ekstra part

Mulai dari awal
                                    

Langkahku terhenti di ruangan berikutnya. Tiba-tiba saja tubuhku gemetar. Di sini, pria bajingan itu hampir saja merebut kesucianku.

Belum berhasil memenangkan diri, kini keringat sudah bercucuran membasahi keningku. Aura ruangan ini berhasil menarikku ke peristiwa beberapa tahun yang lalu.

"Kakak ...." Hanya suara itu yang terakhir aku dengar. Kerena setelahnya duniaku gelap.

****
Aroma minyak kayu putih memenuhi indera penciumanku. Sementara itu mataku masih terpejam. Badanku terasa sangat lemah sekarang.

"Sayang ...." Itu suara El.

"Kakak ..." Dan Sania.

Ternyata aku masih berada di rumah ini.

"Aku kenapa?" Mataku akhirnya berhasil terbuka. Orang pertama yang kulihat adalah El yang terlihat begitu panik dan bersalah.

"Maaf."

"Mami, kakak sudah sadar." Samar-samar ku dengar suara gadis kecil yang kini terlihat lebih tinggi itu menjauh.

    Satu jam berlalu setelah memastikan aku sudah baik-baik saja, El mengajakku pulang. Aku tahu pemuda itu tengah di liputi rasa bersalah telah memaksakan kehendaknya.

El pamit pada Nyon Farah sedang aku hanya mematung di tempatku. Ingin secepatnya pergi. Berada lama-lama di rumah ini benar-benar menyiksaku.

Apalagi pandangan wanita itu sedari tadi begitu menggangguku. Dia bicara dengan El tapi matanya selalu padaku.

Setelah di rasa cukup El segera menghampiriku dan membimbingku melangkah. Tapi baru beberapa menit berjalan. Suara Nyonya Farah menghentikan kami.

"Maafkan Mami, Nak." Aku sama sekali tidak siap.

Nyonya Farah kini tengah memdekapku. Dan aku hanya bisa tertegun di tempat.

"Semoga acara kalian lancar sampai hari H. Dapat saling mencintai selamanya."

Posisiku kini tengah berhadapan dengan wanita itu, tapi di depan sana ada El yang menatapku.

"Mami akan selalu mendoakan kalian. Akan selalu membawa nama kalian setiap hari."

Sebenarnya aku ingin segera mengurai rangkulannya tapi tatapan El memohon agar aku bertahan sebentar.

"Mami tidak punya hal untuk berharap agar kamu bisa memaafkan mami, tapi mami mohon, tolong mengerti keadaan Mami."

Aku sudah tidak tahan lagi. Dengan sedikit mengeluarkan tenaga aku mengurai pelukan itu.

"El, ayo."

Aku tahu apa yang kulakukan ini sedikit berlebihan, tapi menurutku inilah cara terbaik agar hatiku tidak luluh. Aku hanya tidak ingin berbelas kasih padanya. Kami sudah punya kehidupan masing-masing. Dan Nyonya Farahpun juga sama.

****

"Aku sebenarnya mau cerita ini dari dulu." El memutar kemudinya berbelok ke kanan. Aku sedang memijit pelipis karena masih sedikit lemas.

"Tadi nyonya rumah itu berpesan sedikit padaku."

"Jangan mulai El. Kamu pasti tidak lupa kalau aku pernah bilang untuk tidak ikut campur dalam hal ini."

"Oh, tentu. Aku masih ingat."

"Bagus."

"Tapi aku mau cerita."

"Aku tidak mau dengar!"

"Nggak masalah. Aku mau ngomong saja. Terserah kamu dengar atau tidak."

"Turunkan aku sekarang!"

El terbahak-bahak. Aku tahu dia sedikit panik.

"Untungnya aku sayang banget walaupun jutek."

Aku mengangkat tinjuku.

Mobil semakin menjauhi rumah itu. Melewati jalanan yang beberapa tahun lalu aku lalui setiap hari.

    Setelah satu jam setengah berkendara akhirnya kami sampai rumah. El bilang akan langsung pulang karena ada beberapa kepergianmu yang menyangkut acara persiapan pernikahan kami sore ini.

Ketika aku hendak membuka pintu mobil, pemuda itu menahanku.

"Nyonya Farah bilang dia ikut bahagia dengan rencana pernikahan kita,"

Aku mendengus kasar. Dia masih mau membahas ini.

"Dia memberi saran agar aku membawamu ke psikiater. Kamu masih ada trauma."

Aku ingin sekali mengumpat. Traumaku juga karena dia dan anak tirinya!

"Dulu, saat kamu bilang di lecehkan. Aku menemuinya."

Berbeda dengan ucapan-ucapan sebelumnya kali ini aku terkejut.

"Aku tidak terima dia melindungi anak tirinya."

Aku cukup terharu seandainya itu benar. Tapi kenapa baru sekarang El mengatakannya?

"Awalnya kukira dia akan mengusirku karena aku sedikit melakukan keributan di sana,

Tapi dugaanku salah. Nyonya Farah malah mempertemukan aku dan anak tirinya itu. Wanita itu memberi kesempatan kami berhadapan. Kami sempat saling hantam."

Aku semakin tersentak.

"Tahu kah kamu apa yang di lakukan Nyon Farah selanjutnya?" Alis El naik turun seakan memintaku menjawab tebakannya.

"Kamu pasti tidak akan pernah menduganya."

Aku terus terdiam berusaha tetap tidak tertarik.

"Wanita itu memanggil polisi dan menyerahkan anak tirinya itu ke polisi. Dia memberikan bukti cctv kejahatan cowok itu. Nyonya Farah bahkan terang-terangan menyebutmu sebagai putrinya di depan polisi. Meminta polisi untuk menangkapnya dan tidak menyeret namamu sama sekali. Nyonya Farah berusaha menjaga nama baikmu. Dia tidak ingin kamu terlibat lebih jauh."

Tamat.

Kali ini beneran tamat ya, udah nggak ada ekstra part lagi🤭🤭

Oh ya, aku mau hapus beberapa part demi menghargai reader ku yang ada di KBM. Jadi yanga mau baca, silahkan maraton karena dua Minggu dari sekarang ada part yang akan aku hapus.

Jadi barangkali ada yang ingin baca tapi pas sudah terhapus silahkan mampir ke KBM, cari judul yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BENALU YANG TAK TERLIHAT(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang