Chapter 31: Luka Yang Tak Pernah Reda

Beginne am Anfang
                                    

Reno dibuat kaget dengan perlakuan istrinya itu. Reno yang berjongkok tadi sekarang merubah posisinya menjadi berdiri. Menatap sang istri yang tersenyum smrik melihat Zea tenggelam.

"Kamu apa-apaan hah!" bentak Reno. Rina yang di bentak pun mengerutkan keningnya bingung. Tumben sekali suaminya itu membentaknya.

"Kalau kepala anak sialan itu terluka bagaimana, hah?! Kamu mau kalau Alden tau perbuatan kita lagi! Bisa bisa kita bangkrut!" pekik Reno menatap tajam istrinya itu.

"ZEA!!" Ara yang baru saja pulang dari les itu dibuat kaget dengan Zea yang basah kuyup dalam kolam. Ara berlari cepat ke kolam renang itu dan langsung menyeburkan dirinya.  Tidak peduli jika dirinya sekarang sudah basah kuyup, yang ia khawatirkan sekarang adalah adik tirinya itu.

"Zee lo gak papa?" tanya Ara memegang kedua bahu Zea. Jika kalian berpikir Zea tidak bisa berenang, kalian salah besar. Cewek itu sekarang dengan kasarnya menepis tangan Ara menjauh dari bahunya dan berjalan keluar kolam.

"Zee?"

"Zea?"

Tidak ada jawaban dari cewek itu. Reno yang melihat Ara di perlakukan seperti itu menarik rambut Zea kembali setelah gadis itu berhasil keluar kolam.

Zea mantap kedua manik mata sang papa itu. Tidak ada lagi rasa takut, ia bener bener muak sekarang.

"Seperti itu cara kamu menghormati kakak kamu Zea!! Itu kakak kamu! Mana sopan santun kamu, hah!" bentak Reno. Tarikan pada rambut Zea semakin kencang membuat cewek itu sesekali meringis kesakitan.

"Pah, udah," Ara tidak suka dengan keadaan sekarang. Cewek itu hanya ingin keluarga ini damai, bukan seperti sekarang.

Zea tersenyum smirk ketika melihat seberapa sayang Reno terharap putri tirinya itu. "Dia bukan kakak Zea. Bahkan kita beda orang tua!"

"Tapi dia tetap kakak kamu!" sambung Rina.

"Lebih tepatnya kakak tiri, yang sudah menghancurkan keluarga ini," ucap Zea.

"ZEA!!"

"APA!!" pekik Zea pada Reno yang hendak melayangkan tamparan padanya, namun tangan Reno terhenti di udara ketika Reno mendengar suara cewek itu yang meninggi.

"TAMPAR PAH TAMPAR! BUNUH ZEA SEKALIAN PAH! ZEA CAPEK PAH CAPEK! ZEA JUGA GAK MAU HIDUP KAYAK GINI!" lagi dan lagi air matanya kembali turun tanpa permisi.

"KAPAN SIH KALIAN NGANGGEP ZEA ANAK KALIAN?! KAPAN! ZEA JUGA PENGEN KAYAK ANAK-ANAK LAIN YANG DI SAYANG SAMA KEDUA ORANG TUANYA!"

Reno dan Rina diam seribu bahasa, saat mendengar amukan Zea. Mereka hanya menatap Zea yang histeris.

"ZEA JUGA MANUSIA YANG BISA NGERASAIN LELAH! SAKIT SEMUA BISA ZEA RASAIN! ZEA ITU ANAK KALIAN SEDANGKAN DIA!" pekik Zea menunjuk kasar wajah Ara yang berada di sana.

"DIA HANYA ANAK TIRI DISINI! DIA YANG UDAH NGANCURIN HIDUP ZEA! SEHARUS NYA LO ITU GAK ADA DI SINI!" cewek itu menangis sejadi-jadinya. Hatinya begitu sakit tatkala semua kenangan dan kejadian buruk kembali berputar di otaknya.

PRANGG..

Zea melempar kursi yang berada di dekat kolam itu ke arah samping, hingga menimbulkan bunyi pecahan kaca.

Semua orang yang disana terkejut ketika suara pecahan terdengar nyaring.

Zea mendekat ke arah Ara. "LO SENENG KAN LIAT GUE GINI! LO SENENG KAN? Selamat lo berhasil ngerebut orang tua gue!"

"Gue hancur sekarang gue hancur! Orang tua gue lebih sayang sama lo, anjing!"

"Zee," Ara tidak tau apa yang harus ia lakukan. Zea tidak pernah ingin menganggap dirinya sebagai saudara.

ALDEN&ZEA (TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt