25. Accident

2.1K 216 51
                                    

Alam masih betah dibuai bintang, langit berkilau dengan gemintang yang terang-benderang. Malam dan pagi berdampingan dalam keseimbangan yang sempurna, hari baru belum siap untuk datang dan mengkudeta. Perlahan tapi pasti, Jakapan mengerjap dan kalahkan mimpi yang bertubi-tubi. Terlebih saat bunga tidur itu berkonotasi buruk dan menyadarkan Jakapan bahwa saat ini, ia tidaklah berbaring sendiri. Meski hangat dan nyaman mendera tubuh yang direngkuh erat, harga diri Jakapan harapkan berontak seraya mengumpat.

"Brengsek! lepaskan aku, Wicha!" Dalam gejolak dan letupan amarah, beradu tatapannya dengan yang lebih dominan.

"Bisa diam sebentar? kalau tidak ingin berterima kasih atas pertolongan dariku, setidaknya jangan mempercepat waktu kematianku. Kau benar-benar omega terkejam yang pernah ada, hatimu terbuat dari apa sih? batu?" Ucapan lemah khas menahan nyeri dari Wichapas rupanya ampuh untuk mencuri atensi Jakapan. Terbukti, pria omega itu memekik dengan ekspresi panik saat tersadar akan suatu hal.

"Astaga! pelipismu berdarah! bahu juga! kaki! kau mematahkan pergelangan kaki sebelah kanan! kau sekarat?! aku akan menjadi janda di usia semuda ini?!" Mengedarkan pandangan ke sekitar, fakta lain kembali menghantam Jakapan yang terperangah. "Ini dimana? kita kan jatuh dari jurang! kenapa sekarang ada di sini?! kita menimpa rumah orang?! ada korban jiwa?! ish! Wichaaaaa! kenapa malah tertawa?!"

"Jakapan." Kembali menarik sang omega untuk berbaring di sebelahnya, Wichapas tersenyum. "Berjanjilah untuk tidak menyela, aku akan menjelaskan semuanya dari awal hingga akhir, okay?" Mendapat anggukan kepala sebagai jawaban, Wichapas kembali buka suara. "Iya, aku ikut terjun ke jurang untuk menyusulmu. Meski pendaratan kita tertolong oleh tumpukan salju yang tebal, kau pingsan di pelukanku. Kau tahu kesialan apa yang menimpa kita setelah itu?"

"Apa?" Jakapan mengernyit.

"Tanah bergetar, ada gempa yang membuat pijakan kita longsor dan bergeser hingga ratusan meter dari titik awal." Menatap pergelangan kakinya yang patah, Wichapas menghela nafas. "Gempa susulan terus muncul, kristal-kristal es runcing yang ada di batang pohon tempat kita berlindung sudah mulai rapuh. Tak ada pilihan selain menyeretmu secara paksa—ya, kau tahu sendiri. Dengan pergelangan kaki yang patah dan dislokasi bahu, sulit bagiku untuk menggendongmu. Maaf kalau pakaianmu sedikit robek, hanya itu cara yang bisa aku lakukan untuk membawamu bergerak dan menemukan pondok kayu ini. Jangan khawatir, tempat ini cukup aman dan nampaknya sudah cukup lama tak memiliki penghuni."

"Kenapa?"

Wichapas menautkan satu alisnya. "Apanya yang kenapa? soal kau yang aku seret atau pondok kayu yang—"

"Kenapa menolongku?" Jakapan menyela, panas kedua matanya yang tiba-tiba saja ingin loloskan hujan. "You don't have to do this. Sekalipun aku mati karena terjatuh dari jurang dan tertimbun longsoran tanah, kau tidak ada hubungannya dengan semua itu. "

Wichapas tak langsung menjawab. Pria alpha itu bersusah payah untuk bersandar dalam posisi duduk. "Sekarang aku tanya, apa alasanmu untuk melakukan itu pada Naphat?" ujarnya mengundang kesalahpahaman.

"Melakukan apa? mendorongnya ke jurang? Demi Tuhan, aku tidak melakukannya! kekasihmu itu gila! dia berniat untuk melompat ke jurang dan menjebakku sebagai pelaku yang mendorongnya! kau boleh membenci, tapi itulah kenyataan—"

"Aku tahu!" Menoleh dengan tatap penuh keyakinan, Wichapas pertegas ucapannya. "Aku tahu, aku lihat! tapi bukan itu yang aku maksud. Dia memang gila karena berniat untuk menjebakmu, tapi kau lebih gila karena ingin menolongnya! untuk apa? biarkan saja dia lompat, biarkan saja dia mati! itu kemauannya sendiri, kan?"

Terkekeh, sangat jelas keraguan Jakapan atas ucapan sang alpha. "Lalu apa yang akan terjadi padaku setelah itu? menjadi kambing hitam yang harus merelakan mimpi dan pencapaianku sebagai atlet lagi? seperti dulu? no fucking way. Semua usaha yang aku lakukan untuk kembali naik dan mendapat dukungan publik tidaklah mudah." Menatap nanar ke arah lantai kayu di hadapannya, Jakapan termenung. "Sekonyol apapun sandiwara yang dia lakukan untuk menjatuhkanku, publik akan selalu mempercayainya."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE VILLAIN (BibleBuild)Where stories live. Discover now