Day 11 : Keteguhan Hati

Mulai dari awal
                                    

Elenio menatap adiknya beberapa saat, jujur saja hatinya berat untuk membiarkan adiknya pergi ke dasar palung.

Setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya Elenio menghela napas panjang  sebelum berenang ke arah lemari kayu yang tertanam di dalam dinding.

Ia mengeluarkan sebuah sabit dan tombak lalu menyerahkan tombak berlapis emas tersebut kepada adiknya, Helios yang bingung pun tidak mengatakan apa-apa selain menatap bingung kearah kakaknya.

Dengan senyum lembut di wajahnya Elenio berkata "Ayo, aku akan membantumu."

Helios yang terkejut tidak bisa menahan rasa bahagia di hatinya, sudah ia duga kakaknya adalah kakak terbaik di dunia.

Keduanya keluar dari perpustakaan dan berenang ke arah Utara untuk mengambil jalur lain yang dianggap tidak terlalu banyak dilintasi oleh para duyung, keduanya berenang beriringan dengan Elenio yang sedikit lebih dulu untuk berjaga-jaga jika siren menyerang mereka maka Helios tidak akan terluka.

Setelah beberapa saat sampailah mereka di perempat kedalaman palung yang berarti mereka sudah mulai memasuki teritorial bangsa siren, Elenio menarik Helios kebelakang tubuhnya untuk menjaganya dengan keamanan penuh.

"Helios, dengar. Saat siren mulai menyerang fokuslah untuk pergi, biar aku yang akan melawan mereka."

"Tapi kenapa?"

"Tujuanmu adalah untuk mendapatkan Black Pearl sedangkan tujuanku adalah untuk melindungimu, apa kau mengerti?"

"Baiklah."

"Helios, kau yakin kan kalau pria itu benar-benar mencintaimu?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu aku akan mendukungmu."

Elenio segera berenang ke depan dan benar saja baru beberapa meter mereka memasuki teritorial siren, mereka sudah di serang oleh sekumpulan siren bahkan hampir terkepung. Helios menggunakan tombaknya dengan lihai sedangkan Elenio terlihat benar-benar menyatu dengan sabit miliknya, dengan lihai keduanya menghabisi para siren yang sebelumnya mengepung mereka.

"Helios! Pergi!"

Helios menganggukkan kepalanya lalu langsung berenang dengan kecepatan penuh menuju batas terluar dari teritorial bangsa siren yang dimana menjadi tempat lapisan pertama dari segel berada.

Dengan cepat Helios mengigit ujung jarinya sampai berdarah lalu mengarahkannya ke arus alir kecil yang berada di sekitar mekanisme segel tersebut lalu segel pertama pun melemah, iya menoleh kearah kakaknya yang sedang berurusan dengan para siren di belakang mereka.

"Kakak! Cepat kesini!"

Mendengar teriakan adiknya, Elenio pun segera menebas siren yang menghalangi jalannya lalu berenang secepat mungkin kearah Helios. Namun belum sempat ia memasuki wilayah segel pertama itu, seekor siren menarik ujung ekor Elenio yang membuat pria itu terlempar ke arah tebing batu.

"Kakak!"

"Pergi!"

Elenio kembali berjuang melawan para siren yang kembali mengepungnya, tatapannya tertuju pada Helios agar adik kecilnya itu percaya bahwa ia bisa menangani situasi tersebut.

Dengan berat hati Helios pergi meninggalkan kakaknya dan berenang semakin dalam ke dalam Palung Mariana. Siren mungkin adalah sebuah ancaman tapi ancaman sesungguhnya adalah segel terakhir dari dasar Palung, segel ini benar-benar bisa membinasakan siapapun yang nekat menembusnya. Helios ingat kalau kekuatan darah murni bisa melindungi tubuhnya dari kekuatan segel, seperti semacam perisai.

Baru saja ia hendak berkonsentrasi untuk membuat perisai yang melindungi tubuhnya, seekor siren menarik tubuhnya kebelakang lalu menyerangnya.

Siren memiliki cakar di jari-jari mereka dan cakar-cakar itu berhasil menggores kulit bahu Helios, seketika tiga luka robek yang cukup dalam terbentuk memanjang dari bahu sampai ke tulang selangkanya.

Black Pearl [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang