26 - Rufus - His Birth

37 10 2
                                    

Subuh-subuh di suatu hari di musim panas. Ophelia berhasil melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat. Kata ibu-ibu tetangga, tangisan bayi kami terdengar sampai di rumah Madam Elk yang berada di atas bukit. Bayi laki-laki yang sangat sehat. Kami menamainya Bertram, kata Ophelia nama itu berarti benteng di lembah. Dia ingin bocah laki-laki menjadi benteng di lembah di mana rumah kami berada? Kalau aku sih, asal istriku bahagia, aku akan setuju, apa pun itu.

Yang terpenting, masa krisis sudah lewat. Rasanya waktu kembali berjalan dengan normal setelah beberapa waktu lalu aku menyaksikan pemandangan di mana Ophelia setengah mati melahirkan, kehabisan banyak sekali darah. Wajahnya lelah, penuh keringat dan sempat tertidur lama sekali bersama bayi Bertram di atas dadanya setelah dia menyusui si bayi.

Itu adalah pengalaman mengerikan lainnya selain hari-hari di masa perang. Hanya saja, berbeda dengan perang yang membuatku takut menyongsong hari esok, di pagi hari itu rasanya aku merasa sangat penuh dan begitu lengkap. Seperti menjadi pria yang berbeda saja.

"Apa kau mau mencoba menggendongnya, Suamiku?"

Aku mendongak ke arah Ophelia yang sedang menyusui Bertram. Aku baru sadar kalau sejak tadi aku menunduk untuk mengamati sosok kecil berwarna kemerahan di dekapan istriku.

"A-apa boleh?"

"Tentu saja! Apa yang sedang kaubicarakan? Kau adalah ayahnya," ujar Ophelia seraya perlahan-lahan menyodorkan gendongan ke arahku. Tentu, aku tidak bisa menbiarkan Ophelia bergerak banyak dan segera meraih bocah itu dari dekapannya dan meminta Ophelia untuk kembali merebah dengan nyaman.

Begitu Bertram berada di dekapanku, bocah itu mendesakkan wajahnya ke arah dadaku, membuka mulutnya tanpa bersuara apa pun, kemudian kembali tertidur lelap.

"Dia terlihat nyaman di sana," kata Ophelia sambil tersenyum bahagia. Rona merah mewarnai wajahnya yang tadi pucat.

Kebahagiaan ini ... terlalu indah untuk jadi kenyataan.

Aku mendekap Ophelia dan Bertram, mencium kening mereka dan berterima kasih. Terima kasih telah membuatku merasa begitu ... bahagia dan lengkap. Perasaan luar biasa yang tidak pernah kubayangkan ada di dunia ini.

Bertram tumbuh dengan luar biasa cepat. Apa memang anak-anak kecil tumbuh sangat cepat? Bocah itu memiliki bintik-bintik di wajah hingga setengah bagian torsonya. Begitu pun sepanjang lengan. Rambutnya keriting dan berwarna merah, meski lebih gelap timbang warna rambutku. Dua gigi depannya tumbuh lebih besar daripada sisa giginya yang lain. Gigi kelinci, mirip seperti milik Ophelia. Dan warna mata khas milik Ophelia yang jarang sekali kutemui di orang lain; warna mata amber, cokelat yang sangat terang, hampir seperti warna emas.

"Ayah?"

"Ya, Little Cub?"

"Ada orang datang kemari."

Saat itu akhir musim gugur, aku sedang membersihkan kandang ayam dan sapi di belakang pekarangan rumah. Ophelia sedang pergi untuk mengirim susu, mentega dan roti ke rumah tetangga kami. Bertram menunjuk ke arah jalanan di depan pintu rumah kami. Tiga orang berjalan masuk ke pekarangan rumah.

"Bertram," bisikku seraya berjongkok ke arah Bertram. "Ayah memberimu sebuah misi, soldier."

"Sir, yes sir!" bisiknya bersemangat.

"Misi ini sangat penting. Kau harus melindungi sapi dan ayam hingga Ayah kembali, oke?"

Bertram mengangguk dua kali dengan semangat.

"Oke, sekarang, chop chop, masuk ke kandang, dan kunci dari dalam seperti latihan kita biasanya, kau mengerti?"

"Roger that, Sir!" bisik Betram sambil memberi hormat, kemudian turun dari balok kayu besar yang dia duduki dan berlari ke arah kandang, lalu menutup pintunya dengan rapat.

Her POV (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang