"Helios, kenapa Muji memanggilmu begitu manja?"

"Apakah aku bisa menolak?"

"Aku bisa mengatakannya pada mereka untuk tidak terlalu dekat dengan mu."

"Jangan begitu."

Keduanya terdiam cukup lama, telapak tangan Helios masih mengelus bagian belakang kepala Keita dengan lembut.

Keduanya sangat menikmati momen tersebut sampai suara berisik memaksa mereka untuk berhenti, Keita memandang pintu dengan jengkel dan bersumpah dalam hati untuk membunuh siapapun yang berada di balik sana.

Helios menepuk ringan punggung Keita, mengisyaratkan padanya untuk bangkit dan membuka pintu. Dengan malas Keita berjalan kearah pintu lalu membukanya.

"Yo, ketua? Ada apa? Kenapa tatapanmu seperti seseorang telah merebut istrimu?" Ryuu bergidik ngeri saat melihat tatapan Keita sesaat setelah pintu terbuka.

Keita bersumpah dalam hidupnya, baru kali ini ia sangat ingin membunuh seseorang. Ah tidak, sejak dulu Ryuu sudah masuk dalam daftar orang yang ingin Keita bunuh.

-

Ryuu diam-diam memandang Keita yang sedang sibuk mengatur tabung oksigen, pemuda itu hanya duduk diam namun semua orang seakan biasa melihat peringatan di atas kepalanya seperti 'jangan bicara padaku atau aku akan melemparmu dari kapal'.

"Ssttt, Ryuu!" bisik Asahi.

"Hah? Apa?" balas Ryuu kencang karena angin pantai membuatnya tidak mendengar jelas. Asahi segera memukul punggungnya.

"Pelankan suaramu, bodoh!" maki Asahi tapi masih berbisik. "apa yang kau lakukan sampai Keita seperti itu?"

"Aku hanya menjeputnya seperti yang kau suruh."

"Lalu kenapa dia seperti itu?"

"Mana aku tahu."

Merasa tidak puas dengan jawaban Ryuu Asahi pun memilih kembali menyibukan diri dengan perlengkapan miliknya. Sore itu adalah jadwal tim mereka untuk melakukan ekspedisi di laut bagian Utara Palung Mariana, tim peneliti mengatakan bahwa di sana banyak penemuan bongkahan bangunan yang tidak diketahui sehingga kepala peneliti mengutus tim Keita untuk memastikannya.

"Aci-chan, kau pergi denganku, oke?" Ryuu menarik ujung baju selam yang dikenakan Asahi.

"Koordinatnya sudah ditentukan bagaimana bisa kau pergi denganku? Lalu siapa yang akan pergi ke koordinat yang kau dapat?"

Ryuu yang merasa tidak puas akhirnya memberanikan diri untuk melontarkan protesnya kepada Keita yang tengah bersiap untuk menyelam.

"Ketua, aku--"

Belum sempat Ryuu menyelesaikan kalimatnya, ia merasa tubuhnya terlempar ke luar kapal dan seketika merasakan air laut masuk ke dalam mulutnya. Ketua sialan itu menendang dirinya ke laut tepat setelah kata kedua yang ia ucapkan.

Matahari mulai ternggelam di sudut barat, pendar jingga memenuhi langit, mendominasi warna sore itu.

Helios duduk di atas batu karang yang menghadap langsung ke arah laut tidak jauh dari tenda konsumsi, memandang gelombang pasang air laut sambil menunggu Keita kembali dari ekspedisi.

"Hei."

Helios mendengar suara dari belakang tubuhnya sontak berbalik menatapnya. Helios mengenalnya, wanita itu adalah Suzume.

Kesan Helios terhadap wanita ini tidak terlalu baik, meskipun dia tidak terang-terangan menyerang Helios, namun mulutnya sangat busuk. Dengan malas Helios turun dari atas batu karang dan menemuinya. Dengan

Black Pearl [Open PO]Where stories live. Discover now