TWO-SEVEN

22.4K 68 0
                                    


𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰


“Akhirnya nemu juga ide buat bikin endingnya” Gumamku puas

Semua peralatan tempur aku nyalakan. Komputer, keyboard, dan amplifier. Segera kumainkan nada nada yang sudah dibentuk oleh sel sel otakku tadi. Sudah seminggu aku kebingungan mencari ide untuk ending lagu baruku ini. Lalu tiba tiba saja hanya karena teringat Vania aku langsung menemukan ide baru.

Segera kutulis nada nada tersebut. Memainkannya lagi, merekamnya, mendengarnya, lalu mengkoreksinya.

“Ah, harusnya yang ini pake C#m7/F aja” Gumamku senang.

Aku lalu merekamnya dari awal sampai akhir. Aku sampai tak memperdulikan gulingku yang saat ini sedang dipeluk oleh tubuh indah Vania.

“Fyuh. Akhirnya. Gini kan enak, jadi gak kepikiran lagi”

*drrrrt* *drrrrrt*

*Incoming call +6281200000000*

“Halo?”
“Halo, pak. Ini saya yang nganter makanan. Ini saya sudah di depan rumah”
“Oh, iya. Sebentar, pak”

“Ngerokok itu biasa. Tapi kalo abis makan ngerokok, itu baru luar biasa” Aku meracau gembira. Entah karena laguku sudah selesai, atau karena aku sudah kenyang. Atau kombinasi ke duanya

Aku bersantai di ruang tengah sambil menonton YouTube di TV. Agak lama aku terhipnotis oleh penampilan konser band favoritku

“Kapan bisa punya lagu kaya gitu terus pas main yang nonton orang se dunia” Aku melamun lagi

22.30

Band favoritku menghipnotisku, dan membuatku tertidur sebentar. Aku segera bangun. Pagar depan dan pintu rumah aku kunci.

Aku berfikir sebentar. Kasur ku kecil. Bakal sempit. Ruang gerak tidak akan banyak. Tapi juga tidak mungkin aku tidur di ruang tengah ini. Tidak akan pernah nyaman. Yang ada aku akan sedikit sedikit bangun.

Tidak ada pilihan lain

Aku masuk ke kamarku. Vania masih memeluk gulingku, dan masih menghadap tembok. Celana dalamnya sedikit mengintip dari boxernya.

Ah sial.

Lampu aku matikan. Lalu secara perlahan aku naik ke kasur dan mulai berbaring. Kumainkan sebentar handphoneku, mencari hiburan di reddit dan twitter. 10 menit berlalu, mataku sudah lelah. Aku sudah tidak bisa konsentrasi. Handphone ku letakkan di meja samping kasur.

Aku mencoba terlelap. Kupejamkan mata rapat rapat

Tidak bisa. Nihil.

“Asu, lha gulingnya dipake Vania” Aku marah dalam hati.

Otakku dongkol. Aku akan susah tidur kalau tidak ada guling.
Aku mencoba merebut guling dari Vania
“Hmmm” Vania menggerutu dalam tidurnya. Pelukannya ke guling semakin erat
“Van, Van. Guling dong” Aku mencoba menggoyang goyangkan badan Vania

Dia kekeuh. Malah menggerutu lebih kencang, “HMMMMM”
Aku kebingungan. Mencoba tidur tapi sulit. Mungkin sekitar 5 menit aku mencoba untuk menidurkan badanku ini.

Tangan kanan Vania tiba tiba bergerak. Aku sulit melihat karena gelap, tapi aku bisa merasakannya
Dia meraba raba badanku, sampai akhirnya mendarat di tangan kananku.

Diambilnya tangan kananku, dia mengajak tangan kananku ke badannya. Lalu menuntunya untuk memeluk dia. Tanganku dimasukkan ke celah antara guling dan perutnya.

𝐒𝐈𝐀𝐏, 𝐋𝐀𝐊𝐒𝐀𝐍𝐀𝐊𝐀𝐍Where stories live. Discover now