~Permulaan

241 180 153
                                    

Dear Diary,
Mungkin belum waktunya kali ya aku jadi yang terbaik? Tapi aku harus trus berusaha sampai kapan? Aku berusaha mati matian siang malam belajar agar jadi kebanggaan orang-orang terutama orang tuaku. Tapi kenapa peringkat ku turun? Dan lagian, sekarang juga aku udah tamat. Bagi kamu bagusnya lanjut SMA dimana??
Aku akan tunggu jawaban itu diary..
~Afselia Viorika Adiva
10-mei-2023

Tidak menguras tinta dan tidak menghabiskan selembar kertas untuk menulis kalimat itu. Afsel yang kerap di sapa Acel oleh keluarganya itu memang suka menulis, selain menulis ia juga jago badminton dan volly. Afsel termasuk siswi yang pintar disekolahnya. Perempuan cute itu sekarang sudah tamat dan berencana untuk mendaftar di salah satu SMA yang belum ia pilih sama sekali.

Krikk...krikkk...krikk...

Dering telpon berbunyi dari arah ruang tamu.

"MAA...ADA TELPON MASUK TUH!" Teriak Afsel di kamarnya namun tidak ada yang menyaut satupun.

"MAA!!"

Afsel mengecek keadaan di luar kamar dan benar benar tidak ada orang. Ia lalu mengangkat telepon tersebut.

"Inikan HP papa." Ucapnya dalam hati.

📞📞
"Hallo Rayyan, ini aku Rudi."
"Eh hallo om hehee..ini Afsel om."
"Owh nak Afsel. Papa kamu dimana?"
"Papa a..ada om."

"Siapa?" Pintas Mr. Rayyan yang telah berada dibelakang Afsel. Seketika Afsel kaget, sempat mengelus dadanya yang sesak itu.

"Om Rudi pa!" Bisik Afsel. Spontan Mr. Rayyan mengambil ponsel digenggaman anaknya.

"Hallo Rudi. Wahh apa kabar kamu Rud?"
"Alhamdulillah baik Ray, rencana sore nanti aku akan kerumahmu sama si Rizki. Hitung hitung silaturrahmi."
"Aman Rud, Sampai ketemu nanti."

________

"Rizki? Ngapain coba dia kesini? Mau ngulangi pamer kepintaran lagi?" Cetus Afsel kembali dalam hati kecilnya.

Afsel dan Rizki memang udah saling kenal satu sama lain bahkan akrab sekalipun, karena Rizki pernah jadi tetangga Afsel.

Mereka berdua sama sama pintar dengan skill dan kemampuan masing-masing. Selain itu, orang tua keduanya juga berteman baik sejak lama, berkat Mr.Kei yang mempertemukan mereka di kantor perusahaan miliknya. Akan tetapi, Mr. Rudi selalu membangga-banggakan anak sulung nya itu, dirinya merasa putranya lebih baik dari anak anak lain yang sepantaran dengan Rizki. Apapun pencapaian yang berhasil diraih oleh Rizki selalu menjadi perbincangan di kantor.

Sampai akhirnya Mr. Rudi memutuskan untuk pindah keluar kota dengan niat ingin mengembangkan bakat adik bungsu Rizki yang terpendam. Hal itupun juga sempat menjadi topik pembicaraan ke teman teman kantor nya.

Berbeda dengan keluarga Mr. Rayyan. Orang tua Afsel bukan tipe orang yang hobi membanggakan sesuatu kepada orang lain. Cukup orang lain tau dengan sendirinya. Afsel sendiripun tidak selalu menganggap dirinya memiliki kelebihan. Jika dia bahagia, sedih, ataupun jika dia ingin memperlihatkan kepintarannya, dia hanya curhat ke Tuhan bahkan ke diary miliknya sendiri.

Afsel terdiam sejenak di tempat, memikirkan kenapa Rizki harus ikut datang juga kerumah.

"Ahh sudahlah!!" Ucap Afsel menyadarkan dirinya. Tentu Mr. Rayyan heran dengan sikap anaknya, tanpa dihiraukan Mr. Rayyan pergi meninggalkan Afsel, sementara Afsel terus saja mengikuti jejak Mr. Rayyan.

"Eh eh Cel. Kamu kenapa dah ngikutin papa?" Tanya Mr. Rayyan heran.

"Eng-enggak. Acel cuma mau ambil minum, iya minum hehee." Jawab Afsel terbata.

VIORIKA DARFANWhere stories live. Discover now