintu ruangan peristirahatan terakhir ayahnya, "siapa itu sayang?" Bertanya pada sang istri yang sedang mengusap pelan punggung kecil Zeepruk yang tengah menangis di sampingnya.



"Aku tidak tahu sayang, sudah setengah jam pria itu bertahan dengan posisi seperti itu. Kau tidak mengenalnya?" Qian Pqnich menggelengkan kepalanya ringan menjawab pertanyaan sang istri.



"Aku tidak pernah melihatnya di perusahaan maupun saat pertemuan bisnis."



"Benarkah? Dia sepertinya sangat terpukul dengan kepergian ayahmu."



Qian pun berjalan menghampiri pria yang sedang duduk berlutut di depan bingkai foto sang ayah, "maaf tuan, anda siapa?"



Pria tua itu menegakkan tubuhnya mendongak melihat Qian yang menghampirinya, kemudian bangkit berdiri dari duduknya, "kau... apakah kau anak tunggal Chaow Panich?"



"Krub tuan. Tapi maaf sebelumnya, bagaimana anda mengenal ayah saya?" Tanya Qian Panich pada pria yang terlihat sudah berumur di hadapannya ini.



"Perkenalkan aku Earth Chawarin, aku dan ayahmu dulu sangat dekat. Bahkan banyak yang mengatakan kami bersaudara" 'Hingga suatu kesalahpahaman mengubah segalanya' lanjutnya dalam hati.




Qian mengangguk mengerti, dia bisa melihat sorot mata tulus kehilangan yang terpancar dari mata pria di hadapannya.














ARRANGE MARRIAGE













Kla, orang kepercayaan Qian Panich tanpa sadar meremat kuat stir mobil di hadapannya saat melihat Tuannya tengah berbicara serius dengan Tuan Earth Chawarin di halaman depan kuil saat mereka akan kembali seusai acara pemakaman.



"Apakah anda mengenal pria berumur di depan kuil tadi, Tuan?" Kla bertanya pada Qian saat mereka kini sedang dalam perjalanan pulang.



"Maksudmu Tuan Earth?" Qian Panich kembali melemparkan pertanyaan pada Kla.



"Krub Tuan."



Arrange MarriageWhere stories live. Discover now