"Lo ada rasa kan sama Thea? Jujur aja."

Mata Galang mendelik. Tingkahnya jadi kikuk sendiri, tangan Galang kini menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "E—em. Orang gue— cuma— ya, gimana sih khawatir lah, kan ngeliat waktu itu dia pingsan tiba-tiba, takut kenapa-kenapa aja. Kalian juga khawatir lah pasti," ucap Galang gugup, diiringi dengan cengengesannya di akhir.

Ilona dan Shira saling menatap sekejap dengan menganggukkan kepala mereka.

"Oh gitu, Lang," kata Ilona dan Shira.

"I—iya gitu."

"Ah udah lah, lo berdua malah ngeledekin gue."

"Nanti gue kirim ke wa lo alamatnya. Abis tau kabar Thea, kabarin gue ya."

Galang seketika bangkit dari kursi dan mulai melangkah pergi.

"Kalau suka sama Thea bilang, Lang. Awas loh Thea banyak yang ngantri, entar keduluan!" teriak Shira dari tempat.

"Bener, nyesel loh!" sambung Ilona.

Kedua gadis itu tertawa lepas melihat ekspresi Galang yang kini melongo tidak jelas.

"Berisik lo berdua!" kata Galang yang langsung berlari keluar.

🌻🌻🌻

"Ini brother minum dan cemilan nya," ucap Xavi yang kini menaruh nampan yang berisi tiga gelas es jeruk dan sepiring pisang goreng di atas karpet bulu yang berada di kamarnya.

"Makasih, Xav," ucap Galang dan Toya bersamaan.

"Tumben lo yang bawa. Bi Asri mana?" ucap Toya.

"Ada, cuma lagi repot masak. Jadi gue aja lah."

Setelah pulang sekolah tadi, Xavi mengajak Galang dan Toya untuk bermain di rumahnya. Sudah lama mereka bertiga tidak kumpul selepas sekolah selesai. Biasanya ada Kevin di sini, namun, entah selepas kejadian waktu itu, Kevin seakan menjauhkan diri.

"Ngapain, Lang?" tanya Xavi.

"Izin ibu gue dulu, takut nyariin."

"Oh iyaa mau main apa nih kita? Ada game baru gitu?" ucap Toya dengan semangat.

Toya mengerutkan keningnya. "Tunggu dulu tunggu dulu, gue liat-liat muka lo asem bener, Lang. Ada apaan sih?"

"Tau nih, udah beberapa hari ini gue liat muka lo di tekuk mulu kayak abis di tagih hutang sama rentenir. Kenapa sih, Lang?" lanjut Xavi menimpali.

"Eee— itu, Thea."

Xavi dan Toya saling menatap dan tersenyum miring, sudah bisa mereka tebak.

"Abis Shella terbit lah Thea, keren banget hidup lo, Lang," ucap Toya dengan nada puitis nya.

"Keren darimana nya?" tanya Galang.

"Ya keren aja, di kelilingi sama cewek-cewek cantik, sedangkan gue, satu aja kagak ada yang nempel," kata Toya dengan miris nya.

"HAHAHAHAHA."

Galang dan Xavi tertawa lepas bersamaan, mendengar penuturan Toya yang terlihat sangat memprihatinkan.

"Akhhhh, ada-ada aja lo. Udah ah, gue lagi serius nih," ucap Galang.

"Emang Thea kenapa sih, Lang? Biasa nya lo kalo mikirin Thea senyum-senyum kayak kurang obat, kok sekarang galau gini?" ucap Xavi.

Sebelum 365 Hari (End) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin