27 - Betram - Family

43 11 0
                                    

"Dia meminta Elliott agar aku membawamu pergi?"

Pria asing itu tinggi menjulang seperti ayah. Tapi rambutnya hitam, dan matanya biru. Dia sedang membuka kedua tangannya di atas meja, sembari sedikit membungkuk agar wajahnya sejajar dengan wajah Ibunda yang sedang dia ajak bicara.

Sejak kedatangan pria itu, Ibunda terlihat gusar. Ibundaku hanya mengangguk kecil sebagai jawaban atas pertanyaan pria itu. Kemudian mereka diam. Terlihat sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Sejujurnya, setelah Ayah meninggal, banyak sekali hal yang terjadi di rumah kami.

Ah, tidak juga. Dulu, juga pernah ada tamu aneh yang datang.

Ibunda sore itu sedang mengantarkan roti, susu, teh, mentega dan beberapa bibit bunga pada Madam Elk dan beberapa janda desa lainnya. Aku biasanya membantu Ibunda membawa barang-barang karena aku suka berjalan-jalan dan melihat Ibunda terlihat senang mengobrol dengan para wanita sampai-sampai kami lupa waktu. Tapi sore itu, Ayah yang sedang membuat pagar baru untuk pembatas rumah kami dengan hutan kecil di sebelah rumah yang rusak akibat hujan deras beberapa waktu lalu membutuhkan bantuanku. Jadi, sore itu aku tinggal di rumah untuk membantu Ayah mengumpulkan kayu.

"Ayah?"

"Ya, Little Cub?"

"Ada orang datang kemari."

Saat Ayah sedang sibuk memotong kayu, aku melihat ada tiga orang pria berjalan masuk ke pekarangan rumah kami. Itu aneh karena aku tidak mengenal mereka bertiga. Aku selalu mengenal orang-orang yang datang membeli kayu, atau roti, atau mentega, karena mereka adalah tetangga kami. Tapi aku tidak tahu mereka. Terlebih lagi tamu-tamu itu berpakaian rapi sekali, pakaian yang tidak pernah kulihat selain di TV.

"Bertram," bisik Ayah kemudian. "Ayah memberimu sebuah misi, soldier."

"Sir, yes sir!"

Akhirnya! Datang juga saat di mana aku bisa menunjukkan hasil dari latihan kerasku.

"Misi ini sangat penting. Kau harus melindungi sapi dan ayam hingga Ayah kembali, oke?"

Tentu saja aku mengerti.

"Oke, sekarang, chop chop, masuk ke kandang, dan kunci dari dalam seperti latihan kita biasanya, kau mengerti?"

"Roger that, Sir!"

Aku sangat bersemangat dan segera melakukan tugasku. Aku memastikan istal kuda terkunci, begitu pun kandang domba dan sapi. Lalu aku berlari ke kandang ayam dan menguncinya dari dalam. Aku tidak boleh bersuara karena orang-orang jahat suka mengganggu anak kecil dan ayam-ayam. Jadi aku bersabar dan duduk saja di atas kotak-kotak jerami yang hangat dan empuk.

Hingga tak lama kemudian, ada seseorang yang mengetuk pintu. Sebuah ketukan dengan nada tertentu yang hanya aku, Ayah dan Ibunda yang tahu.

"Ayah!" bisikku pada diriku sendiri. Tapi nyatanya, itu adalah Ibunda.

Wajahnya pucat, dan begitu aku membuka pintu, Ibunda segera masuk dan menguncinya lagi. Tangannya yang kurus gemetaran saat meraupku, mengamati wajahku, kemudian membawaku dalam pelukannya.

"Oh, syukurlah kau baik-baik saja, Little Cub," kata Ibunda terengah-engah. "Di mana Ayah?"

"Di dalam, Bu."

"Di dalam," ucap Ibunda mengulangi kalimatku sambil mengangguk-angguk. "Siapa yang datang?"

Aku tidak menjawab karena Ibunda terlihat sedang bertanya pada dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya hari itu, aku melihat wajah Ibunda yang ketakutan, resah, bingung, dan ada banyak sekali emosi lainnya yang tidak kupahami di wajah cantik ibuku.

Her POV (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang