⌗ Querencia ─ 1

21 6 3
                                    

Usia 15 tahun, aku berada di sekolah ku, tentu saja sekolah khusus bangsawan bernama "Honneur Noble École" yang memakai Bahasa Prancis untuk nama sekolahnya. Aku memiliki sahabat bernama Fransisca Mary Leilett, dia adalah seorang putri dari kerajaan bernama "Soenaart". Dia sangat baik dan serasi dengan ku, kami berteman baik sejak orang tua kami mempertemukan kami dalam sebuah acara kebangsawanan saat kami masih berusia 5 tahun.

Aku menikmati sekolah hingga kami pulang, sebuah mobil menjemput ku, mobil hitam kerajaan yang biasa aku naiki. Disana aku bertemu dengan ibuku dan ayahku. mereka mengatakan bahwa aku akan ikut mereka ke sebuah pertemuan di Kerajaan Doulesotte. Aku mengerti dan menikmati perjalanan dengan melihat pemandangan dari kaca jendela. Aku sangat menyukai pemandangan nya, seakan surga dimata ku.

Saat sampai di Doulesotte, disana sudah digelar karpet merah, dan ada Keluarga Kerajaan Doulesotte yang menyambut hangat kami bertiga. Aku melihat sang pangeran dari kerajaan ini, dia terus menatapku sambil tersenyum manis. Sepertinya dia orang yang baik, lalu aku bertanya kepadanya.

"Hei engkau wahai pangeran, bolehkah aku tau siapa namamu?" Tanyaku kepada pangeran itu. Tidak lama kemudian, dia menjawab, "Tentu Putri Charlene, namaku Keith Emmanuel Joulleus, kau bisa memanggilku Keith." Jawabnya dengan nada terhormat. Aku kaget karena dia mengetahui namaku, kemudian aku bertanya lagi padanya, "Kau tau namaku? Hemn baiklah, izinkan aku
memperkenalkan diri. Namaku Yolanna Charlene Jerowes, sepertinya kau sudah tau nama panggilanku." Jelasku. Dia membalas mengangguk kepadaku, dan kemudian menggandeng tanganku, dan mulai berjalan masuk kedalam istana.

Kami masuk melewati sebuah kebun, banyak bunga dan tanaman yang ditata rapi oleh penjaga kebun disana, lalu aku melihat ada yang menyinari mataku. "Pangeran Keith, apakah itu bunga tulip?" Tanyaku kepada Pangeran Keith. "Ya Putri Charlene, itu bunga tulip. Kenapa kau bertanya?" Ucap Pangeran Keith. "Bunga nya.. sangat cantik, aku belum pernah melihat bunga tulip secantik itu." Ucap ku. "Terimakasih Putri, apa kau ingin melihatnya?" Tanya Pangeran Keith. "Tentu, kalau tidak keberatan." Jawabku. "Baiklah." Respon ku.

Pangeran Keith mulai berjalan keluar karpet sambil menggandeng tanganku, lalu dia berjalan ke arah taman yang di penuhi dengan bunga tulip. Di bagian sisi taman itu dipenuhi oleh semak-semak yang membentuk pagar, dan dibagian depan taman itu ada papan pertuliskan "Prince Keith's Garden" , "Silahkan masuk Putri." Ucapnya. Lalu aku masuk ke taman itu, aku melihat kebun ini sangat cantik, tanaman disana dirawat dengan sangat baik, dan tanahnya juga subur sangat subur, begitu mempesona. "Sangat mempesona mataku, sangat indah." Ucapku. "Terimakasih." Ucapnya. "Apakah ini kebun milikmu, Pangeran?" Tanyaku kepadanya. "Ya, aku yang merawat mereka, sebagai pangeran yang suka berkebun tentunya." Jawabnya. "Hebat, kita memiliki hobi yang sama." Ucapku.

Setelah itu kami memasuki istana, disana sudah ada ruang jamuan khusus untuk kami, kami duduk disana dan Raja Frederick, ayah Pangeran Keith mulai berbicara.

"Putri Charlene, Pangeran Keith, bisa kalian mendengarkan kami?" Tanya Raja Frederick kepada kami. Kami membalas mengangguk, dan kemudian ayah ku berbicara, "Jadi, kalian akan kami tunangkan." Ucap Ayahku. Aku terdiam sejenak, dan lalu bertanya "Apa? Bertunangan?" Tanyaku. Ayahku mengangguk. Mereka bilang ini sudah kesepakatan karena memang sudah direncanakan dari awal, lalu aku menyelesaikan makanku dan berjalan keluar gerbang bersama Pangeran Keith.

"Bagaimana soal itu?" Tanyaku kepada Pangeran Keith. "Aku tidak tau, lagi pula ini sudah kesepakatan." Jawabnya. "Hey, bahkan umurku masih limabelas tahun, dan kita saja masih berbicara formal." Ucapku. "Ah, yasudah, mulailah memanggilku hanya dengan namaku, Keith, dan begitu juga denganku memanggilmu." Ucapnya. "Oke, Keith. Aku sedikit takut soal ini." Ucapku. "Kenapa?" Tanya nya. "Aku tidak pernah mengerti bagaimana cinta dan apa itu cinta, jadi, aku takut." Jawabku. "Hemn, tak apa, ini adalah pembelajaran bagimu." Dia mengatakan itu sambil tersenyum. Dan tiba-tiba dia mendekat padaku, aku melihat matanya, sungguh manik biru yang mempesona. Dia terus mendekat kepada ku, dan berakhir memelukku.

"Jangan khawatir putri ku, aku ada disini." Ucapnya sambil memelukku.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang