ONE-SEVEN

50K 107 0
                                    

𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰

Hari Jumat, 05.45

"Dhit, Dhito. Dhit bangun udah jam 6"

Mataku terbuka, tapi tidak bisa terbuka penuh karna ada cahaya terang dari jendela. Cahaya matahari telah berpergian sejauh 149,6 juta kilometer, dan sekarang sudah sampai di jendela kamarku, bersiap mengetuk kaca dan membangunkanku. Tapi alarm alami ku mendahuluinya
Kulihat ibu negara di rumahku berada di samping kasurku dan sudah sangat rapi

"Mama rapi banget? Mau ke mana?" Tanyaku dengan perasasaan bingung. Bingung karena mama ku sudah rapi, atau bingung karena nyawa masih setengah
"Lah gimana sih, Mama kan mau ikut Papa kunjungan ke cabang Bali. Sana cepetan mandi!"
Ah, aku baru ingat

Papa adalah seorang Manager di sebuah cabang perusahaan pendidikan di kota yang penduduknya dikenal kasar tutur bicaranya. Setiap sebulan sekali, beliau selalu keliling Indonesia untuk meeting bersama Manager dari cabang lain. Ada kalanya meeting dilakukan di cabang Papa, jadi Papa tidak perlu repot repot untuk keluar kota
Dan Mamaku, seorang ibu negara yang tempat kerjanya di rumah, alias ibu rumah tangga. Dulu sempat bekerja di salah satu bank swasta di Indonesia. Tapi beliau pensiun muda di umur 35 tahun.

Aku? Seorang cowok biasa saja, 25 tahun, single, gamer, keyboardist, dan bodo amat dengan trend yang sedang ada. Tapi setidaknya aku punya beberapa hal yang bisa dibanggakan. Saat ini aku menjabat sebagai Marketing Supervisor di salah satu start up yang sudah besar di sini, dan sejak umur 20 tahun, aku sudah bisa membeli mobil, keyboard + amplifier, dan sebuah computer gaming full set sendiri (meskipun saat itu beli mobilnya 80% uangku, 20% uangn Papa)

Yup, dari jaman kuliah aku sudah bisa mencari uang sendiri dari hasil ngamen dan kerja freelance sebagai copywriter.

Jam 06.15

Sekarang aku sudah rapi.
Pasang headset, ambil kunci motor, dan siap berangkat ke kantor.

"Eits jangan pakai motor. Hari ini pulang jam berapa?" Tiba tiba mama menarik tasku
"Lah kenapa ma? Hari ini ya sama jam 5 pulangnya"
"Nah pas. Kamu bawa mobil aja ya. Nanti jam 6 mampir bandara, jemput si Vania"
"HAH? VANIA?" Tanyaku sedikit berteriak. "Dia kok tiba tiba pulang?"
"Dia cuman numpang sampe besok. Besok kan Pakde Bude baru pulang dari Medan. Kalo Vania langsung pulang ke rumahnya. Kamu tau sendiri, Pakde Bude mu kan gamau kalo Vania sendirian di rumah. Besok mereka pulang dari Medan langsung jemput Vania di sini kok, terus mereka langsung pulang ke rumahnya. Udah sana berangkat, ini bekalnya". Tidak lupa, Mama menyodorkan rantang kecil untuk makan siangku di kantor.

Aku heran kenapa banyak orang seusiaku yang malu jika dibawakan bekal oleh ibunya. Padahal itu salah satu cara penghematan. Dan lagipula, itu masakan seorang ibu! Tidak ada tandingannya!

"Yaudah deh. Ini mama ke bandara naik apa? Sekalian aku anter?"
"Gausah. Papa mama naik taxi aja. Udah pesen juga kok"
"Okedeh. Aku berangkat dulu, Pa, Ma" Kuambil tangan kedua orang tuaku dan menciumnya
Seperti pesan para orang tua, pamit lah ke orang tuamu sebelum berangkat ke manapun. Terutama kalau pamit untuk mengejar pendidikan dan mengejar rezeki

Mobil ku nyalakan, tak lupa ku sambungkan bluetooth mobil dan bluetooth handphone. Open spotify - select hard/rock playlist- now I am ready to rock this day

Jam 07.15

Mobil sudah terparkir rapi, kuambil tas dan rantang di jok belakang.
Aku berjalan masuk kantor. Pintu dibuka oleh Security
"Pagi, pak Rahman. Iyo wes biasane, pak. Daripada telat kan mending dateng duluan. Masuk dulu, pak. Monggo"
"Monggo, mas"

𝐒𝐈𝐀𝐏, 𝐋𝐀𝐊𝐒𝐀𝐍𝐀𝐊𝐀𝐍Where stories live. Discover now