"Kamu ada info soal Alfa nggak, apa gitu?"

Sarah berpikir sejenak, kemudian sesaat setelahnya gadis itu mengingat satu hal yang pernah dia dengar saat Alfa sedang melakukan pembicaraan lewat telfon genggam miliknya.

"Oh iya mbak, yang aku tau sekarang mas Alfa itu pindah ke Apartemen, kalo ga salah Borahe Aprtemen mbak"

"Makasih ya sarah, oh iya tolong bungkusin ice matcha satu sama kue dan cookies matcha ya"

"Siap mbak, tunggu sebentar ya"

Lunetta terduduk di salah satu kursi tunggu kafe, raut wajahnya tampak sedih karena Alfa sampai sebegitunya menghindarinya. Lunetta benar – benar merasa bersalah atas apa yang terjadi antara dirinya dengan Alfa dan itu semua karena dirinya yang tidak bercerita sedari awal kepada Alfa bahwa dirinya akan dijodohkan.

Lunetta sangat berharap semoga Alfa mau menemuinya nanti, dan masalah yang terjadi antara dirinya dengan Alfa dapat terselesaikan hari ini juga. Lunetta sangat tidak mau jika harus menambah waktu lagi, karena jujur saja Lunetta juga sangat merindukan kehadiran sahabatnya. 

🦢🦢🦢


Lunetta menatap pintu hitam dengan nomor 285 yang berada tepat di hadapanya. Sudah beberapa menit yang lalu ia berdiri di depan pintu apartemen milik Alfa tanpa melakukan apapun. Sebenarnya Lunetta sangat takut jika nantinya Alfa malah bertambah marah kepadanya, akan tetapi permasalahan yang terjadi saat ini harus segera dapat di selesaikan agar dirinya dan Alfa bisa menjalin hubungan yang baik seperti dulu lagi.

Tarikan nafas yang berat mengiringi Lunetta saatdirinya memberanikan diri untuk mengetuk pintu yang berada di depannya. Sesaatkemudian, ia menunggu dengan gelisah karena memikirkan bagaimana reaksi Alfasaat dirinya tiba – tiba bertamu.

Suara pintu yang mulai terbuka membuat Lunetta kemudian mendongakkan wajahnya dan langsung bertemu tatap dengan Alfa yang saat ini tengah memasang wajah terkejutnya.

"Hai, boleh masuk nggak?" Tanya Lunetta hangat.

"Aku lagi sibuk" Balasan Alfa dengan datar, membuat Lunetta terkejut akan perubahan sikap Alfa.

Lunetta melihat Alfa yang akan menutup kembali pintu apartemen miliknya, dengan gerakan cepat Lunetta meraih pergelangan tangan Alfa dan menatap sahabatnya itu dengan wajah yang memelas.

"Kamu masih marah sama aku? Kita bisa omongin ini baik – baik Alfa"

Kemarahan yang berusaha Alfa redam seolah kembali tersulut karena perkataan gadis yang saat ini tengah menggenggam tangannya. Alfa lalu menatap tajam ke arah Lunetta dan menarik gadis itu untuk memasuki Apartemennya dengan gerakan yang kasar, sampai membuat Lunetta meringis kesakitan.

Alfa menghempaskan tubuh Lunetta ke dinding dengan cukup kasar, membuat punggung Lunetta terasa sangat sakit sekali. Gadis itu tidak tahu jika kedatangannya akan membuat Alfa menjadi semarah ini padanya, padahal niat awalnya baik ingin menyelesaikan permasalahan di antara keduanya.

 "Apa sih mau kamu sebenernya! Belum puas kamu nyakitin aku?" Teriak Alfa tepat di hadapan Lunetta dengan tatapan matanya yang menusuk.

Air mata Lunetta sudah tidak bisa dia tahan lagi, perlahan tangan gadis itu mulai mengusap lembut kedua pipi milik Alfa yang menurutnya semakin tirus.

"Alfa, maafin aku. Aku mohon maafin aku" TangisLunetta semakin menjadi, ia lalu menarik Alfa ke dalam pelukannya.

Lunetta memeluk tubuh Alfa dengan sebegitu eratnya, seolah dia tidak mau kehilangan sahabat terbaiknya ini. Sedangkan Alfa, dia memilih untuk diam dengan hati yang berkecamuk, seumur hidupnya Alfa tidak pernah melihat Lunetta sampai menangis seperti ini karena bertengkar dengannya.

HIMWhere stories live. Discover now