Chapter 2 : Ep.1 - Colliding Worlds

Start from the beginning
                                    

Tangannya melingkar pada pinggul dan ia meraih daguku, memaksaku untuk menatap ke arahnya. Ah sungguh, lelaki ini terlalu menerapkan kedisiplinannya terhadapku hingga mau tak mau aku harus berbicara kepadanya.

"Kau berjanji bahwa kau tidak akan merokok lagi, lantas apa yang baru saja kau lakukan itu?" Dirinya menatapku dengan sangat intens, jarak antara diriku dengannya terlalu dekat- membuatku sedikit merasa tak nyaman.

"Bekerja disini selama tujuh tahun sangatlah sulit. Aku berpikir untuk mengundurkan diri," Jawabku dengan singkat namun jelas. Sungguh, suasana hatiku sangat kacau saat ini namun ia membuatku harus menjawab pertanyaannya.

"Sudah ku bilang, jika kau menikah denganku maka kau tak perlu bekerja," Balasnya.

"Jangan gila," 

Kou melepaskan dirinya dari genggaman lelaki tersebut. Yang baru saja dilakukan oleh Kou membuat lelaki tersebut semakin merasa kesal.

Chris Harun adalah nama lelaki ini. Aku sudah mengenalnya sejak duduk di bangku sekolah dasar dan kami selalu berada di satu sekolah yang sama, bahkan hingga jenjang universitas. Entah apa yang ada dipikirannya, tetapi dia selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Jika kau tak percaya, aku akan memberitahumu satu hal ini. Ia pernah ikut mengunjungi nenekku yang tinggal dipesisir pantai hingga merengek, sungguh tidak tahu malu.

Ia terlahir dari keluarga yang penuh dengan cinta, berbeda denganku. Tak hanya itu, keluarganya merupakan salah satu dari keluarga yang masuk ke dalam peringkat terkaya di negara ini. Jika dibandingkan, kami bagaikan matahari dan bulan yang tak akan pernah bisa bersatu. 

Sebagai contoh adalah perusahaan ini. Jujur saja, aku baru menyadari akan hal itu beberapa hari yang lalu. Fakta bahwa Keluarga Chris yang memiliki perusahaan ini terlalu mengejutkanku. Kemungkinan besar aku diterima kerja disini karena ulah Chris, bukan sepenuhnya hasil dari keringatku sendiri. Yah- dan jika itu memang alasannya, aku sangat berterima kasih karena dengan itu aku bisa menghidupi diriku hingga saat ini. Akan tetapi, aku merasa berhutang kepadanya.

Sejak kecil, aku selalu merepotkan Chris dan keluarganya. Aku tak menyangkan bahwa diriku akan kembali merepotkannya kali ini. Rasanya, hutangku semakin menumpuk dan merasa tidak dapat dibayar karena apa yang mereka lakukan padaku sangatlah diluar kemampuan yang ku miliki.

"Kau terlalu tenang hari ini, memikirkan penulis itu lagi?" Pertanyaan Chris memecahkan nostalgiaku sejenak dari kepala.

Ah- ia kembali tersenyum kecut, wajahnya menunjukkan bahwa dirinya tidak menyukai aku yang memikirkan penulis tersebut. Tapi ya, apa yang ia katakan tidak sepenuhnya salah. Aku masih memutar otakku hingga hari ini mengenai keberadaan orang yang menulis novel itu untukku.

Tidak dapat ku pungkiri, hampir seluruh tulisan yang tertuang dalam halaman-halaman tersebut menolong dan mengeluarkanku dari jurang yang penuh dengan kegelapan. Jika aku memiliki kesempatan meski hanya satu detik, aku sangat ingin berterima kasih kepada orang itu.

"Berhenti memikirkan bajingan itu dan fokuslah kepadaku, Kou," 

Tangannya meraih wajahku, ia mengusap lembut pipi dan aku mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Kou, jika buku itu bersatu dengan kenyataanmu, apa yang akan kau lakukan?" 

Ah- pertanyaan ini lagi. Sudah berapa kali ia menanyakan hal ini kepadaku? Sejak kami kecil hingga sekarang, ia berkali-kali bertanya kepadaku perihal itu. Apa yang akan aku lakukan jika dunia fiksi tersebut bersatu dengan dunia nyata yang ku miliki? Jawabanku masih sama, apapun hal yang akan terjadi, pernyataanku masih sama.

"Jawabanku akan selalu sama, Chris," 

Aku meraih tangannya dengan tanganku, memberikannya senyuman hangat yang mungkin akan membantu meredakan kecemasannya itu.

"Aku ingin berjuang denganmu di dunia itu,"

Chris melepas elusan lembut tangannya dari pipiku, reaksinya membuatku heran. Diriku melihatnya berjalan beberapa langkah menjauhiku. Ia berhenti pada langkah ke lima dan menoleh ke arahku.

"Kau tidak akan menyesalinya?" Tatapannya berubah menjadi sedikit sendu dan sayu, apa-apaan reaksi itu?

"Tidak sekalipun,"

Chris menjentikkan jari dari salah satu tangannya. Cahaya putih menyilaukan mataku beberapa saat, sebuah layar mengambang di hadapanku. Chris masih berdiri disana dengan matanya yang sayu.

"Chris...?"

"Kou, mulai saat ini aku tidak akan mengucapkannya dua kali jadi dengarkan aku baik-baik," Ia memberikanku pandangan yang serius. Meskipun banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul didalam kepalaku, aku berusaha untuk tetap tenang. Ku telan salivaku dalam-dalam dan mengangguk, mengisyaratkan bahwa aku setuju.

"Misimu adalah mencariku mulai hari ini," 

Sebuah layar mengambang lainnya muncul dihadapanku- disana tertulis jelas sesuai dengan perkataan Chris. Ya- misiku adalah untuk mencarinya hingga ke ujung dunia. Sebenarnya, apa yang baru saja terjadi?

"Apapun yang terjadi kau tidak boleh mati. Kau akan menemukan banyak teman yang dapat dipercaya, menemukan orang yang menjadi keluargamu dan bahkan mendapatkan kebahagiaan itu sendiri," 

Mataku membulat melihat tubuh Chris yang menghilang perlahan-lahan. Dirinya mulai tersapu oleh angin yang berhembus, aku berlari ke arah Chris mencoba untuk menangkapnya namun tubuh itu tak dapat disentuh- bagaikan cahaya yang tembus pandang.

Chris meletakkan tangannya tepat pada kepalaku, ia mengelus rambutku dengan lembut dan halus, tidak seperti biasanya- yang akan mengacak-acak rambutku tak karuan.

"Mulai saat ini kau adalah tokoh utamanya," 

"Jadi selesaikanlah misimu, Kou."

World Means SurvivalWhere stories live. Discover now