#𝟮

969 178 18
                                    

Yogyakarta – otoya eita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yogyakarta – otoya eita.
───────────────────

Bagai kejutan bak novel romansa, [Name] dikejutkan melihat Eita duduk anteng di angkringan. Sebenarnya [Name] ingin menyapanya, namun malu serta takut dikira SKSD.

Melihat pedagang menjual es semlo, berakhir dia membelinya sebagai patokan untuk menyapa Eita.

Es semlo mirip dengan es campur, es semlo cocok untuk melepas dahaga di siang hari ketika sedang haus-hausnya. Komposisinya hampir mirip dengan bahan untuk wedang ronde. Meski begitu, cita rasanya yang kuat tetap segar ketika disantap dalam keadaan dingin.

"Eh Mas Eita," Sapanya sembari tersenyum.

"Lho, [Name]? Sini duduk," Panggil Eita sambil menunjuk bangku didepannya.

[Name] menghampirinya. Duduk dibangku yang telah di tunjuk Eita.

"Pesen aja makanan disini, biar gua yang bayar," Ucap Eita langsung, tak lupa dengan senyum-senyuman nya.

[Name] menggeleng. "Gak usah Mas, aku bisa bayar kok,"

Eita mengelak. "Udah gapapa, gua lagi banyak duit ini, lagian langganan sini juga,"

Sebelum [Name] berbicara, Eita sudah memotongnya dengan memanggil temannya.

"Bit, pesenin satu menu lagi!" Pekik Eita kepada temannya yang sedang memesan. "[Name], lu mau makan apa?"

"Duh.. makasih ya Mas, udah mau traktir," [Name] menggaruk tengkuknya. "Emm, nasi kucing aja Mas,"

Eita mengangguk. "Bit! Tambahin menu, pesenin nasi kucing!"

Temannya Bit– maksudnya Tabito, ia hanya mendecih kemudian mengangkat sebelah alisnya melihat keberadaan [Name] didepan Eita.

"Buset Ta, mau lo mainin lagi?" Tabito nanya, kepo.

"Sembarang aje ngomong, gua mana pernah gituan," Bela Eita. "Udah pesenin sana, ga enak kenalan gua nunggu lama gara-gara lu,"

"Kenalan cari jodoh?" Ejek Tabito. "Iyain dah biar seneng,"

Udah. Eita mengacuhkan Tabito aja. Kini dia menatap [Name] sambil menyeruput es nya.

"Jadi, gua mantan pemain sepakbola FC Barcha, sekarang pindah di U-20," Kenal Eita dengan profesinya.

[Name] terkejut bukan main. Sekarang didepannya ada pemain sepakbola yang terkenal itu? Waw sekali.

"Santai aja, jan kaku ama gua," Tawa Eita.

[Name] ngangguk, dibawa biasa aja. "Aku baru kuliah semester 7, Mas. Sekitar dua bulan lagi mau nyusun skripsi dari sekarang, dan benerin revisi soalnya banyak yang salah kata dosen,"

Eita ber-oh paham. "Semisal lu kurang paham, coba bilang aja ke gua. Siapa tau gua bisa bantu,"

Waduh, [Name] jadi gak enak. Soalnya dari awal ketemu sampai sekarang dia baik mulu ke [Name]. Wajar dong [Name] begitu, kan ngerepotin.

"Udah dibilang santai aja, jangan gitu kayak kita asing aja," Eita menyerahkan secarik kertas berisi nomornya. "Nih chat kalo enggak telpon aja, kalo gak sibuk gua bantu,"

[Name] tersenyum. "Makasih Mas! Udah mau bantu-bantu begini,"

"Hooh," Sahut Eita. "Jurusan apa emang?"

"Jurnalistik bidang olahraga,"

Eita menepuk tangannya sekali dengan semangat. "Wah! Berarti suka meliput pertandingan olahraga internasional sama atlet terkenal?"

[Name] terkekeh. "Iya,"

Eita tertawa. "Yaudah, kapan-kapan ngeliput gua ya! Kebetulan gua mantan jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, gampang lah bantu nyusun skripsi lu,"

[Name] tersenyum semangat. "Iya, Mas! Makasih, ini bantu banget!"

Eita memperhatikan [Name] sambil terkekeh. "Lu lucu ya dek,"

T B C

𝐘𝐎𝐆𝐘𝐀𝐊𝐀𝐑𝐓𝐀 ⤹ otoya eita [✓] Where stories live. Discover now